Mereka
kencan dan mencoba berbagai wahana bermain yang ada disana. Aoi mengajak
Kugayama naik roller coaster tapi Kugayama tidak mau. “Eh, takut, ya?” goda
Aoi.
“Aku
hanya benci suara ‘Kyaaa~ Kyaaa~’ yang berisik itu” elak Kugayama.
Sepertinya
Kugayama terpaksa mengikuti kemauan Aoi naik roller Coaster karena tidak mau di
bilang penakut. Padahal jelas-jelas ekspresinya ketakukan saat roller coaster berputar-putar.
Sebaliknya, Aoi malah teriak-teriak penuh semangat.
Selesai naik roller coaster, Kugayama
sempoyongan menuju tempat duduknya. Aoi menertawakan rambutnya yang aneh. *Wakakkaa
tenyata rambut Kugayama berantakan dan acak-acakan gara-gara naik roller
coaster tadi.
Aoi melihat poster festival kembang api
yang terpasang disana, Kugayama memperhatikannya. Aoi memberitahunya kalau di
acara terakhir festival ini, ada 7 kali kembang api bentuk hati. Dan katanya,
pasangan yang ciuman disaat itu, akan selalu bersama. Kugayama meledek Aoi yang
percaya dengan hal seperti begituan.
“Tidak
apa kan, punya mimpi begitu” balas Aoi. Kugayama malah semakin menertawakannya.
Ia menanyakan apakah Aoi mau datang keacara festival itu. Aoi bilang, ia akan
datang suatu saat nanti. Karena sekarang kan dia belum punya pacar.
“Kalau begitu, mau datang denganku?” tawar Kugayama.
“Kenapa
harus denganmu?”
“Karena
kurasa menarik” jawab Kugayama dan berlalu pergi. Saat Aoi berbalik, Kugayama
sudah tidak ada disana.
Aoi
berada di jalan mencari-cari Kugayama. Tapi ia malah berpapasan dengan adik
kelasnya yang merupakan penggemar Kugayama. Dua orang adik kelasnya itu sedang
membicarakannya, mereka penasaran apa Aoi itu pacarnya Kugayama.
Aoi yang mendengar pembicaraan mereka
langsung berlari menghindar.
“Ah! Ada!” teriak mereka saat melihat
Aoi yang berusaha kabur. Mereka mengejar Aoi yang terus berlari. Sampai Aoi
ditarik oleh seseorang untuk bersembunyi di balik tembok. Mereka kebingungan mencari-cari
Aoi yang tiba-tiba menghilang.
Ternyata Kugayama yang menariknya tadi. “Apa
yang kau lakukan?” teriak Aoi. Mereka bersembunyi di lorong antar gedung.
Kugayama mendekap Aoi dengan erat. Dua anak SMA yang mengejar Aoi tadi pergi
menjauh sambil mengumpat kesal karena kehilangan Aoi. Mereka penasaran ingin
tahu seperti apa wajah pacarnya Kugayama.
Aoi
yang masih dipeluk hanya diam saja
sampai Kugayama melepaskannya. Kugayama memimnta maaf padanya atas kejadian
tadi dan mengakui kalau ia senang pergi dengan Aoi.
Aoi
masih diam dan Kugayama mendekat seperti hendak menciumnya. Aoi pun langsung
memejamkan matanya. Tapi Kugayama malah menjauh. Ia mencubit pipi Aoi sambil
berkata. “Kau terlalu ketakutan. Jaga ‘itu’ baik-baik ya” ia pun berlalu pergi.
(Itu yang dimaksud Kugayama adalah ciuman pertamanya Aoi).
“Apa-apaan
itu?” ucap Aoi yang sudah tersadarkan. Ia hanya memandangi Kugayama yang
berjalan semakin menjauh di depannya.
Malam hari, Kugayama sudah tertidur
pulas. Tapi Aoi masih duduk di kursi belajarnya sambil menandai tanggal 7 bulan
7 tahun 2014 di kalender miliknya. Sebagai hari festival kembang api.
Keesokan hari disekolah. Aoi berdiri di
depan gerbang. Saat Moe datang. Ia langsung menghampirinya. Aoi seperti ingin
mengatakan sesuatu. Moe mengira Aoi ingin mengatakan kalau ia sudah punya
pacar. Tapi Aoi dengan cepat menyangkal tebakan Moe itu. Akhirnya mereka berdua
berbicara di tempat parkir sepeda.
“Itu
artinya kamu pacaran dengan Shuusei” tebak Moe.
“Tidak.
Kami hanya tinggal bersama. Dia juga sama sekali tidak menyukaiku.”
Aoi
menjelaskan kalau awalnya ia benar-benar membenci Kugayama. Moe bisa mengerti
maksudnya kalau sekarang Aoi mulai menyukai Kugayama. Aoi bingung
menjelaskannya. Ia tahu kalau Moe juga menyukai Kugayama dari awal. Dia pun
meminta maaf pada Moe dengan tulus.
“Kau menyebalkan. Bukankah kita sudah berjanji
saat SMP. Kalau ada orang yang disukai, maka aku yang diberitahu pertama kali.
Aku kan selalu begitu.” Omel Moe.
Aoi
hanya mengucapkan maaf sambil menahan tangisnya. Moe menghampiri Aoi dan
memegang pundak sahabatnya itu. “Mulai sekarang, kamu harus menceritakan
semuanya. Kamu tahu, kan. Lawanmu itu Shuusei, lho”
“Aoi
yang tidak punya pengalaman cinta... pasti tidak bisa membuat siasat kan?”
“Tapi,
moe kan juga..”
Moe
menjelaskan padanya kalau ia berpikir, akan sangat menyenangkan jika Kugayama
bisa menjadi pacarnya. Tapi sepertinya Kugayama sama sekali tidak tertarik
padanya. Ia merasa kalau pengakuan cintanya hanya sebuah angin lalu. Dan ia
pikir, sekarang sudah saatnya untuk move on.
“Benarkah?”
“Memangnya
aku pernah berbohong pada Aoi?”
“Moe”
Aoi berlari memeluk sahabatnya itu.
“Kenapa?”
“Aku suka sekali Moe” teriak Aoi dengan
penuh semangat.
“Apa?”
Moe langsung panik dan melepaskan dirinya dari pelukan Aoi. Hhhhaaa :D
“Tapi
itu sungguhan” teriak Aoi seraya berlari mengejar Moe yang sudah menjauh.
*Mereka
berdua sahabat yang manis ^^. Jadi kangen sahabat-sahabatku ;(
Aoi
pulang sekolah bareng Kugayama. Di jalan, ia melihat kalung berbandul bintang
yang dipajang di etalase toko perhiasan. Aoi berhenti didepan kaca toko untuk
melihat kalung itu. “Kawaii~” serunya.
“Beli
saja” usul Kugayama.
“Tidak
mungkin. Aku tidak punya uang” keluh Aoi.
“Oh,
begitu” ucap Kugayama dan ia berlalu pergi. *Si Kugayama ini suka main
pergi-pergi begitu, kebiasaan dehhh.
Mereka
berdua menaiki tangga menuju rumah sambil membawa kantong belanjaan. Saat
mereka tengah mengobrol, tiba-tiba Kugayama menghentikan langkahnya, ternyata
ada Satsuki yang sudah menunggunya di depan pintu.
“Apa
benar, kau tinggal dengannya?” tanya Satsuki sambil melirik ke arah Aoi yang
berdiri di samping Kugayama.
“Ya.
Sampai kamarku beres. Mau bagaimana lagi” jawab Kugayama.
“Lebih
baik tingal di rumah, kan?”
“Jauh.
Lagipula hidup dengannya jadi lebih mudah”
“Tapi
tetap saja...” belum selesai Satsuki melanjutkan kata-katanya. Kugayama sudah berjalan
melewati Satsuki begitu saja dan membuka pintu kamarnya.
“Tunggu
dulu, Shuu-chan!” panggil Satsuki.
Kugayama
tidak mengindahkannya, malah menutup pintu kamar itu.
Aoi
yang hanya diam saja bergegas untuk masuk juga. Tapi langkahnya terhenti oleh
kata-kata Satsuki. “Kau biasa saja dengan hal itu, ya? Tinggal serumah dengan
anak laki-laki” lanjutnya dengan nada sinis.
“Mau
dibilang biasa saja, tapi ini karena terpaksa” jawab Aoi.
“Kan
sudah kubilang. Percuma saja kau menyukai Shuusei”
“Maaf.
Kau sudah putus dengannya kan?”
Tapi
Satsuki tidak mau kalah, ia mengatakan pada Aoi, apa Kugayama tidak menceritakan
padanya tentang kejadian 2 tahun yang lalu?
Satsuki
lalu mendekat dan menyudutkan Aoi ke dinding sembari berkata. “Hubungan kami
tidak bisa dipisahkan. Yang bisa membuat Shuu-chan bahagia,... hanya aku.”
Ia
menertawakan Aoi dan melanjutkan kata-katanya “Cobalah untuk membaca situasi”
lalu ia berjalan pergi meninggalkan Aoi yang masih terdiam.
Di
ruang kelas yang sunyi, saat pelajaran sedang berlangsung.
“Apa
itu?” teriak Moe tiba-tiba berdiri dari bangkunya. Semua teman-temannya dan pak
guru menoleh padanya.
“Shibuya.
A-apa ada masalah dengan pelajaranku?” tanya pak guru.
“Eh,
tidak. Bukan begitu” jawab Moe sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Teman-teman
sekelasnya yang lain hanya bisa menahan tawa.
“Baik, kita lanjutkan” instruksi pak guru
sembari kembali menjelaskan materi pelajarannya.
Ternyata
sedari tadi Moe sedang asyik berkirim pesan dengan Aoi.
Moe: Apa! Menyebalkan! Apa-apaan tuh,
mantan pacarnya!!
Aoi: Sepertinya ada sesuatu
“Makanya!
Sesuatu itu apa?!” teriak Moe lagi, kali ini sambil menggebrak meja. Semua
teman-temannya kembali menoleh padanya.
Pak
guru mendatangi Moe dengan raut wajah sedih seperti ingin mengangis. “Shibuya
kun~” ucap pak guru sambil terisak-isak. *Nah loh, nah loh. Pak guru beneran
nagis tuh hhhhaa :D
“Sumimasen”
jawab Moe dengan nada menyesal.
Sepulang
sekolah, Aoi bertemu dengan kak Soju. Ia menayakan apakah Kugayama sudah pulang
duluan. Aoi bilang, ia juga tidak tahu.
“Kan
kalian tinggal bersama?” tanya kak Soju dengan suara lantang.
“Eh,
itu” ucap Aoi cemas, di sekelilingnya masih banyak murid-murid lain yang sedang
lewat. Ia takut sampai ada gosip tentang dirinya dan Kugayama.
“Aku
dengar dari Satsuki. Aku sampai tidak percaya.”
“Apa
hubungan Satsuki dengan Shuusei?” tanya Aoi penasaran.
“Kau
menyukai Shuusei?” tebak kak Soju.
“Bu-bukan!”
sangkal Aoi.
“Kau
mudah ditebak”
Aoi
di antar pulang oleh Kak Soju. Di dalam mobil, kak Soju menceritakan tentang
Kugayama pada Aoi. Ia bilang kalau ayah mereka punya selingkuhan di luar rumah.
Ibu mereka yang tahu tentang hal itu, akhirnya tak peduli lagi dengan keluarga
dan anak-anaknya. Bisa dibilang, rumah mereka adalah keluarga yang tanpa cinta.
Satsuki tahu semua hal itu dari kecil. Dia banyak menghibur Shuusei dan saat
mereka diacuhkan oleh keluarga mereka... Satsuki lah yang menyuruh Shuusei kesekolah.
“Cerita
itu hanya cerita teman masa kecil. Mau mendengar kelanjutannya?” ujar kak Soju.
“Iya”
jawab Aoi.
“Tapi
tidak gratis. Kau mau bayar pakai apa?”
Aoi
tidak mengerti apa yang dimaksud oleh kak Soju. Tapi Kak Soju malah mendekat
dan langsung mencium bibir Aoi. *Uhhh ooohh ciuman pertama Aoi kah?
Aoi
melepaskan diri. “Apa yang kau lakukan?” ucapnya panik.
“Jangan-jangan
itu ciuman pertamamu” kak Soju mengatakannya dengan nada tidak percaya. Dia
malah menertawakan Aoi dan menawarkan untuk jadi pacarnya. *Ihh bener-bener
nggak kakak atau adek sama-sama nyebeliinn
Aoi
membalasnya dengan tamparan. “Jangan bercanda” teriaknya sambil menahan tangis,
ia keluar dari dalam mobil itu. Dan berlari menjauh.
Kugayama
menemui kak Soju di studio foto tempatnya bekerja. Sepertinya kak Soju yang
menyuruh Kugayama untuk datang ke sana.
“Ada
apa?” tanya Kugayama.
Kak
Soju menyinggung Kugayama yang tanpa basa-basi. Ia pun menyerahkan semacam
amplop kepada Kugayama. Dan mengatakan kalau itu adalah kiriman dari ortu
mereka.
Kugayama
tidak mau menerima uang itu, ia malah mengembalikannya. Kak Soju bilang kalau kita
tidak akan merasa cukup pada uang dan wanita.
“Kalau
begitu, untukmu saja” kata Kugayama seraya beranjak pergi.
“Kalau
Aoi, sih aku mau” kata-kata kak Soju itu menghentikan langkah Kugayama, ia berbalik
menghadap kak Soju “Kenapa tiba-tiba membicarakan dia?”
Kak
Soju mengatakan kalau Aoi itu mirip dengan Satsuki. Penakut, tapi jujur, dan
sangat terus terang. Kugayama menanyakan ada apa dengan wajah kak Soju yang
bengkak.
“Aoi
itu kuat sekali. Aku menciumnya lalu dipukul. Aku tidak tahu kalau itu adalah
ciuman pertamanya~” belum selesai kak Soju bicara. Kugayama sudah melayangkan
pukulan padanya. *Aoi mukul pipi kanan dan Kugayama pipi kiri wkwkwkwk ;p
Kak
Soju malah tertawa “Sudah lama sekali ya kau tidak marah karena...”
“Brengsek”
teriak Kugayama, saat ia akan melayangkan satu pukulan lagi.
“Tunggu!
Apa yang kalian lakukan” ucap salah seorang karyawan disana.
Kugayama
menghentikan niatnya yang hendak memukul kak Soju lagi dan langsung berlalu pergi dari tempat itu.
Aoi
duduk sendiri di atas bukit di padang rumput sambil menangis sesegukan.
“Kau
ini ngapain?” ia menoleh dan melihat Kugayama sudah berdiri di depannya. Ia
langsung bangkit berdiri. “Aku melihat langit” elaknya.
“Jangan
menangis!”
“Aku
tidak menagis”
“Kau
menangis”
“Aku
tidak menangis” teriak Aoi.
Kugayama
mengeluarkan handphone-nya dan memotret wajah Aoi yang sedang menangis
didepannya.”Jelek sekali wajahmu” ledeknya pada Aoi.
Aoi
berusaha untuk merebut ponsel itu. Tapi tangannya malah di tarik oleh
Kugayama.”Jangan mudah dicium dong. Kan sudah kubilang, jaga ‘itu’ baik-baik.
Kau bodoh ya?!”
“Maaf”
ucap Aoi disela-sela tangisannya.
Kugayama
menatapnya dalam-dalam. Kemudian ia mendekat dan mencium hidung Aoi. “Dengan
ini, yang tadi diganti. Aku putuskan ciuman dia yang tadi tidak dihitung.”
Kemudian ia memutar tubuh Aoi lalu mendorongnya hingga Aoi terjatuh dan terguling-guling
di tanah. Kugayama berlari menyusulnya.
“Ini
cukup mengerikan ya?” tanya Kugayama saat mereka sudah dibawah.
“Aku
pikir akan mati” omel Aoi, Kugayama malah menertawakannya.
“Hei,
bercandamu keterlaluan” bentak Aoi.
Kugayama
berbaring diatas rerumputan “Mungkin kalau bersamamu, aku bisa tertawa puas”
ucapnya sambil tertawa.
Aoi
ikut berbaring disampingnya ikut tertawa.
Suara
hati Aoi : Aku juga... ingin... kau
tertawa. Mereka tertawa bersama sambil berbaring melihat langit sore itu.
Aoi
memotong pendek rambutnya disalon.
Di
rumah, saat sedang memasak. Ia langsung menyambut Kugayama yang baru pulang dari
kerja sambilannya.
“Selamat
datang” sapa Aoi ceria. Kugayama hanya cuek menanggapinya bahkan ia tidak
menanyakan tentang rambut Aoi yang sudah di potong pendek.
Tetapi, meskipun bersama-sama setiap
saat...
Saat mereka makan malam bersama, Kugayama
mengomentari rambut baru Aoi sambil lalu tanpa memandang ke arahnya.
Aoi
sedang memasak ketika Kugayama berdiri di sampingnya “Ternyata aku memang suka”
komentarnya. “Masakanmu” lanjutnya lagi.
Perasaanku, selalu dipermainkannya.
Aoi
membeli gantungan kunci baru untuk Kugayama.
Saat
jam istirahat kerja. Kugayama membuka bekal miliknya yang berisi bermacam-macam
masakan buatan Aoi.
Pegawai lainnya melihat bekal yang
dibawa oleh Kugayama. Mereka mengira kalau yang membuat bekal itu adalah istri Kugayama
dan ingin mencoba sedikit tapi tak diboleh oleh Kugayama.
Aoi menyerahkan kunci duplikat kamarnya untuk
Kugayama. Di sekolah, teman-temannya memuji Aoi yang lebih manis dengan rambut
baru. Saat berpapasan dengan Kugayama, mereka hanya diam seolah tidak saling
mengenal.
Di rumah, saat sedang belajar bersama, tiba-tiba
Kugayama mendapat telepon dari Satsuki. Suara hati Aoi, ia berusaha untuk
meyakinkan dirinya untuk terus menjaga hubungan mereka yang seperti ini. Ia
tidak ingin mengungkapkan perasaannya pada Kugayama, jika itu hanya akan
merusak hubungan mereka bedua.
Pagi harinya, Bu Kazumi memberitahukan
mereka jika besok kamar Kugayama sudah bisa diperbaiki.
Kak Sanjo melihat Aoi sedang berlari
melewati toko tempatnya bekerja. Ia keluar dan memanggil Aoi. Ternyata Aoi
sedang bersama Kugayama. Ia balik lagi untuk menukar barang yang dibawanya
dengan yang dibawa Aoi. Padahal barang yang dibawa Kugayama lebih berat loh.
Sepertinya ia sengaja melakukan itu di depan Kak Sanjou, agar kak Sanjou tahu
jika mereka tinggal bersama. Aoi merasa tidak enak pada kak Sanjou, ia
buru-buru pergi untuk menyusul Kugayama.
“Karena
kesalahanmu, jadi ketahuan kak Sanjou kan?” omel Aoi.
“Ada
masalah?”
“Masalah
lah”
“Aku
tidak masalah jika ketahuan tinggal denganmu. Tinggal bersamamu tidak terlalu
buruk.”
Aoi
hanya tersenyum. Mereka menaiki tangga itu bersama sambil bermain gunting,
batu, kertas.
Sepulang sekolah, Aoi melihat yukata
yang di pajang disalah satu toko. Ia mendekat dan berbisik “Kawaiii~” ucapnya dengan
mata yang berbinar-binar. Kugayama yang kebetulan lewat hanya memperhatikan Aoi
dari jauh.
Ibu pemilik toko itu keluar dan menyapa
Aoi, ia mengatakan jika mengenakan yukata buatannya, cintamu akan bisa
terwujud. Sepertinya Aoi membeli yukata itu. Ia berjalan pulang dengan senyum
sumringah sambil membawa kantong belanjaan. Sedangkan Kugayama masih memandangi
kepergian Aoi.
Malam
hari, Kugayama kembali mendapatkan telepon, namun kali ini ia langsung
buru-buru pergi setelahnya.
“Satsuki
kenapa?” tanya Aoi sebelum Kugayama pergi.
Kugayama
hanya berlalu pergi tanpa memjawab pertanyaan Aoi. Di jalan, Kugayama mengingat
tentang masa lalunya bersama Satsuki. Sepertinya ia pernah berjanji untuk
selalu menjaga Satsuki.
Sesampainya di rumah, ternyata Aoi sudah
menunggunya. Ia menanyakan keadaan Satsuki. Tapi Kugayama menanggapinya dengan
cuek.
“Kau
seharusnya tidak menunggu”
“Aku
khawatir karena tadi kau keluar dengan wajah yang cemas” balas Aoi.
“Maaf.
Kondisi fisiknya kadang tidak stabil dan aku tidak bisa membiarkannya”
“Apa
yang terjadi 2 tahun yang lalu?” tanya Aoi padanya.
“Tidak
ada hubugannya denganmu” balas Kugayama sembari pergi.
Aoi
sedang curhat pada Moe disekolah. “Tapi kamu sudah bertahan cukup lama untuk
tidak bertanya” kata Moe.
“Bagaimana
kalau dia pergi?”
“Tenang
saja, dia bilang Shuusei sepertinya merasa tertarik pada Aoi”
“Siapa?”
tanya Aoi heran.
“Sebernarnya...
aku punya pacar. Dia” kata Moe, saat mereka berbalik ternyata sudah ada Sato
disana. “Ini pacarku” seru Moe sembari merangkul lengan Sato. Moe bilang kalau
ia awalnya ingin membantu Aoi dengan mencari info tentang Shuusei dari Sato.
Tapi entah sejak kapan...
“Aku
sih dari awal lihat sudah terpesona” potong Sato.
Aoi
pun mengucapkan selamat kepada pasangan baru itu. Moe mengusulkan untuk mereka
double date. Tapi Aoi tidak yakin Kugayama akan setuju. Kemudian Sato
memberitahu Aoi kalau hari itu Kugayama sedang berulang tahun.
Di
rumah, Aoi membuatkan kue ulang tahun untuk Kugayama. Sedangkan di tempat lain,
Kugayama sedang bermain lempar tangkap dengan Sato. Ia heran kenapa Sato
tiba-tiba mengajaknya main.
Ternyata sato ingin membicarakan soal
Satsuki pada Kugayama. Ia mengatakan kalau kejadian 2 tahun yang lalu itu
bukanlah tanggung jawabnya.
Mereka terus bermain lempar tangkap
seraya mengobrol. Kugayama tidak menyadari hpnya berbunyi, karena ia meletakkan
hpnya di atas motor Sato. Dan sepertinya Satsuki yang menelepon.
Kugayama
berjalan melewati toko tempat Kak Sanjou bekerja. Kebetulan kak Sanjou baru
akan masuk ke tokonya itu. Ia memanggil Kugayama “Heii” Kugayama berbalik.
“Pacaran
yang serius dengan Aoi. Licik kalau perasaanmu masih setengah-setengah” ucap
kak Sanjou memperingatkan Kugayama.
“Apa
berada disampingnya sebagai ‘kakak’ itu tidak licik”
Kak
Sanjou mendekatinya dan mengatakan kalau ia akan merebut Aoi.
“Silahkan”
ucap Kugayama acuh sembari pergi.
Di
rumahnya, Aoi sudah menyediakan berbagai macam makanan dan juga kue ulang tahunnya
Kugayama. “Dia terlambat” keluh Aoi.
Ia
melihat diluar turun hujan. “Hari ini dia tidak kerja sambilan kan?”
Teleponnya
berbunyi, ternyata Satsuki yang menghubunginya. Satsuki bilang kalau Kugayama
tidak akan pulang malam ini. Ia bahkan sengaja memanas-manasi Aoi dengan
mengatakan kalau ia tidur dengan Kugayama.
Ternyata
Satsukilah yang menyuruh Kugayama untuk datang ke rumahnya sambil membawakan
makanan.
“Maaf,
padahal ini adalah hari ulang tahun Shuusei”
“Tidak
masalah” jawab Kugayama
“Shuu-chan.
Tinggallah bersamaku” ucap Satsuki seraya menggenggam erat tangan Kugayama.
Di
rumahnya, Aoi masih menunggu kedatangan Kugayama. Ia hanya diam memandangi
masakan yang telah ia siapkan di meja. Saat Kugayama datang, ia langsung
menyambutnya.
“Kenapa
kau belum tidur?. Kau membuat ini semua?” ucapnya ketika melihat meja makan
yang penuh dengan berbagai makanan.
“Emhh..”
“Boleh
kumakan?’
“Ya”
Mereka
berdua makan bersama. Kugayama memuji masakan Aoi yang lezat. Tapi ia heran
melihat Aoi yang tiba-tiba menangis.
“Kenapa?”
“Maaf”
ucap Aoi tanpa menjawab pertanyaan Kugayama.
“Ada
apa?” tanya kugayama lagi. “Ada yang ingin kau katakan?”
“Aku...
hanya ingin tertawa bersamamu” balas Aoi sambil menahan tangisnya.
“Merepotkan”
desah Kugayama. Ia tiba-tiba bangkit berdiri dan mendorong Aoi hingga terjatuh
di lantai. Kugayama berada di atas Aoi dan menahannya.
“Mau
apa? Hentikan! Jangan mendekat” Aoi berontak.
“Kau
ingin tertawa, kan?” ucap Kugayama. Ia mendekat seperti hendak mencium Aoi,
tetapi kemudian ia mengurungkan niatnya itu. Kugayama bangkit berdiri dan segera
membereskan barang-barangnya. Ia pergi dari rumah malam itu juga.
Aoi masih menangis sendirian setelah
Kugayama pergi. “Tapi... aku tidak mau” isaknya ia langsung berdiri dan berlari
mengejar Kugayama.
Di luar sudah gelap dan hujan turun
dengan derasnya. Aoi terus berlari di jalan mencari-cari Kugayama. Saat ia
melihat Kugayama di depannya. Aoi berlari sembari berteriak “Tunggu!”
Kugayama menghentikan langkahnya tanpa
berbalik. “Aku tidak mau seperti ini” teriak Aoi lagi, ia berlari dan memeluk
Kugayama dari belakang. “Aku suka kamu. Aku menyukaimu. Suka. Aku ingin
bersamamu” ucap Aoi tersedu-sedu.
Kugayama melepaskan tangan Aoi. Ia
berbalik menghadap Aoi, dan mengatakan kalau ia tidak mempunyai perasaan yang
sama. “Bukan hanya denganmu... aku tidak mengerti, apa yang dimaksud ‘menyukai
seseorang’. Maaf. Walaupun waktu bersama kita singkat, tapi itu menyenangkan.
Aku bersyukur tinggal denganmu.” Setelah mengatakan itu, ia berbalik dan pergi.
“Tidak
mau! Jangan pergi!” teriak Aoi.
“Aku
tidak suka” Kugayama balas berteriak. “Aku tidak mau lagi melihat kau tersakiti
olehku!”
Ia
meneruskan jalannya. Kemudian berhenti dan berbalik “Janji itu... janji ke
tanabata. Aku tidak bisa menepatinya. Maaf.” Kugayama terus berjalan pergi
tanpa menoleh lagi kebelakang. Aoi masih menangis tersedu-sedu memandangi
kepergiannya di tengah guyuran hujan. Setelah itu ia juga berbalik untuk pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar