Rabu, 27 Januari 2016

Sinopsis L DK (Living Together) - Live Action Bagian 2

Mereka kencan dan mencoba berbagai wahana bermain yang ada disana. Aoi mengajak Kugayama naik roller coaster tapi Kugayama tidak mau. “Eh, takut, ya?” goda Aoi.
“Aku hanya benci suara ‘Kyaaa~ Kyaaa~’ yang berisik itu” elak Kugayama.
Sepertinya Kugayama terpaksa mengikuti kemauan Aoi naik roller Coaster karena tidak mau di bilang penakut. Padahal jelas-jelas ekspresinya ketakukan saat roller coaster berputar-putar. Sebaliknya, Aoi malah teriak-teriak penuh semangat.

Selesai naik roller coaster, Kugayama sempoyongan menuju tempat duduknya. Aoi menertawakan rambutnya yang aneh. *Wakakkaa tenyata rambut Kugayama berantakan dan acak-acakan gara-gara naik roller coaster tadi.
Aoi melihat poster festival kembang api yang terpasang disana, Kugayama memperhatikannya. Aoi memberitahunya kalau di acara terakhir festival ini, ada 7 kali kembang api bentuk hati. Dan katanya, pasangan yang ciuman disaat itu, akan selalu bersama. Kugayama meledek Aoi yang percaya dengan hal seperti begituan.
“Tidak apa kan, punya mimpi begitu” balas Aoi. Kugayama malah semakin menertawakannya. Ia menanyakan apakah Aoi mau datang keacara festival itu. Aoi bilang, ia akan datang suatu saat nanti. Karena sekarang kan dia belum punya pacar.
 “Kalau begitu, mau datang denganku?”  tawar Kugayama.
“Kenapa harus denganmu?”
“Karena kurasa menarik” jawab Kugayama dan berlalu pergi. Saat Aoi berbalik, Kugayama sudah tidak ada disana.

Aoi berada di jalan mencari-cari Kugayama. Tapi ia malah berpapasan dengan adik kelasnya yang merupakan penggemar Kugayama. Dua orang adik kelasnya itu sedang membicarakannya, mereka penasaran apa Aoi itu pacarnya Kugayama.
Aoi yang mendengar pembicaraan mereka langsung berlari menghindar.
“Ah! Ada!” teriak mereka saat melihat Aoi yang berusaha kabur. Mereka mengejar Aoi yang terus berlari. Sampai Aoi ditarik oleh seseorang untuk bersembunyi di balik tembok. Mereka kebingungan mencari-cari Aoi yang tiba-tiba menghilang.
Ternyata Kugayama yang menariknya tadi. “Apa yang kau lakukan?” teriak Aoi. Mereka bersembunyi di lorong antar gedung. Kugayama mendekap Aoi dengan erat. Dua anak SMA yang mengejar Aoi tadi pergi menjauh sambil mengumpat kesal karena kehilangan Aoi. Mereka penasaran ingin tahu seperti apa wajah pacarnya Kugayama.
Aoi yang  masih dipeluk hanya diam saja sampai Kugayama melepaskannya. Kugayama memimnta maaf padanya atas kejadian tadi dan mengakui kalau ia senang pergi dengan Aoi.
Aoi masih diam dan Kugayama mendekat seperti hendak menciumnya. Aoi pun langsung memejamkan matanya. Tapi Kugayama malah menjauh. Ia mencubit pipi Aoi sambil berkata. “Kau terlalu ketakutan. Jaga ‘itu’ baik-baik ya” ia pun berlalu pergi. (Itu yang dimaksud Kugayama adalah ciuman pertamanya Aoi).

“Apa-apaan itu?” ucap Aoi yang sudah tersadarkan. Ia hanya memandangi Kugayama yang berjalan semakin menjauh di depannya.
Malam hari, Kugayama sudah tertidur pulas. Tapi Aoi masih duduk di kursi belajarnya sambil menandai tanggal 7 bulan 7 tahun 2014 di kalender miliknya. Sebagai hari festival kembang api.
Keesokan hari disekolah. Aoi berdiri di depan gerbang. Saat Moe datang. Ia langsung menghampirinya. Aoi seperti ingin mengatakan sesuatu. Moe mengira Aoi ingin mengatakan kalau ia sudah punya pacar. Tapi Aoi dengan cepat menyangkal tebakan Moe itu. Akhirnya mereka berdua berbicara di tempat parkir sepeda.
“Itu artinya kamu pacaran dengan Shuusei” tebak Moe.
“Tidak. Kami hanya tinggal bersama. Dia juga sama sekali tidak menyukaiku.”
Aoi menjelaskan kalau awalnya ia benar-benar membenci Kugayama. Moe bisa mengerti maksudnya kalau sekarang Aoi mulai menyukai Kugayama. Aoi bingung menjelaskannya. Ia tahu kalau Moe juga menyukai Kugayama dari awal. Dia pun meminta maaf pada Moe dengan tulus.

 “Kau menyebalkan. Bukankah kita sudah berjanji saat SMP. Kalau ada orang yang disukai, maka aku yang diberitahu pertama kali. Aku kan selalu begitu.” Omel Moe.
Aoi hanya mengucapkan maaf sambil menahan tangisnya. Moe menghampiri Aoi dan memegang pundak sahabatnya itu. “Mulai sekarang, kamu harus menceritakan semuanya. Kamu tahu, kan. Lawanmu itu Shuusei, lho”
“Aoi yang tidak punya pengalaman cinta... pasti tidak bisa membuat siasat kan?”
“Tapi, moe kan juga..”

Moe menjelaskan padanya kalau ia berpikir, akan sangat menyenangkan jika Kugayama bisa menjadi pacarnya. Tapi sepertinya Kugayama sama sekali tidak tertarik padanya. Ia merasa kalau pengakuan cintanya hanya sebuah angin lalu. Dan ia pikir, sekarang sudah saatnya untuk move on.
“Benarkah?”
“Memangnya aku pernah berbohong pada Aoi?”
“Moe” Aoi berlari memeluk sahabatnya itu.
“Kenapa?”
“Aku suka sekali Moe” teriak Aoi dengan penuh semangat.
“Apa?” Moe langsung panik dan melepaskan dirinya dari pelukan Aoi. Hhhhaaa :D
“Tapi itu sungguhan” teriak Aoi seraya berlari mengejar Moe yang sudah menjauh.
*Mereka berdua sahabat yang manis ^^. Jadi kangen sahabat-sahabatku ;(

Aoi pulang sekolah bareng Kugayama. Di jalan, ia melihat kalung berbandul bintang yang dipajang di etalase toko perhiasan. Aoi berhenti didepan kaca toko untuk melihat kalung itu. “Kawaii~” serunya.
“Beli saja” usul Kugayama.
“Tidak mungkin. Aku tidak punya uang” keluh Aoi.
“Oh, begitu” ucap Kugayama dan ia berlalu pergi. *Si Kugayama ini suka main pergi-pergi begitu, kebiasaan dehhh.

Mereka berdua menaiki tangga menuju rumah sambil membawa kantong belanjaan. Saat mereka tengah mengobrol, tiba-tiba Kugayama menghentikan langkahnya, ternyata ada Satsuki yang sudah menunggunya di depan pintu.

“Apa benar, kau tinggal dengannya?” tanya Satsuki sambil melirik ke arah Aoi yang berdiri di samping Kugayama.
“Ya. Sampai kamarku beres. Mau bagaimana lagi” jawab Kugayama.
“Lebih baik tingal di rumah, kan?”
“Jauh. Lagipula hidup dengannya jadi lebih mudah”
“Tapi tetap saja...” belum selesai Satsuki melanjutkan kata-katanya. Kugayama sudah berjalan melewati Satsuki begitu saja dan membuka pintu kamarnya.
“Tunggu dulu, Shuu-chan!” panggil Satsuki.
Kugayama tidak mengindahkannya, malah menutup pintu kamar itu.

Aoi yang hanya diam saja bergegas untuk masuk juga. Tapi langkahnya terhenti oleh kata-kata Satsuki. “Kau biasa saja dengan hal itu, ya? Tinggal serumah dengan anak laki-laki” lanjutnya dengan nada sinis.
“Mau dibilang biasa saja, tapi ini karena terpaksa” jawab Aoi.
“Kan sudah kubilang. Percuma saja kau menyukai Shuusei”
“Maaf. Kau sudah putus dengannya kan?”
Tapi Satsuki tidak mau kalah, ia mengatakan pada Aoi, apa Kugayama tidak menceritakan padanya tentang kejadian 2 tahun yang lalu?
Satsuki lalu mendekat dan menyudutkan Aoi ke dinding sembari berkata. “Hubungan kami tidak bisa dipisahkan. Yang bisa membuat Shuu-chan bahagia,... hanya aku.”
Ia menertawakan Aoi dan melanjutkan kata-katanya “Cobalah untuk membaca situasi” lalu ia berjalan pergi meninggalkan Aoi yang masih terdiam.

Di ruang kelas yang sunyi, saat pelajaran sedang berlangsung.
“Apa itu?” teriak Moe tiba-tiba berdiri dari bangkunya. Semua teman-temannya dan pak guru menoleh padanya.
“Shibuya. A-apa ada masalah dengan pelajaranku?” tanya pak guru.
“Eh, tidak. Bukan begitu” jawab Moe sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Teman-teman sekelasnya yang lain hanya bisa menahan tawa.
 “Baik, kita lanjutkan” instruksi pak guru sembari kembali menjelaskan materi pelajarannya.
Ternyata sedari tadi Moe sedang asyik berkirim pesan dengan Aoi.
Moe: Apa! Menyebalkan! Apa-apaan tuh, mantan pacarnya!!
Aoi: Sepertinya ada sesuatu
“Makanya! Sesuatu itu apa?!” teriak Moe lagi, kali ini sambil menggebrak meja. Semua teman-temannya kembali menoleh padanya.
Pak guru mendatangi Moe dengan raut wajah sedih seperti ingin mengangis. “Shibuya kun~” ucap pak guru sambil terisak-isak. *Nah loh, nah loh. Pak guru beneran nagis tuh hhhhaa :D
“Sumimasen” jawab Moe dengan nada menyesal.

Sepulang sekolah, Aoi bertemu dengan kak Soju. Ia menayakan apakah Kugayama sudah pulang duluan. Aoi bilang, ia juga tidak tahu.
“Kan kalian tinggal bersama?” tanya kak Soju dengan suara lantang.
“Eh, itu” ucap Aoi cemas, di sekelilingnya masih banyak murid-murid lain yang sedang lewat. Ia takut sampai ada gosip tentang dirinya dan Kugayama.
“Aku dengar dari Satsuki. Aku sampai tidak percaya.”
“Apa hubungan Satsuki dengan Shuusei?” tanya Aoi penasaran.
“Kau menyukai Shuusei?” tebak kak Soju.
“Bu-bukan!” sangkal Aoi.
“Kau mudah ditebak”

Aoi di antar pulang oleh Kak Soju. Di dalam mobil, kak Soju menceritakan tentang Kugayama pada Aoi. Ia bilang kalau ayah mereka punya selingkuhan di luar rumah. Ibu mereka yang tahu tentang hal itu, akhirnya tak peduli lagi dengan keluarga dan anak-anaknya. Bisa dibilang, rumah mereka adalah keluarga yang tanpa cinta. Satsuki tahu semua hal itu dari kecil. Dia banyak menghibur Shuusei dan saat mereka diacuhkan oleh keluarga mereka... Satsuki lah yang menyuruh Shuusei kesekolah.
“Cerita itu hanya cerita teman masa kecil. Mau mendengar kelanjutannya?” ujar kak Soju.
“Iya” jawab Aoi.
“Tapi tidak gratis. Kau mau bayar pakai apa?”

Aoi tidak mengerti apa yang dimaksud oleh kak Soju. Tapi Kak Soju malah mendekat dan langsung mencium bibir Aoi. *Uhhh ooohh ciuman pertama Aoi kah?
Aoi melepaskan diri. “Apa yang kau lakukan?” ucapnya panik.
“Jangan-jangan itu ciuman pertamamu” kak Soju mengatakannya dengan nada tidak percaya. Dia malah menertawakan Aoi dan menawarkan untuk jadi pacarnya. *Ihh bener-bener nggak kakak atau adek sama-sama nyebeliinn
Aoi membalasnya dengan tamparan. “Jangan bercanda” teriaknya sambil menahan tangis, ia keluar dari dalam mobil itu. Dan berlari menjauh.

Kugayama menemui kak Soju di studio foto tempatnya bekerja. Sepertinya kak Soju yang menyuruh Kugayama untuk datang ke sana.
“Ada apa?” tanya Kugayama.
Kak Soju menyinggung Kugayama yang tanpa basa-basi. Ia pun menyerahkan semacam amplop kepada Kugayama. Dan mengatakan kalau itu adalah kiriman dari ortu mereka.
Kugayama tidak mau menerima uang itu, ia malah mengembalikannya. Kak Soju bilang kalau kita tidak akan merasa cukup pada uang dan wanita.
“Kalau begitu, untukmu saja” kata Kugayama seraya beranjak pergi.

“Kalau Aoi, sih aku mau” kata-kata kak Soju itu  menghentikan langkah Kugayama, ia berbalik menghadap kak Soju “Kenapa tiba-tiba membicarakan dia?”
Kak Soju mengatakan kalau Aoi itu mirip dengan Satsuki. Penakut, tapi jujur, dan sangat terus terang. Kugayama menanyakan ada apa dengan wajah kak Soju yang bengkak.
“Aoi itu kuat sekali. Aku menciumnya lalu dipukul. Aku tidak tahu kalau itu adalah ciuman pertamanya~” belum selesai kak Soju bicara. Kugayama sudah melayangkan pukulan padanya. *Aoi mukul pipi kanan dan Kugayama pipi kiri wkwkwkwk ;p

Kak Soju malah tertawa “Sudah lama sekali ya kau tidak marah karena...”
“Brengsek” teriak Kugayama, saat ia akan melayangkan satu pukulan lagi.
“Tunggu! Apa yang kalian lakukan” ucap salah seorang karyawan disana.
Kugayama menghentikan niatnya yang hendak memukul kak Soju lagi dan  langsung berlalu pergi dari tempat itu.

Aoi duduk sendiri di atas bukit di padang rumput sambil menangis sesegukan.
“Kau ini ngapain?” ia menoleh dan melihat Kugayama sudah berdiri di depannya. Ia langsung bangkit berdiri. “Aku melihat langit” elaknya.
“Jangan menangis!”
“Aku tidak menagis”
“Kau menangis”
“Aku tidak menangis” teriak Aoi.

Kugayama mengeluarkan handphone-nya dan memotret wajah Aoi yang sedang menangis didepannya.”Jelek sekali wajahmu” ledeknya pada Aoi.
Aoi berusaha untuk merebut ponsel itu. Tapi tangannya malah di tarik oleh Kugayama.”Jangan mudah dicium dong. Kan sudah kubilang, jaga ‘itu’ baik-baik. Kau bodoh ya?!”
“Maaf” ucap Aoi disela-sela tangisannya.

Kugayama menatapnya dalam-dalam. Kemudian ia mendekat dan mencium hidung Aoi. “Dengan ini, yang tadi diganti. Aku putuskan ciuman dia yang tadi tidak dihitung.” Kemudian ia memutar tubuh Aoi lalu mendorongnya hingga Aoi terjatuh dan terguling-guling di tanah. Kugayama berlari menyusulnya.

“Ini cukup mengerikan ya?” tanya Kugayama saat mereka sudah dibawah.
“Aku pikir akan mati” omel Aoi, Kugayama malah menertawakannya.
“Hei, bercandamu keterlaluan” bentak Aoi.
Kugayama berbaring diatas rerumputan “Mungkin kalau bersamamu, aku bisa tertawa puas” ucapnya sambil tertawa.
Aoi ikut berbaring disampingnya ikut tertawa.
Suara hati Aoi : Aku juga... ingin... kau tertawa. Mereka tertawa bersama sambil berbaring melihat langit sore itu.

Aoi memotong pendek rambutnya disalon.
Di rumah, saat sedang memasak. Ia langsung menyambut Kugayama yang baru pulang dari kerja sambilannya.
“Selamat datang” sapa Aoi ceria. Kugayama hanya cuek menanggapinya bahkan ia tidak menanyakan tentang rambut Aoi yang sudah di potong pendek.

Tetapi, meskipun bersama-sama setiap saat...
Saat mereka makan malam bersama, Kugayama mengomentari rambut baru Aoi sambil lalu tanpa memandang ke arahnya.
Aoi sedang memasak ketika Kugayama berdiri di sampingnya “Ternyata aku memang suka” komentarnya. “Masakanmu” lanjutnya lagi.
Perasaanku, selalu dipermainkannya.
Aoi membeli gantungan kunci baru untuk Kugayama.
Saat jam istirahat kerja. Kugayama membuka bekal miliknya yang berisi bermacam-macam masakan buatan Aoi.
Pegawai lainnya melihat bekal yang dibawa oleh Kugayama. Mereka mengira kalau yang membuat bekal itu adalah istri Kugayama dan ingin mencoba sedikit tapi tak diboleh oleh Kugayama.
Aoi menyerahkan kunci duplikat kamarnya untuk Kugayama. Di sekolah, teman-temannya memuji Aoi yang lebih manis dengan rambut baru. Saat berpapasan dengan Kugayama, mereka hanya diam seolah tidak saling mengenal.
Di rumah, saat sedang belajar bersama, tiba-tiba Kugayama mendapat telepon dari Satsuki. Suara hati Aoi, ia berusaha untuk meyakinkan dirinya untuk terus menjaga hubungan mereka yang seperti ini. Ia tidak ingin mengungkapkan perasaannya pada Kugayama, jika itu hanya akan merusak hubungan mereka bedua.
Pagi harinya, Bu Kazumi memberitahukan mereka jika besok kamar Kugayama sudah bisa diperbaiki.
Kak Sanjo melihat Aoi sedang berlari melewati toko tempatnya bekerja. Ia keluar dan memanggil Aoi. Ternyata Aoi sedang bersama Kugayama. Ia balik lagi untuk menukar barang yang dibawanya dengan yang dibawa Aoi. Padahal barang yang dibawa Kugayama lebih berat loh. Sepertinya ia sengaja melakukan itu di depan Kak Sanjou, agar kak Sanjou tahu jika mereka tinggal bersama. Aoi merasa tidak enak pada kak Sanjou, ia buru-buru pergi untuk menyusul Kugayama.
“Karena kesalahanmu, jadi ketahuan kak Sanjou kan?” omel Aoi.
“Ada masalah?”
“Masalah lah”
“Aku tidak masalah jika ketahuan tinggal denganmu. Tinggal bersamamu tidak terlalu buruk.”
Aoi hanya tersenyum. Mereka menaiki tangga itu bersama sambil bermain gunting, batu, kertas.

Sepulang sekolah, Aoi melihat yukata yang di pajang disalah satu toko. Ia mendekat dan berbisik “Kawaiii~” ucapnya dengan mata yang berbinar-binar. Kugayama yang kebetulan lewat hanya memperhatikan Aoi dari jauh.
Ibu pemilik toko itu keluar dan menyapa Aoi, ia mengatakan jika mengenakan yukata buatannya, cintamu akan bisa terwujud. Sepertinya Aoi membeli yukata itu. Ia berjalan pulang dengan senyum sumringah sambil membawa kantong belanjaan. Sedangkan Kugayama masih memandangi kepergian Aoi.
Malam hari, Kugayama kembali mendapatkan telepon, namun kali ini ia langsung buru-buru pergi setelahnya.
“Satsuki kenapa?” tanya Aoi sebelum Kugayama pergi.
Kugayama hanya berlalu pergi tanpa memjawab pertanyaan Aoi. Di jalan, Kugayama mengingat tentang masa lalunya bersama Satsuki. Sepertinya ia pernah berjanji untuk selalu menjaga Satsuki.

Sesampainya di rumah, ternyata Aoi sudah menunggunya. Ia menanyakan keadaan Satsuki. Tapi Kugayama menanggapinya dengan cuek.
“Kau seharusnya tidak menunggu”
“Aku khawatir karena tadi kau keluar dengan wajah yang cemas” balas Aoi.
“Maaf. Kondisi fisiknya kadang tidak stabil dan aku tidak bisa membiarkannya”
“Apa yang terjadi 2 tahun yang lalu?” tanya Aoi padanya.
“Tidak ada hubugannya denganmu” balas Kugayama sembari pergi.

Aoi sedang curhat pada Moe disekolah. “Tapi kamu sudah bertahan cukup lama untuk tidak bertanya” kata Moe.
“Bagaimana kalau dia pergi?”
“Tenang saja, dia bilang Shuusei sepertinya merasa tertarik pada Aoi”
“Siapa?” tanya Aoi heran.

“Sebernarnya... aku punya pacar. Dia” kata Moe, saat mereka berbalik ternyata sudah ada Sato disana. “Ini pacarku” seru Moe sembari merangkul lengan Sato. Moe bilang kalau ia awalnya ingin membantu Aoi dengan mencari info tentang Shuusei dari Sato. Tapi entah sejak kapan...
“Aku sih dari awal lihat sudah terpesona” potong Sato.
Aoi pun mengucapkan selamat kepada pasangan baru itu. Moe mengusulkan untuk mereka double date. Tapi Aoi tidak yakin Kugayama akan setuju. Kemudian Sato memberitahu Aoi kalau hari itu Kugayama sedang berulang tahun.

Di rumah, Aoi membuatkan kue ulang tahun untuk Kugayama. Sedangkan di tempat lain, Kugayama sedang bermain lempar tangkap dengan Sato. Ia heran kenapa Sato tiba-tiba mengajaknya main.
Ternyata sato ingin membicarakan soal Satsuki pada Kugayama. Ia mengatakan kalau kejadian 2 tahun yang lalu itu bukanlah tanggung jawabnya.
Mereka terus bermain lempar tangkap seraya mengobrol. Kugayama tidak menyadari hpnya berbunyi, karena ia meletakkan hpnya di atas motor Sato. Dan sepertinya Satsuki yang menelepon.
Kugayama berjalan melewati toko tempat Kak Sanjou bekerja. Kebetulan kak Sanjou baru akan masuk ke tokonya itu. Ia memanggil Kugayama “Heii” Kugayama berbalik.
“Pacaran yang serius dengan Aoi. Licik kalau perasaanmu masih setengah-setengah” ucap kak Sanjou memperingatkan Kugayama.
“Apa berada disampingnya sebagai ‘kakak’ itu tidak licik”
Kak Sanjou mendekatinya dan mengatakan kalau ia akan merebut Aoi.
“Silahkan” ucap Kugayama acuh sembari pergi.

Di rumahnya, Aoi sudah menyediakan berbagai macam makanan dan juga kue ulang tahunnya Kugayama. “Dia terlambat” keluh Aoi.
Ia melihat diluar turun hujan. “Hari ini dia tidak kerja sambilan kan?”

Teleponnya berbunyi, ternyata Satsuki yang menghubunginya. Satsuki bilang kalau Kugayama tidak akan pulang malam ini. Ia bahkan sengaja memanas-manasi Aoi dengan mengatakan kalau ia tidur dengan Kugayama.

Ternyata Satsukilah yang menyuruh Kugayama untuk datang ke rumahnya sambil membawakan makanan.
“Maaf, padahal ini adalah hari ulang tahun Shuusei”
“Tidak masalah” jawab Kugayama
“Shuu-chan. Tinggallah bersamaku” ucap Satsuki seraya menggenggam erat tangan Kugayama.

Di rumahnya, Aoi masih menunggu kedatangan Kugayama. Ia hanya diam memandangi masakan yang telah ia siapkan di meja. Saat Kugayama datang, ia langsung menyambutnya.
“Kenapa kau belum tidur?. Kau membuat ini semua?” ucapnya ketika melihat meja makan yang penuh dengan berbagai makanan.
“Emhh..”
“Boleh kumakan?’
“Ya”

Mereka berdua makan bersama. Kugayama memuji masakan Aoi yang lezat. Tapi ia heran melihat Aoi yang tiba-tiba menangis.
“Kenapa?”
“Maaf” ucap Aoi tanpa menjawab pertanyaan Kugayama.
“Ada apa?” tanya kugayama lagi. “Ada yang ingin kau katakan?”
“Aku... hanya ingin tertawa bersamamu” balas Aoi sambil menahan tangisnya.

“Merepotkan” desah Kugayama. Ia tiba-tiba bangkit berdiri dan mendorong Aoi hingga terjatuh di lantai. Kugayama berada di atas Aoi dan menahannya.
“Mau apa? Hentikan! Jangan mendekat” Aoi berontak.
“Kau ingin tertawa, kan?” ucap Kugayama. Ia mendekat seperti hendak mencium Aoi, tetapi kemudian ia mengurungkan niatnya itu. Kugayama bangkit berdiri dan segera membereskan barang-barangnya. Ia pergi dari rumah malam itu juga.
Aoi masih menangis sendirian setelah Kugayama pergi. “Tapi... aku tidak mau” isaknya ia langsung berdiri dan berlari mengejar Kugayama.
Di luar sudah gelap dan hujan turun dengan derasnya. Aoi terus berlari di jalan mencari-cari Kugayama. Saat ia melihat Kugayama di depannya. Aoi berlari sembari berteriak “Tunggu!”
Kugayama menghentikan langkahnya tanpa berbalik. “Aku tidak mau seperti ini” teriak Aoi lagi, ia berlari dan memeluk Kugayama dari belakang. “Aku suka kamu. Aku menyukaimu. Suka. Aku ingin bersamamu” ucap Aoi tersedu-sedu.
Kugayama melepaskan tangan Aoi. Ia berbalik menghadap Aoi, dan mengatakan kalau ia tidak mempunyai perasaan yang sama. “Bukan hanya denganmu... aku tidak mengerti, apa yang dimaksud ‘menyukai seseorang’. Maaf. Walaupun waktu bersama kita singkat, tapi itu menyenangkan. Aku bersyukur tinggal denganmu.” Setelah mengatakan itu, ia berbalik dan pergi.
“Tidak mau! Jangan pergi!” teriak Aoi.
“Aku tidak suka” Kugayama balas berteriak. “Aku tidak mau lagi melihat kau tersakiti olehku!”


Ia meneruskan jalannya. Kemudian berhenti dan berbalik “Janji itu... janji ke tanabata. Aku tidak bisa menepatinya. Maaf.” Kugayama terus berjalan pergi tanpa menoleh lagi kebelakang. Aoi masih menangis tersedu-sedu memandangi kepergiannya di tengah guyuran hujan. Setelah itu ia juga berbalik untuk pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar