Rabu, 27 Januari 2016

Sinopsis L DK (Living Together) - Live Action Bagian 3 END

Pagi harinya, Kuota duduk dibahu ibunya. Ia di sedang menggantung kertas permohonannya diatas pohon. Ibunya bertanya penasaran apa yang ditulis olehnya. Tapi Kuota tidak mau memberitahu ibunya. “Tidak boleh” teriak Kouta *Kouta Kawaii~ ^^
Di kelas, Aoi sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya. Moe memperhatikan Aoi dengan sedih didepan pintu kelas mereka. Saat Sato berdiri disampingnya. Moe langsung mengeluh pada pacarnya itu kalau akhir-akhir ini Aoi jadi aneh.
Kak Sanjou melihat Aoi yang sedang memandangi poster festival kembang api di samping toko tempat ia membeli yukata waktu itu, kak Sanjou hendak menghampirinya, tapi tidak jadi.
Ibu pemilik toko keluar dan menyapa Aoi. Kemudian ia memberikan kertas permohonan padanya. Ia mengatakan pada Aoi jika menuliskan harapan dikertas itu, pasti akan terwujud.
Aoi, Moe dan Sato pulang sekolah bersama. Moe bertanya pada Aoi apakah hubungannya dan Kugayama berakhir begitu saja. Aoi menjelaskan kalau ia hanya ingin menyampaikan perasaannya saja. Moe bertanya pada Sato apa benar Kugayama menolak Aoi karena Satsuki.
Sato bilang kalau bagi Kugayama, kak Satsuki itu spesial. Saat Kugayama tersakiti, dialah yang pertama menjadi temannya. Sato pun menceritakan pada mereka kalau Satsuki dulunya pernah di tolak oleh pria yang disukainya dan menjadi kacau. Kugayama tidak tahan melihatnya. Karena itu Kugayama berjanji pada Satsuki kalau ia akan berada disampingnya dan akan menjaganya. Tapi, tidak berjalan seperti itu. Banyak hal mustahil terjadi. Dan Satsuki-pun menyadari hal itu. Sato bilang kalau Satsuki terlalu protektif. Lama-lama mereka hanya bertengkar saja dan akhirnya mereka berpisah, tapi... hari itu, malam natal 2 tahun yang lalu...
Flash Back
Satsuki bilang mau baikan dan kembali lagi. Kugayama sedang bersama Sato di sebuah restoran. Ia melihat hp-nya. Ada banyak pesan masuk dari Satsuki. Ia lalu mendengar pesan suara yang telah dikirimkan oleh Satsuki. Satsuki mengatakan kalau ia akan menunggu di bawah pohon natal yang besar dan ia akan terus menunggu sampai Kugayama datang. Namun, saat Satsuki bilang kalau ia seperti akan mati. Kugayama langsung bergegas pergi menemui Satsuki.
Saat Kugayama tiba, Satsuki sudah pingsan di jalan karena terus menunggu Kugayama meskipun salju terus turun. Kugayama shock dan merasa bersalah, apalagi keadaan Satsuki sangat parah dan sempat kritis.
Sato bilang kalau Kugayama terus menunggu Satsuki di rumah sakit, sampai Satsuki akhirnya sadar. Tetapi saat itu, Kugayama mengatakan pada Satsuki “Sampai kau bisa bahagia, aku akan selalu disampingmu.” Dan dia selalu menjaga janjinya.
Setelah mendengar cerita dari Sato, Aoi merasa kalau Kugayama dan Satsuki memang punya hubungan khusus. Mereka seperti ditakdirkan untuk tidak berpisah. Moe bertanya apa Aoi akan menyerah soal Kugayama. Aoi mengatakan kalau suka pada seseorang tidak selalu berisi tentang hal yang menyenangkan.
“Kau seharusnya suka pada orang yang bisa membuatmu bahagia” ucap Moe. Aoi bilang kalau ia sudah terlanjur menyukai Kugayama.
Sesampainya di rumah, Aoi menemukan paper bag yang tergantung di depan pintu kostnya. Di paper bag itu terdapat gantungan kunci milik Kugayama yang pernah ia berikan. Saat Aoi membukanya, ternyata isinya adalah kalung berbandul bintang yang pernah ia lihat di etalase toko saat pulang bersama Kugayama. Ia pun menangis saat teringat kenangannya bersama Kugayama.
Kugayama sedang sibuk dengan pekerjaan paruh waktunya di restoran saat ia melihat ada pesan yang dikirimkan oleh Aoi untuknya.  Aoi menunggu pesan balasan dari Kugayama. Ia mulai membereskan barang-barang Kugayama yang ada dikamarnya.
Kak Soju menemui Kugayama di tempatnya bekerja. Ia mengeluhkan tentang Satsuki yang terus mengirimkan email padanya setiap hari. Kak Soju menasehati Kugayama tentang janji yang ia buat untuk Satsuki. Ia menyuruh Kugayama untuk tidak terlalu memaksakan dirinya terhadap Satsuki. Tapi Kugayama tidak bisa melakukan itu.
 “Kau tahu kan? Satsuki saat ini bersamamu hanya karena sifat posesif dan agresif. Lalu, kau menggunakan Satsuki sebagai alasan.”
Kugayama kesal pada kak Soju yang mencampuri urusannya. Mereka saling terdiam dan mengukur reaksi masing-masing. Kemudian kak Soju menyuruh Kugayama untuk tidak memikirkan janjinya pada Satsuki lagi. Karena ia yang akan melakukannya. Ia juga sudah bosan dengan keluhan-keluhan Satsuki padanya.
Kak Soju menarik kerah baju Kugayama sambil berkata “Jangan melarikan diri lagi.” Kemudian ia pergi.
Aoi sedang berjalan pulang bersama Moe. Moe mengajak Aoi untuk pergi ke festival tanabata bersamanya dan Sato. Aoi tidak mau, ia menyuruh Moe untuk pergi berdua saja dengan Sato.
“Kau sudah beli yukata, kan? Sayang sekali.” Keluh Moe.
“Tidak masalah, tahun depan bisa kupakai.”
Tiba-tiba Moe mendapatkan gagasan. “Bagaimana kalau kita undang cowok lain? Jadi, kita bisa double date.”
“Moe, sudah tidak apa-apa” cegah Aoi. Tapi Moe tidak peduli. Tiba-tiba ia berteriak dengan semangat. “Ada.”

Hhhee siapa lagi coba. Sudah bisa ditebak, mereka menemui kak Sanjou di tempat kerjanya. Kak Sanjou menyutujuinya, lagi pula saat festival ia tidak bekerja. Aoi ingin menolak. Tapi Moe dengan semangat berkata “Syukurlah.” Ia jadi penasaran ingin melihat Aoi memakai yukata miliknya.

“Moe, itu merepotkan” ucap Aoi seraya mengejar Moe.
“Kenapa? Kau tidak puas dengan kak Sanjou?”
“Bukan seperti itu... Aku... ”
“Jangan bilang kau sudah punya orang yang kau sukai. Kalau terus memikirkan cinta tak berbuah. Kau akan jadi perawan tua. Kalau bisa tahun ini kau dapat pacar.” Aoi pun tidak bisa lagi untuk membantah.

Aoi memandangi kalung pemberian Kugayama di kamarnya.
Hari festival kembang api pun tiba. Aoi sudah mengenakan yukata miliknya. Ia menemui Moe dan Sato di depan halte bis.
“Aoi, kawaii. Kak Sanjou pasti akan jatuh cinta.” Puji Moe.
Saat bisnya tiba, Moe menyuruh Aoi untuk cepat-cepat masuk. Ia akan menyusul naik motor dengan Sato.
“Kalian akan datang kan?” Tanya Aoi panik.
Setelah bisnya pergi, Kugayama datang.

Kugayama pulang ke tempat kostnya dikamar 202.
Aoi bertemu dengan kak Sanjou di tempat festival. Sementara Kugayama hanya berbaring termenung menatap langit-langit kamarnya. Sepertinya kamarnya sudah selesai diperbaiki. Hanya saja barang-barangnya masih berantakan dan belum tersusun rapi. Ehh, sebelumnya kamar Kugayama emang berantakan ya. Hhheee
Ditengah perenungannya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya dengan tidak sabar. Saat kugayama membuka pintu, Sato langsung mendorong tubuh Kugayama sampai ia terjatuh kelantai. “Kau ini memang aneh. Kau senang kan bersama Aoi. Kau ingin selalu bersamanya, kan? Yang seperti itu artinya suka?” Teriak sato menggebu-gebu.
Kugayama berusaha untuk berdiri.
“Tapi apa yang kau lakukan? Kau selalu mengatakan hal-hal yang menyebalkan. Jangan sok keren!” Sato menarik-narik kerah baju Kugayama.
“Lepaskan!” ucap Kugayama seranya menepiskan tangan Sato dari bajunya.
“Shuusei, kau ini!” Sato sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia sudah akan melayangkan tinjunya tapi tertahan saat mendengar suara Moe yang berteriak pada mereka. “Jangan bertengkar!!”
Moe mendekati mereka berdua. Ia menatap Kugayama.
“Aku tidak peduli dengan perasaanmu. Tapi... ini.” Ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya, ternyata itu adalah kotak berisi kalung pemberian Kugayama untuk Aoi.
Moe mengatakan kalau saat melihat kalung itu, Aoi selalu teringat Kugayama. Jadi, dia mau menguncinya. Tapi Aoi menyerahkan kalung itu pada Moe. Aoi sekarang sedang ke taman bermain dengan kak Sanjou karena ia yang menyuruhnya. Kalau tidak, Aoi akan selalu memikirkan cintanya pada Kugayama yang tidak terbalas.
Setelah mendengar semua itu. Kugayama sadar akan kesalahannya pada Aoi. Ia langsung berlari untuk menyusul Aoi. Sato mengejarnya dan melemparkan kunci motornya.
“Sudah tidak ada waktu.”
“Terimakasih” balas Kugayama.

Kugayama pun pergi dengan mengendarai motor Sato. Sato dan Moe menyemangati Kugayama. Tapi, setelah Kugayama pergi. Moe baru menyadari sesuatu.
“Bagaimana dengan kita?” tanyanya pada Sato.
“Haaaaahhh... ” teriak Sato histeris. Ia baru menyadari hal ini.
“Apa yang kau pikirkan?” keluh Moe.

Sementara itu, Kugayama terus melajukan motornya. Ia teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Aoi setelah ia memberikan kalung itu dan semua kenangan-kenangan mereka berdua selama ini.
Aku menerimanya. Kalau dipikir-pikir, waktu kita bersama itu singkat ya? Tapi, itu sangat menyenangkan. Dan aku rasa, itulah saat-saat yang paling membahagiakan dalam hidupku.  Tapi, aku ingin lebih banyak bicara denganmu. Aku ingin lebih banyak menemuimu. Dan jika aku bisa menghapus pengakuanku saat itu. Mungkin aku akan bisa bersamamu lebih lama. Tetapi, aku memang tidak bisa menganggapnya tidak ada. Meskipun aku tidak bisa lagi bersamamu. Dan dibenci olehmu, aku suka Kugayama Shuusei. Dan persaan itu tidak akan hilang. Dan tidak ingin aku hilangkan. Aoi.

Di taman bermain, waktu sudah menunjukkan pukul 7.20. Kak Sanjou mengajak Aoi naik biang lala.
Kugayama terjebak macet karena ada acara festival kembang api.
Pukul 7.31, kembang api sudah diluncurkan di langit.
Kugayama melihat itu. “Sial!” Keluhnya. Lalu ia menerobos jalan begitu saja. Ia terus menerobos jalan meskipun sudah dihalangi oleh polisi lalulintas. Karena kendaraannya tidak boleh masuk, ia meninggalkan motornya begitu saja dijalan dan berlari memasuki taman bermain.
Sementara itu, Aoi masih bersama dengan kak Sanjou. Ia meminta maaf pada kak Sanjou karena merepotkan. Dan menyuruh kak Sanjou untuk datang dengan pacaranya tahun depan.
“Tahun depan aku ingin datang bersama Aoi lagi” jawab kak Sanjou. “Aku suka Aoi. Aku selalu suka Aoi. Aku tidak akan membuat Aoi menangis. Karena aku suka wajah tertawamu.”

Jam 8.15 kembang api hati meluncur dilangit.
Orang-orang yang datang saling mencium pasangan mereka masing-masing. Sementara Aoi hanya melihatnya dengan mata yang berkaca-kaca. Kak Sanjou mendekat, ia seperti akan mencium Aoi tapi melihat Aoi yang menangis ia membatalkan niatnya itu.
“Maaf.” Ucap Aoi.

Sementara itu, Kugayama terus berlari mencari Aoi di taman bermain itu.
Aoi berjalan pulang sendirian saat orang-orang sedang ramai melihat kembang api dilangit. Tiba-tiba ia mendengar suara Kugayama yang memanggilnya. Awalnya ia kira itu hanya halusinasi. Tapi ia mendengar suara itu lagi. Aoi berbalik, dan melihat Kugayama sedang berlari di seberang jalan sambil meneriakkan namanya.
Dengan menahan tangisnya Aoi berlari hendak menyusul Kugayama, tapi ia menabrak orang dan terjatuh. Kugayama melihat Aoi dari seberang.
Mereka berdua berbicara diatas jembatan dan saling berseberangan jalan.
“Aoi!”
“Kenapa?”
“Maaf, maaf untuk selama ini. Aku kira kita tidak akan pernah punya rasa suka pada seseorang. Tapi, ternyata aku salah. Aku ketakutan. Aku takut dengan sikapmu yang sangat terus terang. Tetapi, aku tidak akan lari lagi.” ucap Kugayama dengan mata berkaca-kaca.

Mereka bertemu dijalan yang sama dan saling berpandangan.
“Aku... ingin tertawa bersamamu. Ingin menghadapimu dengan benar. Jadilah pacarku!” ucap Kugayama seraya menundukkan kepalanya. Nih orang mau nembak apa minta maaf sih hhhaa
Aoi menampar wajah Kugayama seraya mengatakan semua unek-uneknya selama ini. “Kamu seenaknya sendiri. Kau ini sangat egois. Seenaknya membuat kesimpulan sendiri. Ceritakan hal itu padaku. Hal yang menyesakkan. Dan hal yang sangat menyakitkan pun. Hal yang membuatmu banyak menangis. Aku... apapun yang terjadi, tidak akan berpisah darimu. Aku ingin bahagia bersama.” ucap Aoi terisak-isak.
Kugayama menarik Aoi kedalam pelukannya. “Aku akan selalu disampingmu.” Ia melepaskan pelukannya dan menatap Aoi. Aoi pikir Kugayama akan menciumnya. Tapi ketika ia memejamkan mata, Kugayama malah mengeluarkan ponselnya dan memotret wajah Aoi.
“Wajah ingin dicium.” Ledeknya sambil menunjukkan foto itu ke Aoi.
“Kau ini benar-benar menyebalkan! Sini! Hapus!” teriak Aoi. Ia berusaha merebut ponsel ditangan Kugayama.

Perhatian mereka teralihkan oleh suara kembang api yang baru diluncurkan kelangit.
“Loh, bukannya sudah selesai?” Aoi bertanya heran.
“Ini pasti spesial.” tebak Kugayama, ia pun langsung menarik Aoi dan menciumnya. Nah, yang ini beneran dicium hhiii.
Mereka berciuman ketika kembang api hati spesial berkelap-kelip di langit.
Saat Kugayama melepaskan ciumannya, Aoi baru menyadari kalung bintang itu sudah terpasang dilehernya. Entah kapan Kugayama memasangkan kalung itu, mungkin saat mereka berciuman?
Aoi tersenyum senang dan langsung memeluk Kugayama dengan erat.

END_

Di kertas permohonan pemberian ibu penjaga toko tertulis.
*Semoga kami bisa selalu tertawa bersama. Aoi
Walah, ternyata ucapan ibu itu memang benar ya tentang yukata dan juga kertas permohonan itu???

KYYAAAAAAA~ akhirnya selesai juga :D
Ini sinopsis pertama yang aku post. Makasih untuk yang sudah baca, maaf kalau kata-katanya berantakan. *bow


L    D K, aku suka sama wajah imut-imutnya Kento Yamazaki mirip banget sama Yamapaii. Yahh walaupun di drama ini doi jadi cowok yang jahil dan suka ngeselin. Bener kata Aoi, kalau Kugayama itu egois dan suka seenaknya sendiri. Beruntung banget dia masih punya kesempatan untuk bersama Aoi. Padahal ia sama sekali tidak mau memperjuangkan cintanya untuk Aoi. Kecuali di akhir episode saat ia dinasehatin sama Sato dan Moe. Coba kalau Sato dan Moe gak nasehatin dia, apa Kugayama masih mau berlari mengejar Aoi? Entahlah...
Kasihan kak Sanjou yang kawaiii~ malah ditolak sama Aoi.
Aku suka banget sama Ost endingnya dari Honey L Days.

Oiaa, aku kepikiran buat sinopsis dorama-nya Kento Yamazaki yang Orange. Cuma kepikiran lohh hheee XD








Sinopsis L DK (Living Together) - Live Action Bagian 2

Mereka kencan dan mencoba berbagai wahana bermain yang ada disana. Aoi mengajak Kugayama naik roller coaster tapi Kugayama tidak mau. “Eh, takut, ya?” goda Aoi.
“Aku hanya benci suara ‘Kyaaa~ Kyaaa~’ yang berisik itu” elak Kugayama.
Sepertinya Kugayama terpaksa mengikuti kemauan Aoi naik roller Coaster karena tidak mau di bilang penakut. Padahal jelas-jelas ekspresinya ketakukan saat roller coaster berputar-putar. Sebaliknya, Aoi malah teriak-teriak penuh semangat.

Selesai naik roller coaster, Kugayama sempoyongan menuju tempat duduknya. Aoi menertawakan rambutnya yang aneh. *Wakakkaa tenyata rambut Kugayama berantakan dan acak-acakan gara-gara naik roller coaster tadi.
Aoi melihat poster festival kembang api yang terpasang disana, Kugayama memperhatikannya. Aoi memberitahunya kalau di acara terakhir festival ini, ada 7 kali kembang api bentuk hati. Dan katanya, pasangan yang ciuman disaat itu, akan selalu bersama. Kugayama meledek Aoi yang percaya dengan hal seperti begituan.
“Tidak apa kan, punya mimpi begitu” balas Aoi. Kugayama malah semakin menertawakannya. Ia menanyakan apakah Aoi mau datang keacara festival itu. Aoi bilang, ia akan datang suatu saat nanti. Karena sekarang kan dia belum punya pacar.
 “Kalau begitu, mau datang denganku?”  tawar Kugayama.
“Kenapa harus denganmu?”
“Karena kurasa menarik” jawab Kugayama dan berlalu pergi. Saat Aoi berbalik, Kugayama sudah tidak ada disana.

Aoi berada di jalan mencari-cari Kugayama. Tapi ia malah berpapasan dengan adik kelasnya yang merupakan penggemar Kugayama. Dua orang adik kelasnya itu sedang membicarakannya, mereka penasaran apa Aoi itu pacarnya Kugayama.
Aoi yang mendengar pembicaraan mereka langsung berlari menghindar.
“Ah! Ada!” teriak mereka saat melihat Aoi yang berusaha kabur. Mereka mengejar Aoi yang terus berlari. Sampai Aoi ditarik oleh seseorang untuk bersembunyi di balik tembok. Mereka kebingungan mencari-cari Aoi yang tiba-tiba menghilang.
Ternyata Kugayama yang menariknya tadi. “Apa yang kau lakukan?” teriak Aoi. Mereka bersembunyi di lorong antar gedung. Kugayama mendekap Aoi dengan erat. Dua anak SMA yang mengejar Aoi tadi pergi menjauh sambil mengumpat kesal karena kehilangan Aoi. Mereka penasaran ingin tahu seperti apa wajah pacarnya Kugayama.
Aoi yang  masih dipeluk hanya diam saja sampai Kugayama melepaskannya. Kugayama memimnta maaf padanya atas kejadian tadi dan mengakui kalau ia senang pergi dengan Aoi.
Aoi masih diam dan Kugayama mendekat seperti hendak menciumnya. Aoi pun langsung memejamkan matanya. Tapi Kugayama malah menjauh. Ia mencubit pipi Aoi sambil berkata. “Kau terlalu ketakutan. Jaga ‘itu’ baik-baik ya” ia pun berlalu pergi. (Itu yang dimaksud Kugayama adalah ciuman pertamanya Aoi).

“Apa-apaan itu?” ucap Aoi yang sudah tersadarkan. Ia hanya memandangi Kugayama yang berjalan semakin menjauh di depannya.
Malam hari, Kugayama sudah tertidur pulas. Tapi Aoi masih duduk di kursi belajarnya sambil menandai tanggal 7 bulan 7 tahun 2014 di kalender miliknya. Sebagai hari festival kembang api.
Keesokan hari disekolah. Aoi berdiri di depan gerbang. Saat Moe datang. Ia langsung menghampirinya. Aoi seperti ingin mengatakan sesuatu. Moe mengira Aoi ingin mengatakan kalau ia sudah punya pacar. Tapi Aoi dengan cepat menyangkal tebakan Moe itu. Akhirnya mereka berdua berbicara di tempat parkir sepeda.
“Itu artinya kamu pacaran dengan Shuusei” tebak Moe.
“Tidak. Kami hanya tinggal bersama. Dia juga sama sekali tidak menyukaiku.”
Aoi menjelaskan kalau awalnya ia benar-benar membenci Kugayama. Moe bisa mengerti maksudnya kalau sekarang Aoi mulai menyukai Kugayama. Aoi bingung menjelaskannya. Ia tahu kalau Moe juga menyukai Kugayama dari awal. Dia pun meminta maaf pada Moe dengan tulus.

 “Kau menyebalkan. Bukankah kita sudah berjanji saat SMP. Kalau ada orang yang disukai, maka aku yang diberitahu pertama kali. Aku kan selalu begitu.” Omel Moe.
Aoi hanya mengucapkan maaf sambil menahan tangisnya. Moe menghampiri Aoi dan memegang pundak sahabatnya itu. “Mulai sekarang, kamu harus menceritakan semuanya. Kamu tahu, kan. Lawanmu itu Shuusei, lho”
“Aoi yang tidak punya pengalaman cinta... pasti tidak bisa membuat siasat kan?”
“Tapi, moe kan juga..”

Moe menjelaskan padanya kalau ia berpikir, akan sangat menyenangkan jika Kugayama bisa menjadi pacarnya. Tapi sepertinya Kugayama sama sekali tidak tertarik padanya. Ia merasa kalau pengakuan cintanya hanya sebuah angin lalu. Dan ia pikir, sekarang sudah saatnya untuk move on.
“Benarkah?”
“Memangnya aku pernah berbohong pada Aoi?”
“Moe” Aoi berlari memeluk sahabatnya itu.
“Kenapa?”
“Aku suka sekali Moe” teriak Aoi dengan penuh semangat.
“Apa?” Moe langsung panik dan melepaskan dirinya dari pelukan Aoi. Hhhhaaa :D
“Tapi itu sungguhan” teriak Aoi seraya berlari mengejar Moe yang sudah menjauh.
*Mereka berdua sahabat yang manis ^^. Jadi kangen sahabat-sahabatku ;(

Aoi pulang sekolah bareng Kugayama. Di jalan, ia melihat kalung berbandul bintang yang dipajang di etalase toko perhiasan. Aoi berhenti didepan kaca toko untuk melihat kalung itu. “Kawaii~” serunya.
“Beli saja” usul Kugayama.
“Tidak mungkin. Aku tidak punya uang” keluh Aoi.
“Oh, begitu” ucap Kugayama dan ia berlalu pergi. *Si Kugayama ini suka main pergi-pergi begitu, kebiasaan dehhh.

Mereka berdua menaiki tangga menuju rumah sambil membawa kantong belanjaan. Saat mereka tengah mengobrol, tiba-tiba Kugayama menghentikan langkahnya, ternyata ada Satsuki yang sudah menunggunya di depan pintu.

“Apa benar, kau tinggal dengannya?” tanya Satsuki sambil melirik ke arah Aoi yang berdiri di samping Kugayama.
“Ya. Sampai kamarku beres. Mau bagaimana lagi” jawab Kugayama.
“Lebih baik tingal di rumah, kan?”
“Jauh. Lagipula hidup dengannya jadi lebih mudah”
“Tapi tetap saja...” belum selesai Satsuki melanjutkan kata-katanya. Kugayama sudah berjalan melewati Satsuki begitu saja dan membuka pintu kamarnya.
“Tunggu dulu, Shuu-chan!” panggil Satsuki.
Kugayama tidak mengindahkannya, malah menutup pintu kamar itu.

Aoi yang hanya diam saja bergegas untuk masuk juga. Tapi langkahnya terhenti oleh kata-kata Satsuki. “Kau biasa saja dengan hal itu, ya? Tinggal serumah dengan anak laki-laki” lanjutnya dengan nada sinis.
“Mau dibilang biasa saja, tapi ini karena terpaksa” jawab Aoi.
“Kan sudah kubilang. Percuma saja kau menyukai Shuusei”
“Maaf. Kau sudah putus dengannya kan?”
Tapi Satsuki tidak mau kalah, ia mengatakan pada Aoi, apa Kugayama tidak menceritakan padanya tentang kejadian 2 tahun yang lalu?
Satsuki lalu mendekat dan menyudutkan Aoi ke dinding sembari berkata. “Hubungan kami tidak bisa dipisahkan. Yang bisa membuat Shuu-chan bahagia,... hanya aku.”
Ia menertawakan Aoi dan melanjutkan kata-katanya “Cobalah untuk membaca situasi” lalu ia berjalan pergi meninggalkan Aoi yang masih terdiam.

Di ruang kelas yang sunyi, saat pelajaran sedang berlangsung.
“Apa itu?” teriak Moe tiba-tiba berdiri dari bangkunya. Semua teman-temannya dan pak guru menoleh padanya.
“Shibuya. A-apa ada masalah dengan pelajaranku?” tanya pak guru.
“Eh, tidak. Bukan begitu” jawab Moe sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Teman-teman sekelasnya yang lain hanya bisa menahan tawa.
 “Baik, kita lanjutkan” instruksi pak guru sembari kembali menjelaskan materi pelajarannya.
Ternyata sedari tadi Moe sedang asyik berkirim pesan dengan Aoi.
Moe: Apa! Menyebalkan! Apa-apaan tuh, mantan pacarnya!!
Aoi: Sepertinya ada sesuatu
“Makanya! Sesuatu itu apa?!” teriak Moe lagi, kali ini sambil menggebrak meja. Semua teman-temannya kembali menoleh padanya.
Pak guru mendatangi Moe dengan raut wajah sedih seperti ingin mengangis. “Shibuya kun~” ucap pak guru sambil terisak-isak. *Nah loh, nah loh. Pak guru beneran nagis tuh hhhhaa :D
“Sumimasen” jawab Moe dengan nada menyesal.

Sepulang sekolah, Aoi bertemu dengan kak Soju. Ia menayakan apakah Kugayama sudah pulang duluan. Aoi bilang, ia juga tidak tahu.
“Kan kalian tinggal bersama?” tanya kak Soju dengan suara lantang.
“Eh, itu” ucap Aoi cemas, di sekelilingnya masih banyak murid-murid lain yang sedang lewat. Ia takut sampai ada gosip tentang dirinya dan Kugayama.
“Aku dengar dari Satsuki. Aku sampai tidak percaya.”
“Apa hubungan Satsuki dengan Shuusei?” tanya Aoi penasaran.
“Kau menyukai Shuusei?” tebak kak Soju.
“Bu-bukan!” sangkal Aoi.
“Kau mudah ditebak”

Aoi di antar pulang oleh Kak Soju. Di dalam mobil, kak Soju menceritakan tentang Kugayama pada Aoi. Ia bilang kalau ayah mereka punya selingkuhan di luar rumah. Ibu mereka yang tahu tentang hal itu, akhirnya tak peduli lagi dengan keluarga dan anak-anaknya. Bisa dibilang, rumah mereka adalah keluarga yang tanpa cinta. Satsuki tahu semua hal itu dari kecil. Dia banyak menghibur Shuusei dan saat mereka diacuhkan oleh keluarga mereka... Satsuki lah yang menyuruh Shuusei kesekolah.
“Cerita itu hanya cerita teman masa kecil. Mau mendengar kelanjutannya?” ujar kak Soju.
“Iya” jawab Aoi.
“Tapi tidak gratis. Kau mau bayar pakai apa?”

Aoi tidak mengerti apa yang dimaksud oleh kak Soju. Tapi Kak Soju malah mendekat dan langsung mencium bibir Aoi. *Uhhh ooohh ciuman pertama Aoi kah?
Aoi melepaskan diri. “Apa yang kau lakukan?” ucapnya panik.
“Jangan-jangan itu ciuman pertamamu” kak Soju mengatakannya dengan nada tidak percaya. Dia malah menertawakan Aoi dan menawarkan untuk jadi pacarnya. *Ihh bener-bener nggak kakak atau adek sama-sama nyebeliinn
Aoi membalasnya dengan tamparan. “Jangan bercanda” teriaknya sambil menahan tangis, ia keluar dari dalam mobil itu. Dan berlari menjauh.

Kugayama menemui kak Soju di studio foto tempatnya bekerja. Sepertinya kak Soju yang menyuruh Kugayama untuk datang ke sana.
“Ada apa?” tanya Kugayama.
Kak Soju menyinggung Kugayama yang tanpa basa-basi. Ia pun menyerahkan semacam amplop kepada Kugayama. Dan mengatakan kalau itu adalah kiriman dari ortu mereka.
Kugayama tidak mau menerima uang itu, ia malah mengembalikannya. Kak Soju bilang kalau kita tidak akan merasa cukup pada uang dan wanita.
“Kalau begitu, untukmu saja” kata Kugayama seraya beranjak pergi.

“Kalau Aoi, sih aku mau” kata-kata kak Soju itu  menghentikan langkah Kugayama, ia berbalik menghadap kak Soju “Kenapa tiba-tiba membicarakan dia?”
Kak Soju mengatakan kalau Aoi itu mirip dengan Satsuki. Penakut, tapi jujur, dan sangat terus terang. Kugayama menanyakan ada apa dengan wajah kak Soju yang bengkak.
“Aoi itu kuat sekali. Aku menciumnya lalu dipukul. Aku tidak tahu kalau itu adalah ciuman pertamanya~” belum selesai kak Soju bicara. Kugayama sudah melayangkan pukulan padanya. *Aoi mukul pipi kanan dan Kugayama pipi kiri wkwkwkwk ;p

Kak Soju malah tertawa “Sudah lama sekali ya kau tidak marah karena...”
“Brengsek” teriak Kugayama, saat ia akan melayangkan satu pukulan lagi.
“Tunggu! Apa yang kalian lakukan” ucap salah seorang karyawan disana.
Kugayama menghentikan niatnya yang hendak memukul kak Soju lagi dan  langsung berlalu pergi dari tempat itu.

Aoi duduk sendiri di atas bukit di padang rumput sambil menangis sesegukan.
“Kau ini ngapain?” ia menoleh dan melihat Kugayama sudah berdiri di depannya. Ia langsung bangkit berdiri. “Aku melihat langit” elaknya.
“Jangan menangis!”
“Aku tidak menagis”
“Kau menangis”
“Aku tidak menangis” teriak Aoi.

Kugayama mengeluarkan handphone-nya dan memotret wajah Aoi yang sedang menangis didepannya.”Jelek sekali wajahmu” ledeknya pada Aoi.
Aoi berusaha untuk merebut ponsel itu. Tapi tangannya malah di tarik oleh Kugayama.”Jangan mudah dicium dong. Kan sudah kubilang, jaga ‘itu’ baik-baik. Kau bodoh ya?!”
“Maaf” ucap Aoi disela-sela tangisannya.

Kugayama menatapnya dalam-dalam. Kemudian ia mendekat dan mencium hidung Aoi. “Dengan ini, yang tadi diganti. Aku putuskan ciuman dia yang tadi tidak dihitung.” Kemudian ia memutar tubuh Aoi lalu mendorongnya hingga Aoi terjatuh dan terguling-guling di tanah. Kugayama berlari menyusulnya.

“Ini cukup mengerikan ya?” tanya Kugayama saat mereka sudah dibawah.
“Aku pikir akan mati” omel Aoi, Kugayama malah menertawakannya.
“Hei, bercandamu keterlaluan” bentak Aoi.
Kugayama berbaring diatas rerumputan “Mungkin kalau bersamamu, aku bisa tertawa puas” ucapnya sambil tertawa.
Aoi ikut berbaring disampingnya ikut tertawa.
Suara hati Aoi : Aku juga... ingin... kau tertawa. Mereka tertawa bersama sambil berbaring melihat langit sore itu.

Aoi memotong pendek rambutnya disalon.
Di rumah, saat sedang memasak. Ia langsung menyambut Kugayama yang baru pulang dari kerja sambilannya.
“Selamat datang” sapa Aoi ceria. Kugayama hanya cuek menanggapinya bahkan ia tidak menanyakan tentang rambut Aoi yang sudah di potong pendek.

Tetapi, meskipun bersama-sama setiap saat...
Saat mereka makan malam bersama, Kugayama mengomentari rambut baru Aoi sambil lalu tanpa memandang ke arahnya.
Aoi sedang memasak ketika Kugayama berdiri di sampingnya “Ternyata aku memang suka” komentarnya. “Masakanmu” lanjutnya lagi.
Perasaanku, selalu dipermainkannya.
Aoi membeli gantungan kunci baru untuk Kugayama.
Saat jam istirahat kerja. Kugayama membuka bekal miliknya yang berisi bermacam-macam masakan buatan Aoi.
Pegawai lainnya melihat bekal yang dibawa oleh Kugayama. Mereka mengira kalau yang membuat bekal itu adalah istri Kugayama dan ingin mencoba sedikit tapi tak diboleh oleh Kugayama.
Aoi menyerahkan kunci duplikat kamarnya untuk Kugayama. Di sekolah, teman-temannya memuji Aoi yang lebih manis dengan rambut baru. Saat berpapasan dengan Kugayama, mereka hanya diam seolah tidak saling mengenal.
Di rumah, saat sedang belajar bersama, tiba-tiba Kugayama mendapat telepon dari Satsuki. Suara hati Aoi, ia berusaha untuk meyakinkan dirinya untuk terus menjaga hubungan mereka yang seperti ini. Ia tidak ingin mengungkapkan perasaannya pada Kugayama, jika itu hanya akan merusak hubungan mereka bedua.
Pagi harinya, Bu Kazumi memberitahukan mereka jika besok kamar Kugayama sudah bisa diperbaiki.
Kak Sanjo melihat Aoi sedang berlari melewati toko tempatnya bekerja. Ia keluar dan memanggil Aoi. Ternyata Aoi sedang bersama Kugayama. Ia balik lagi untuk menukar barang yang dibawanya dengan yang dibawa Aoi. Padahal barang yang dibawa Kugayama lebih berat loh. Sepertinya ia sengaja melakukan itu di depan Kak Sanjou, agar kak Sanjou tahu jika mereka tinggal bersama. Aoi merasa tidak enak pada kak Sanjou, ia buru-buru pergi untuk menyusul Kugayama.
“Karena kesalahanmu, jadi ketahuan kak Sanjou kan?” omel Aoi.
“Ada masalah?”
“Masalah lah”
“Aku tidak masalah jika ketahuan tinggal denganmu. Tinggal bersamamu tidak terlalu buruk.”
Aoi hanya tersenyum. Mereka menaiki tangga itu bersama sambil bermain gunting, batu, kertas.

Sepulang sekolah, Aoi melihat yukata yang di pajang disalah satu toko. Ia mendekat dan berbisik “Kawaiii~” ucapnya dengan mata yang berbinar-binar. Kugayama yang kebetulan lewat hanya memperhatikan Aoi dari jauh.
Ibu pemilik toko itu keluar dan menyapa Aoi, ia mengatakan jika mengenakan yukata buatannya, cintamu akan bisa terwujud. Sepertinya Aoi membeli yukata itu. Ia berjalan pulang dengan senyum sumringah sambil membawa kantong belanjaan. Sedangkan Kugayama masih memandangi kepergian Aoi.
Malam hari, Kugayama kembali mendapatkan telepon, namun kali ini ia langsung buru-buru pergi setelahnya.
“Satsuki kenapa?” tanya Aoi sebelum Kugayama pergi.
Kugayama hanya berlalu pergi tanpa memjawab pertanyaan Aoi. Di jalan, Kugayama mengingat tentang masa lalunya bersama Satsuki. Sepertinya ia pernah berjanji untuk selalu menjaga Satsuki.

Sesampainya di rumah, ternyata Aoi sudah menunggunya. Ia menanyakan keadaan Satsuki. Tapi Kugayama menanggapinya dengan cuek.
“Kau seharusnya tidak menunggu”
“Aku khawatir karena tadi kau keluar dengan wajah yang cemas” balas Aoi.
“Maaf. Kondisi fisiknya kadang tidak stabil dan aku tidak bisa membiarkannya”
“Apa yang terjadi 2 tahun yang lalu?” tanya Aoi padanya.
“Tidak ada hubugannya denganmu” balas Kugayama sembari pergi.

Aoi sedang curhat pada Moe disekolah. “Tapi kamu sudah bertahan cukup lama untuk tidak bertanya” kata Moe.
“Bagaimana kalau dia pergi?”
“Tenang saja, dia bilang Shuusei sepertinya merasa tertarik pada Aoi”
“Siapa?” tanya Aoi heran.

“Sebernarnya... aku punya pacar. Dia” kata Moe, saat mereka berbalik ternyata sudah ada Sato disana. “Ini pacarku” seru Moe sembari merangkul lengan Sato. Moe bilang kalau ia awalnya ingin membantu Aoi dengan mencari info tentang Shuusei dari Sato. Tapi entah sejak kapan...
“Aku sih dari awal lihat sudah terpesona” potong Sato.
Aoi pun mengucapkan selamat kepada pasangan baru itu. Moe mengusulkan untuk mereka double date. Tapi Aoi tidak yakin Kugayama akan setuju. Kemudian Sato memberitahu Aoi kalau hari itu Kugayama sedang berulang tahun.

Di rumah, Aoi membuatkan kue ulang tahun untuk Kugayama. Sedangkan di tempat lain, Kugayama sedang bermain lempar tangkap dengan Sato. Ia heran kenapa Sato tiba-tiba mengajaknya main.
Ternyata sato ingin membicarakan soal Satsuki pada Kugayama. Ia mengatakan kalau kejadian 2 tahun yang lalu itu bukanlah tanggung jawabnya.
Mereka terus bermain lempar tangkap seraya mengobrol. Kugayama tidak menyadari hpnya berbunyi, karena ia meletakkan hpnya di atas motor Sato. Dan sepertinya Satsuki yang menelepon.
Kugayama berjalan melewati toko tempat Kak Sanjou bekerja. Kebetulan kak Sanjou baru akan masuk ke tokonya itu. Ia memanggil Kugayama “Heii” Kugayama berbalik.
“Pacaran yang serius dengan Aoi. Licik kalau perasaanmu masih setengah-setengah” ucap kak Sanjou memperingatkan Kugayama.
“Apa berada disampingnya sebagai ‘kakak’ itu tidak licik”
Kak Sanjou mendekatinya dan mengatakan kalau ia akan merebut Aoi.
“Silahkan” ucap Kugayama acuh sembari pergi.

Di rumahnya, Aoi sudah menyediakan berbagai macam makanan dan juga kue ulang tahunnya Kugayama. “Dia terlambat” keluh Aoi.
Ia melihat diluar turun hujan. “Hari ini dia tidak kerja sambilan kan?”

Teleponnya berbunyi, ternyata Satsuki yang menghubunginya. Satsuki bilang kalau Kugayama tidak akan pulang malam ini. Ia bahkan sengaja memanas-manasi Aoi dengan mengatakan kalau ia tidur dengan Kugayama.

Ternyata Satsukilah yang menyuruh Kugayama untuk datang ke rumahnya sambil membawakan makanan.
“Maaf, padahal ini adalah hari ulang tahun Shuusei”
“Tidak masalah” jawab Kugayama
“Shuu-chan. Tinggallah bersamaku” ucap Satsuki seraya menggenggam erat tangan Kugayama.

Di rumahnya, Aoi masih menunggu kedatangan Kugayama. Ia hanya diam memandangi masakan yang telah ia siapkan di meja. Saat Kugayama datang, ia langsung menyambutnya.
“Kenapa kau belum tidur?. Kau membuat ini semua?” ucapnya ketika melihat meja makan yang penuh dengan berbagai makanan.
“Emhh..”
“Boleh kumakan?’
“Ya”

Mereka berdua makan bersama. Kugayama memuji masakan Aoi yang lezat. Tapi ia heran melihat Aoi yang tiba-tiba menangis.
“Kenapa?”
“Maaf” ucap Aoi tanpa menjawab pertanyaan Kugayama.
“Ada apa?” tanya kugayama lagi. “Ada yang ingin kau katakan?”
“Aku... hanya ingin tertawa bersamamu” balas Aoi sambil menahan tangisnya.

“Merepotkan” desah Kugayama. Ia tiba-tiba bangkit berdiri dan mendorong Aoi hingga terjatuh di lantai. Kugayama berada di atas Aoi dan menahannya.
“Mau apa? Hentikan! Jangan mendekat” Aoi berontak.
“Kau ingin tertawa, kan?” ucap Kugayama. Ia mendekat seperti hendak mencium Aoi, tetapi kemudian ia mengurungkan niatnya itu. Kugayama bangkit berdiri dan segera membereskan barang-barangnya. Ia pergi dari rumah malam itu juga.
Aoi masih menangis sendirian setelah Kugayama pergi. “Tapi... aku tidak mau” isaknya ia langsung berdiri dan berlari mengejar Kugayama.
Di luar sudah gelap dan hujan turun dengan derasnya. Aoi terus berlari di jalan mencari-cari Kugayama. Saat ia melihat Kugayama di depannya. Aoi berlari sembari berteriak “Tunggu!”
Kugayama menghentikan langkahnya tanpa berbalik. “Aku tidak mau seperti ini” teriak Aoi lagi, ia berlari dan memeluk Kugayama dari belakang. “Aku suka kamu. Aku menyukaimu. Suka. Aku ingin bersamamu” ucap Aoi tersedu-sedu.
Kugayama melepaskan tangan Aoi. Ia berbalik menghadap Aoi, dan mengatakan kalau ia tidak mempunyai perasaan yang sama. “Bukan hanya denganmu... aku tidak mengerti, apa yang dimaksud ‘menyukai seseorang’. Maaf. Walaupun waktu bersama kita singkat, tapi itu menyenangkan. Aku bersyukur tinggal denganmu.” Setelah mengatakan itu, ia berbalik dan pergi.
“Tidak mau! Jangan pergi!” teriak Aoi.
“Aku tidak suka” Kugayama balas berteriak. “Aku tidak mau lagi melihat kau tersakiti olehku!”


Ia meneruskan jalannya. Kemudian berhenti dan berbalik “Janji itu... janji ke tanabata. Aku tidak bisa menepatinya. Maaf.” Kugayama terus berjalan pergi tanpa menoleh lagi kebelakang. Aoi masih menangis tersedu-sedu memandangi kepergiannya di tengah guyuran hujan. Setelah itu ia juga berbalik untuk pergi.

Minggu, 04 Oktober 2015

Sinopsis L DK (Living Together) - Live Action Bagian 1

Haiii, :) aku mau nge-post sinopsis movie Jepang LDK - Live action. LDK merupakan singkatan dari Living Dining Kitchen (Room). Istilah untuk menyebut ruangan tempat tinggal orang Jepang yang hanya terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang makan, dan 1 dapur + kamar mandi. Dorama ini lumayan bikin ngakak, apalagi diawal cerita pas Kugayama rajin banget ngejahilin si Aoi. Aku sering nonton dorama Jepang, tapi cuma bisa heboh sendiri. Gak ada yang bisa diajak seru-seruan nonton bareng. Hikkzz T_T. Makanya aku coba-coba buat sinopsisnya, biar bisa berbagi cerita sesama penyuka dorama. *Oia, disini aku manggilnya Kugayama walaupun teman-temannya pake nama Shuusei. Sebenarnya sama aja Kugayama Shuusei. Hhhiii :D Okeh,, happy reading !!!

*PEMERAN*
~ Nishimori Aoi (Ayame Gouriki)
~ Kugayama Shuusei (Kento Yamazaki)  
~ Shibuya Moe (Rei Okamoto)
~ Ryosuke Sato (Akiyoshi Nakao)
~ Wataru Sanjou (Renn Kiriyama)
~ Satsuki Mizuno (Anna Ishibashi)
~ Kugayama Soju (Seiji Fukushi)

Aoi sedang berlarian menyusuri lorong-lorong yang ada di sekolahnya. Ia ingin menemui Moe dan memberikan semangat pada sahabatnya itu. Karena sang sahabat akan mengungkapkan perasaan sukanya pada cowok yang terkenal tampan dan juga pintar di sekolah yang bernama Kugayama Shuusei. Di sisi lain, Kugayama sendiri sedang melewati lapangan sekolah. Semua murid perempuan memandangnya dengan tatapan kagum.
Moe berlari mengejar Kugayama dan berteriak “Aku suka kamu!." Tapi sayangnya ia malah ditolak oleh Kugayama. Dengan kata-kata yang kejam pula. “Kau berisik! Mengganggu! Dan aku tidak tertarik!” ucap Kugayama padanya dengan acuh dan langsung berlalu pergi meninggalkan Moe begitu saja.
Teman-teman mereka yang lain malah menertawakan Moe. Mereka sudah menduga dari awal, pasti akan ditolak. Aoi yang ikut menyaksikan kejadian itu, menahan kesal sambil mengepalkan tangannya erat-erat.
Di tangga, saat Kugayama akan menuju ke lantai atas tiba-tiba saja Aoi menghalangi jalannya. Ia tidak terima perlakuan Kugayama terhadap sahabatnya. “Moe sudah mengerahkan seluruh keberaniannya untuk menyatakan perasaannya, tapi kau malah membalas dengan berkata seperti itu.” Ucap Aoi sinis.
“Kau siapa?”
“Teman baiknya Moe. Nishimori Aoi.”
Eh si Kugayama malah gak ngeh Moe siapa yang di maksud Aoi. Dan itu membuat Aoi tambah kesal padanya. “Gadis yang barusan menyatakan perasaannya padamu. Kau tahu tidak Moe itu benar-benar suka sama...” Aoi heran melihat Kugayama yang hanya memandanginya dan diam saja. “Apa?” bentaknya.
Kugayama mendekat dan menyudutkannya ke dinding. “Kamu juga... mau melakukan itu denganku?” (mungkin maksudnya menyatakan perasaannya juga padanya) sambil tersenyum evil.
"Nggak mungkin!” teriak Aoi histeris dan ia refleks menerjang Kugayama hingga terjatuh dari tangga. Aoi sendiri pun kaget atas tindakannya barusan “Waduh, gawat!” bisiknya. 
Gara-gara kejadian itu, Aoi terpaksa menggendong Kugayama pulang ke rumahnya. Sepertinya kaki Kugayama cidera saat ia jatuh tadi. Aoi terlihat tertatih-tatih menyeberang jalan, sedangkan Kugayama dengan santainya digendong oleh Aoi dibelakang punggungnya (Masa cowok minta gendong sama cewek). Kugayama sih sepertinya cuma mau ngerjain Aoi doang. Dia bahkan mengeluhkan kakinya yang sakit sepanjang jalan.

 
Aoi teringat saat Moe pertama kali memberitahunya tentang Kugayama. “Dia itu sangat terkenal ya?” tanya Aoi. “Shuusei itu bukan hanya tampan, nilainya TOP dan jago olahraga. Kakkoii.” Seru Moe dengan semangat. Aoi kelihatannya tidak terlalu tertarik pada Kugayama. Ia hanya mengangguk dan mendengarkan ocehan Moe yang memuja-muja Kugayama.
Di depan tangga, Aoi menyuruh Kugayama jalan sendiri, karena ia tidak yakin bisa menggendong Kugayama sambil menaiki tangga itu. Tapi Kugayama tidak peduli. Aoi menyarankan Kugayama ke dokter saja kalau memang sakit. Kugayama tidak mau dengan alasan ia membenci rumah sakit.
Setelah protesnya tidak ditanggapi. Dengan susah payah Aoi menaiki tangga itu sambil menggendong Kugayama. Ia bahkan hampir saja terjatuh, untung ia masih bisa bertahan. Sepertinya Aoi mengerahkan seluruh tenaganya. (Tega sekali Kugayama ini yah :p)
Aoi baru menyadari sesuatu saat mereka tiba di depan rumah Kugayama. “Kau tinggal disini?” Tanyanya dengan heran. “Ini kan rumahku?”

Yang benar?”

Dikamar berapa?”

202” jawab Kugayama.

“Tetanggaku?! Sejak kapan?”

“Seminggu yang lalu”

Aoi tak percaya kalau Kugayama adalah tetangganya sendiri.
Dikamar 202 kamarnya Kugayama Shuusei.
Kugayama sepertinya belum puas ngerjain Aoi. Dia nyuruh Aoi bersih-bersih kamarnya yang berantakan. Dan dia sendiri malah asyik baca komik sambil cekikikan. “Kenapa aku harus jadi pembantu.” Gerutu Aoi kesal. Saat akan membereskan pakaian, Aoi baru sadar kalau yang dipegangnya itu celana boxer. Ia langsung menjerit dan melemparkan boxer itu pada Kugayama yang masih duduk santai. Aoi langsung protes. “Sekarang aku sedang bersih-bersih. Kenapa aku juga harus membuat makanan”

 
Kugayama mengeluarkan jurus memelasnya. Ia menyentuh kakinya yang sakit dan mengeluh kelaparan. Hal itu sukses membuat Aoi mengalah. Ia merasa bersalah karena telah menyebabkan kaki Kugayama terluka. Dengan terpaksa ia menuruti kemauan Kugayama memasak makanan.
Aoi kembali kekamarnya di kamar 203, mengambil bahan makanan untuk ia masak di tempat Kugayama. Sambil menggerutu kesal.

Kugayama memperhatikan Aoi yang sedang mengolah bahan-bahan masakannya. Ia tidak menyangka Aoi bisa masak. Aoi bilang ia sudah setahun hidup sendirian karena ayahnya pindah kerja di Cina. Ia tidak bisa ikut ayah dan ibunya karena waktu itu sedang ujian. Sebenarnya hal itu hanyalah alasan supaya ia bisa tinggal di Jepang. Ia tidak suka tiba-tiba pindah sekolah dan keluar negeri apalagi harus berpisah dengan Moe.“Moe?” tanya Kugayama lagi.

 
“Gadis yang tadi nembak kamu! Dia itu gadis yang baik. Dia selalu membelaku saat masuk SMP.” Ucap Aoi panjang lebar sambil memotong sayur sampai ia tidak menyadari kalau Kugayama sudah berdiri menempel tepat di belakangnya dan bergumam “Oh! Kelihatannya enak” kata Kugayama tiba-tiba dan mengagetkannya.

Apalagi saat ia berbalik dan melihat Kugayama bertelanjang dada. ”Pakai baju! Pakai baju!” teriak Aoi. Karena gugup, ia tak sengaja menumpahkan alkohol kedalam masakannya. Dan itu menyulut api dari kompor sampai ke atap dan mengenai saluran air dari atas kamar Kugayama.    
Jadilah kamar Kugayama kebanjiran. Basah semua hhhhaaa :D 
 Ibu kost tiba di kamar Kugayama. Ia bilang ini parah sekali. Tapi ia sudah minta seseorang memperbaikinya dan kamar itu sudah ia asuransikan jadi tidak masalah.
Aoi hanya bisa tertunduk dan meminta maaf. Ia bertanya perlu berapa lama memperbaikinya?

Ibu kost menjelaskan saat ini mereka sedang sibuk persiapan. Mungkin butuh waktu satu bulan. Ia bingung karena sudah tidak ada lagi kamar yang kosong.
“Tidak apa-apa. Aku tinggal di rumah teman saja.” Jawab Kugayama santai.

“Tidak masalah?” tanya si ibu kost.

“Ya.. iya kan?” kata Kugayama sambil melirik ke Aoi.

“Rumah teman itu...siapa?” tanya Aoi curiga.

“Rumahmu!” tunjuk Kugayama padanya.

“Apaaaaaa?! Yang benar saja!”

Bahkan saat pindahan pun Aoi yang membawakan semua barang-barang milik Kugayama dengan susah payah. Belum sempat ia mempersilahkan masuk, si Kugayama udah nyelonong duluan ke kamarnya. “Kenapa bisa jadi begini!?” keluh Aoi pada dirinya sendiri.
Kugayama melihat-lihat kamar Aoi. Sampai ia tiba di depan jendela dan hendak membuka pintu jendela itu. Aoi tiba-tiba panik saat Kugayama menuju ke jendela kamarnya. Karena ia menggantung pakaian dalamnya disana. Ia pun bergegas hendak menyembunyikan pakaian dalam itu sebelum dilihat oleh Kugayama. Saking terburu-burunya ia jadi tersandung kotak sampah dan terjatuh mencium lantai hhhaa. Sampai hidungnya berdarah pula.
Meskipun begitu, Aoi belum menyerah untuk menyelamatkan pakaian dalamnya itu. Ia langsung bangkit berdiri dan menarik pakaian dalam itu dari gantungan.
“Lihat tidak?”
“Aku mau mandi.” Jawab Kugayama.
Aoi kira Kugayama tidak melihatnya, ia pun mendesah lega. Tapi Kugayama bicara lagi. “Merah polkadot putih.” (motif pakaian dalam yang berusaha disembunyikan Aoi). Kasihan Aoi, jadi sia-sia perjuangan tak kenal lelahnya barusan.
Saat Kugayama sedang mandi. Aoi mempersiapkan makan malam sambil mengeluhkan dirinya yang belum pernah berpacaran tapi sekarang malah tinggal bareng dengan cowok.
Kugayama keluar dari kamar mandi tanpa pakaian. Dan itu membuat Aoi histeris lagi. “Pakai baju!” Teriaknya sambil berlari menjauh. Ia mengeluhkan kelakuan Kugayama yang membuatnya merasa terganggu.
Kugayama tidak mendengarkan omelan Aoi. Ia malah sibuk makan dan memuji masakan Aoi yang terasa lezat dengan senyuman manisnya. Duhh duhh melting deh liat senyumnya. Hhhiiii :D
Di ruang kelas yang hening. Aoi sepertinya sedang memikirkan sesuatu, ia mendesah keras dan suara desahannya itu membuat semua teman-teman bahkan pak guru menoleh padanya.
“Nishimori? Apa pelajaran pak guru benar-benar membosankan?” tegur pak guru dengan wajah menahan tangis. Dan semua teman-temannya tertawa. Hhhaa ya ampun dosa loh buat orang tua nangis.

“Tidak. Sama sekali tidak” kata Aoi sambil meminta maaf. Moe ikut heran melihat tingkah Aoi yang tidak biasa itu.
Aoi melanjutkan lamunannya dan tidak sengaja menoleh kearah jendela. Dilapangan, ia melihat Kugayama sedang asyik main bola. Ia tidak memperdulikan itu. Tapi saat ia berbalik ia baru menyadari sesuatu.
“Eh?” Teriaknya tiba-tiba. Ia langsung berdiri menghadap jendela lagi. “Kok bisa?! Lukanya gimana?! Bukannya dia benar-benar sehat. Sial! Aku ditipu!” lanjutnya masih dengan berteriak kesal. (Kemarinkan Kugayama sudah nyuruh-nyuruh Aoi ini itu dengan alasan kakinya yang sakit. Tapi ternyata kakinya gak kenapa-kenapa. Benar-benar kena tipu si Aoi kaisaann)
Teriakannya kali ini mengundang rasa penasaran teman-teman sekelasnya sampai mereka semua berkumpul di depan jendela untuk melihat siapa yang dimaksud Aoi. Pak guru berdiri disampingnya dan bertanya “Nishimura? Kau ditipu siapa?” Aoi baru sadar ia sudah membuat kegaduhan saat jam pelajaran berlangsung. Ia hanya bisa pasrah dan meminta maaf lagi pada pak guru.
Jam Istirahat.
Aoi membuka kotak bekal miliknya dengan lesu karena isinya hanya nasi dengan ketimun diatasnya. “Makanan apa itu? Tidak seperti biasanya” tanya Moe heran. Aoi mengingat kejadian semalam sambil mendesah.
Flash Back
Saat hendak tidur. Ia kaget melihat Kugayama sudah tidur duluan di atas kasurnya. Aoi menarik-narik kasurnya dan menyuruh Kugayama pindah. Tapi Kugayama tidak mau karena kasur yang satunya sempit. Aoi masih berusaha keras memperjuangkan kasurnya kembali. Ia mengeluhkan Kugayama yang suka seenaknya sendiri.
Sepertinya Aoi nyerah dengan kasurnya itu karena paginya ia tidur dikasur yang lain. Bunyi alarm membangunkan Aoi. Betapa kagetnya ia saat membuka mata dan mendapati Kugayama tidur tepat disampingnya. Hal itu membuat Aoi menjerit histeris. Jeritannya bahkan mengalahkan suara alarm hhhaa. (Walahh, si Kugayama ini. Katanya kasur itu sempit, tapi masih bisa nyelip wkwkwk :p).
Nah, karena terlambat Aoi sudah tidak sempat untuk memasak. Jadi ia hanya mengisi kotak bekalnya dengan nasi dan menambahkan timun diatasnya dengan kesal. Eksperinya itu loh kocak banget pas menaruh timun diatas nasi. Terpaksa banget deh kayaknya hhhhaaa.
Aoi membangunkan Kugayama yang masih tidur. Tapi Kugayama bilang ia mau bolos jam pertama.
Aoi berlari di depan halaman rumahnya sambil membawa kantong sampah dan berteriak Gawat! Gawat! Gawat! Ia takut telat karena ada ujian di jam pertama. Kugayama dengan santai berdiri diteras sambil teriak jangan numpuk sampah, ya.
Mengingat hal itu membuat Aoi jadi kesal. Ia mengepalkan tangannya dengan ekspresi menahan kesal. Tapi ia tersadar saat melihat Moe sedang menatapnya dengan pandangan heran.

“Ah, itu karena sedang banyak urusan.” Ucap Aoi kikuk.
“Hidup sendiri itu susah ya.” Lanjut Moe khawatir.
“Oh ya... Moe, Kugayama...” Aoi ragu karena ia takut Moe akan sedih jika ia menyinggung tentang Kugayama saat ini. Tapi Moe malah bersemangat dan bilang ia semakin suka pada Kugayama.
“Walaupun ia sudah berkata kejam begitu.”
“Karena Shuusei itu si pangeran Tsundere.” Kata Moe bersemangat.
Dua temannya yang lain masuk kelas sambil terburu-buru dan memberitahu kalau teman mereka yang bernama Nanami dari kelompok 2 akan di D.O  karena ketahuan tinggal bareng dengan pacarnya. Mendengar itu Aoi jadi cemas, ia takut dikeluarkan juga dari sekolah jika ketahuan tinggal dengan Kugayama.
“Gawat!” desah Aoi sambil menggigiti timunnya. Ia sudah tidak lagi memperhatikan teman-temannya yang masih sibuk bergosip.
Dilorong kelas. Aoi dan teman-temannya berpapasan dengan Kugayama yang sedang ngobrol dengan salah satu temannya. “Eh itu Shuusei kan?” bisik temannya Aoi. Teman-temannya yang lain menyuruh Moe untuk menyapanya. Tapi Moe khawatir karena ia baru saja ditolak kemarin. Mereka tidak memperhatikan Aoi yang langsung berbalik membelakangi mereka karena tidak mau bertemu Kugayama.

Kugayama pun berjalan kearah mereka. “Shuusei kesini.” Bisik teman-teman Aoi. Mereka sibuk merapikan penampilan Moe dan mendorongnya untuk menekati Kugayama.
“Anu..” ucap Kugayama pada Moe.
“Ya.”
“Orang itu...” katanya sambil menunjuk ke arah Aoi yang sedang pura-pura sibuk melihat kejendela.
Teman-temannya yang lain berbalik menghadap arah yang ditunjuk oleh Kugayama itu.
Aoi berbalik. “Aku?” katanya menunjuk diri sendiri.
  “Ini kuncimu” ucap Kugayama sambil menunjukkan kunci kamar Aoi ditangannya.
Aoi panik. Ia langsung menghampiri Kugayama. “Sini... sini” bisiknya sambil menyeret Kugayama menjauhi teman-temannya.
“Kalau ketahuan tinggal bersama, kita akan dikeluarkan dari sekolah.” Bisiknya lagi.
“Memangnya kita tinggal bersama ya?” tanya Kugayama santai.
“Meskipun tidak dalam arti khusus. Tapi bagi orang luar seperti itu. Kalau ketahuan bisa gawat.”
Seperti biasanya Kugayama tidak memperdulikan omelan Aoi. Ia malah sibuk memainkan gantungan kunci ditangannya. “Tidak butuh nih?” kata Kugayama sambil menunjukkan kunci itu.
“Kembalikan.” Ucap Aoi sambil berusaha mengambil kunci ditangan Kugayama. Tapi Kugayama malah menjauhkan kunci itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Sampai Aoi harus loncat-loncat merebut kuncinya kembali.
Kugayama menyudutkan Aoi di dinding agar mereka tidak dilihat oleh teman-teman Aoi yang masih memperhatikan mereka dengan wajah bingung. “Terima kasih nya mana? Kalau ketahuan gawat kan!”
“Terima kasih.” Bisik Aoi pasrah.
“Tidak kedengaran...” Kugayama berusaha memprovokasinya.
“Ari ga tou!” ucap Aoi lebih keras.
“Itu bisa.” Ucap Kugayama sambil tersenyum menang.
Aoi merebut kembali kunci kamarnya dan menanyakan tentang kaki Kugayama, sejak kapan sembuh.
“Entahlah.” Jawab Kugayama cuek.
“Yang benar saja.” Aoi berteriak, ia sudah tidak bisa menahan kekesalannya pada Kugayama.
“Shuusei...” panggil Sato dari kejauhan. Aoi langsung berbalik dan bersembunyi. Setelah Kugayama dan temannya itu pergi, teman-teman Aoi termasuk Moe menghampirinya. Mereka tak menyangka jika Aoi ternyata dekat dan akrab dengan Kugayama. Tapi Aoi cepat-cepat menyangkalnya. “Ah, kunci! Kunciku terjatuh dan dia menemukannya.” Jawab Aoi sambil tertawa-tawa.
Mereka sepertinya percaya dengan ucapan Aoi dan malah memuji Kugayama yang baik hati karena mau mengembalikan kunci kamar Aoi.
Sepulang Sekolah.
Aoi menggantungkan banyak note di kamarnya. Di kulkas tergantung note dengan tulisan “Jangan makan seenaknya!”
Di depan pintu kamar mandi “Jangan pakai handuk orang lain seenaknya”,“Ketuk dulu sebelum masuk toilet.” Ia bahkan membuat kain pembatas antara tempat tidurnya dan Kugayama.
“Capeknya! Inilah kehidupan tenangku”. Desah Aoi setelah ia selesai dengan kegiatannya memasang kain pembatas itu. Dia mendengar Kugayama sudah pulang, namun sepertinya Kugayama sedang mengobrol dengan seseorang. Aoi panik saat menyadari Kugayama tidak sendirian. Ia pun langsung bersembunyi.
Ternyata Sato yang datang bersama Kugayama, ia menemukan pakaian perempuan di atas tumpukan pakaian milik Kugayama. ”Ah ini kan punya cewek”
“Punya cewek kamar sebelah” jawab Kugayama. “Kadang-kadang jemurannya terbang kesini. Seperti celana dalam merah polkadot putih.”
“Seperti apa dia?”
“Biasa saja”
“Cewek disekolah kita”
“Ya”
“Siapa? Siapa? Siapa?” tanya Sato penuh semangat. Sementara Aoi sedang bersembunyi dibalik selimut takut ketahuan.

Tepat saat itu Kugayama melihat salah satu kaki Aoi yang keluar dari balik selimut. Ia langsung tersenyum jail. (waduhh bakal dikerjain lagi nih si Aoi).
Dan benar saja pemirsa, Kugayama dengan santai dan sengaja duduk tepat diatas tubuh Aoi yang dibungkus selimut itu. HhhAAAaaaaaa...
Aoi mengaduh kesakitan. Ia cepat-cepat membekap mulutnya sendiri takut kedengaran Sato.
“Barusan ada suara aneh” ucap Sato. “Tidak” jawab Kugayama.
Sato tidak membahas lebih jauh lagi. Ia berjalan menghampiri Kugayama hendak mengambil sesuatu dan kakinya berada tepat disamping wajah Aoi yang masih bersembunyi.
Aoi langsung mengibas-ngibaskan tangannya dan menutupi hidungnya menahan aroma yang berasal dari kaos kakinya Sato.
Tidak sampai disitu saja, kesialan Aoi berlanjut saat Kugayama dengan sengaja menggelitiki telapak kakinya yang muncul dari balik selimut. Aoi sontak bersuara “Hei hentikan” ucapnya sudah tak tahan lagi. HAHHHAAAA!!!!
“Kau dengar suara cewek?” tanya Sato curiga.
“Ya cewek sebelahlah. Kan temboknya tipis.” Kugayama berusaha mengelak.
Mendengar jawaban Kugayama itu, Sato jadi penasaran apakah suara dari kamar mandi juga bisa terdengar. Ia keluar menuju balkon ingin membuktikannya. Yaaa ampunnn Sato, dia juga kena tipuan si Kugayama Shuusei...
Aoi pun keluar dari persembunyiannya saat Sato sudah di luar.
“Apa?” tanya kugayama dengan wajah tak bersalah.
“Apa yang kau lakukan?” Aoi langsung berteriak dan meninju lengan kugayama dengan kesal. Kugayama mengaduh kesakitan.
Tak lama setelah itu, Sato masuk lagi dari jendela balkon dan terkejut melihat Aoi sudah ada di dalam kamar Kugayama. “Siapa?” tanyanya penasaran.
“Cewek kamar sebelah ingin mengambil jemurannya” jawab Kugayama.
Aoi pun berakting memperkenalkan dirinya sambil tersenyum manis. “Aku Nishimura Aoi, yang tinggal disebelah. Dari kelas 3-3.”
“Aku Sato Ryosuke dari kelas 3-1. Aku ini bisa dibilang Soul-mate-nya Shuusei sejak SMP”
Setelah berbasa-basi, Aoi permisi pulang. Ia menatap Kugayama dengan sinis. Ya iyalah rumah siapa yang terusir siapa hhhaa.
Ketika Aoi berbalik akan pergi. Kugayama memanggilnya “Ah! Ini kelupaan” ucapnya sambil memberikan pakaian milik Aoi yang tertinggal. “Terima Kasih” balas Aoi menahan kesal.
Ternyata diluar hujan deras. Aoi berteduh di depan toko. “Ugh, sial! Itu kan rumahku” keluhnya. Tak sengaja, ia melihat promo diskon didepan kaca toko itu.
Aoi memutuskan untuk berteduh didalam. Saat sedang melihat-lihat, seorang pria menyapanya.
“Kak Sanjou..” panggil Aoi.
Kak Sanjou bekerja di toko itu. Ia menawarkan Olive oil dan menyuruh Aoi untuk mencicipinya. Aoi memuji rasanya yang enak.
Sepertinya Aoi kena flu karena kehujanan tadi. Ia bersin-bersin di depan kak Sanjou.
Kak sanjou memberikan jaketnya pada Aoi. Ia bahkan meminjamkan payung dan khawatir Aoi terkena demam.
Aoi merasa tidak enak karena sudah merepotkan kak Sanjou. Sementara pegawai ditoko itu memperhatikan keakraban mereka penuh tanya.
Aoi pulang kerumah dengan wajah yang memerah dan terus bersin-bersin. Ia berhenti sebentar di depan pintu untuk memastikan Sato sudah pulang. Saat membuka pintu, ia melihat Kugayama sudah rapi. Sepertinya akan pergi keluar. Aoi langsung menghampiri Kugayama dan melarangnya untuk tidak mengajak teman pulang kerumah. Ia takut dikeluarkan dari sekolah jika ketahuan tinggal bersama dengannya.
Kugayama tidak memperdulikan kekhawatiran Aoi itu. Ia malah menanyakan hal lain. “Itu dari mana?” tanya Kugayama sambil melirik jaket yang sedang dikenakan Aoi.
 Aoi mengatakan kalau jaket itu dipinjamkan kak Sanjou padanya.
Tiba-tiba Aoi sempoyongan dan hendak terjatuh. Kugayama cepat-cepat menahan bahunya. Lalu ia menyentuh dahi Aoi, “Kau demam” ucap Kugayama.
“Oh ya.” Balas Aoi gugup
“Lagi pula kau terlalu dekat” ucap Aoi sambil menghindar menjauh dari Kugayama.
“Kau... belum pernah pacaran kan?”
“Kenapa tiba-tiba bilang begitu”
“Jangan-jangan belum pernah kencan juga”
“Itu tak ada hubungannya denganmu” jawab Aoi sambil bersin-bersin.
Tiba-tiba bel pintu berbunyi.
Kugayama hendak membukakan pintu tapi dihentikan oleh Aoi.
“Tunggu! Kau sembunyi disana” ucap Aoi sambil mendorong Kugayama menjauh.
Saat ia membuka pintu, ternyata kak Sanjou yang datang. Ia datang untuk memberikan resep makanan pada Aoi. Aoi sangat senang dan memuji resep yang dibuat kak Sanjou. Saat kak Sanjou melihat kedalam kamarnya, Aoi langsung menutup pintunya.
“Ada seseorang?”
“Mana mungkin” jawab Aoi cepat. Ia berdiri dibelakang pintu kamarnya, takut ketahuan kak Sanjou.
“Ah dari kamar sebelah. Suara dari kamar sebelah sering terdengar” ucap Aoi sambil menujuk kamar sebelahnya.
Kak Sanjou tahu jika ada anak laki-laki SMA yang tinggal disebelah. Ia menasehati Aoi untuk berhati-hati pada anak SMA itu.
Aoi mengiyakan saja. Ia mengatakan pada kak Sanjou akan mengembalikan payung dan jaketnya setelah dicuci. Tapi kak Sanjou tidak masalah dengan hal itu. Aoi bilang, ia akan melakukannya. Ia benar-benar merasa tertolong hari ini.
“Oke, sampai nanti” jawab kak Sanjou sebelum pergi.
“Terima kasih”
 
Setelah kak Sanjou pergi, Aoi kembali kekamarnya.
Tapi Kugayama malah meledek Aoi dengan berkata “Kawaii...” “Arigatou gozaimasuu” sambil memasang tampang imutnya. Ihh iihh bilang aja lagi cemburu hhhiiii
“Aku tidak bilang begitu” bantah Aoi.
“Orang itu tinggal disini?”
Aoi mengatakan kalau Kak sanjou tinggal dilantai 1 dan dia sekolah di universitas Keio.
Kugayama tidak tertarik, ia pamit hendak pergi kerja sambilan.
“Kerja sambilan?” ulang Aoi heran.                          
“Sampai nanti” ucap Kugayama sambil mendorong kepala Aoi dengan keras. Ia lalu menutup pintu.
“Sakit! kau ini kenapa sih” keluh Aoi kesal.
Tapi ketika Aoi melihat dicermin, dahinya sudah tertempel obat penurun demam.
Rupanya Kugayama gak sadis-sadis amat ya. Wkkkwkk :p
Pagi hari.
Aoi menyapa ibu kost yang sedang menyiram tanaman di halaman depan rumah. Ia sendiri sibuk menjemur pakaiannya di teras.
Ibu kost bertanya padanya bagaimana rasanya tinggal dengan cowok yang tampan?
“Ah! Aku sudah tidak tahan” jawab Aoi kesal.
“Jadi anak muda susah juga ya...” desah ibu kost. “Eh! Kau harus menahan nafsumu loh” lanjutnya sambil berteriak lantang. Walah... salah persepsi nih ibu kost, Aoinya juga sihh hhhiiii :D
“Eh! Oh! Ibu kost” Aoi langsung panik.
Ibu kost memberitahu Aoi kalau Kugayama itu membayar uang sewa dengan kerja sambilan, karena itu ia sering keluar rumah.
Kouta, anak si ibu kost berlari menghampiri ibunya di halaman.
Aoi menyapanya dan Kouta mengajak Aoi ikut makan barbeque bersama.
“Barbeque?”
Ibu kost menjelaskan kalau hari minggu ini mereka akan membuat pesta sambutan untuk Shuusei. Tepat saat itu Kugayama keluar dari kamar Aoi masih dengan sikat giginya.
“Shuusei ikut kan?” tanya Kouta.
“Yup!” jawab Kugayama sambil mengacungkan jempolnya yang dibalas Kouta dengan hal yang sama juga.
Tiba-tiba terdengar suara sepeda terjatuh. Aoi menoleh kearah asal suara itu. Betapa terkejutnya ia saat melihat Moe ada di depan rumahnya, berdiri mematung dengan mulut mengaga memandang ke arah Aoi yang sedang berdiri di samping Kugayama di teras rumahnya.
Aoi melihat ke sampingnya, ekspresi Kugayama malah cuek seakan tidak perduli pada kehadiran Moe. Kugayama meneruskan acara sikat giginya dengan santai.
“Ah! Ini bukan seperti yang kamu pikir! Moe...” Aoi berusaha menjelaskan, ia tidak ingin Moe salah paham padanya.
Pesta Barbeque.
Di taman, semua orang sudah berkumpul. Ada Kugayama yang asyik bermain dengan Kouta. Kak Sanjou yang bertugas memasak makanan. Sato mengangkat kayu bakar.
Ibu kost bertanya pada kak Sanjou “Mau masak apa hari ini?”
“Aku akan membuat rissoto dan daging panggang” jawab kak Sanjou sambil mengenakan celemeknya.
“Wah, sugoii Sanjou kun” puji ibu kost padanya.
Diam-diam kak Sanjou memperhatikan Aoi yang sedang menghampiri Moe sambil membawa keranjang yang sepertinya berat.
“Aku kaget. Ternyata Shuusei tinggal disebelahmu” kata Moe sambil mengupas buah-buahan.
“Benar, kebetulan sekali ya...” jawab Aoi.
“Kalau dia tinggal bersamamu, kehidupan Aoi yang tenang jadi hilang, kan?”
“Benar sekali”
Kemudian mereka memperhatikan Kugayama yang sedang asyik bermain lemparan bola dengan Kouta.
“Tetapi, ditempat Aoi banyak sekali cowok cakepnya ya?” ucap Moe dengan nada iri. “Shuusei dan juga kak Sanjou” ia menjelaskan.
“Kak Sanjou?” tanya Aoi sambil menoleh pada kak Sanjou yang sibuk dengan masakannya.
“Baik, keren, dewasa, pintar masak. Lengkap tuh. Tapi aku sih lebih memilih pangeran Tsundere.” Kata Moe.
Aoi ingin membantu Moe agar lebih dekat dengan Kugayama. Ia menawarkan Moe untuk ikut bergabung bersama Kugayama dan Kouta yang sedang bermain lemparan bola.
“Kouta, Moe juga ingin ikut main. Bolehkan?” Aoi berbicara pada Kouta.
Tak lama setelah Moe ikut bergabung, seorang laki-laki berteriak memanggil Kugayama. “Shuusei, aku rindu padamu!” seru laki-laki itu sambil menghampiri Kugayama dan langsung memeluknya.
“Ibu, ada laki-laki berpelukan dengan laki-laki!” teriak Kouta pada ibunya. hhhhaa
Takut mereka semua salah paham. Kugayama angkat bicara “Ini kakakku.”
Ibu Kouta menyapanya.
“Bu Kazumi, ini untukmu” ucap kakak Kugayama seraya membuka box yang dibawanya. (ternyata ibu kost dan ibunya Kouta itu namanya Bu Kazumi).
Sato pun menyapa kakaknya Kugayama yang ia panggil kak Soju itu.
“Shuu-chan” panggil seorang gadis dari kejauhan. Mereka semua menoleh ke asal suara. “Shuu-chan, lama tidak bertemu” sapa sang gadis pada Kugayama.
“Kenapa Satsuki juga ada disini?” tanya Kugayama saat gadis itu sudah berdiri di depannya.
“Aku berpikir mungkin Shuu-chan mau bertemu denganku.”
“Dia ini...” tanya bu Kazumi.
“Teman masa kecil kami. Namanya Satsuki.” Jelas kak Soju.
Tapi Sato bilang kalau Satsuki adalah mantan pacarnya Kugayama. Sepertinya Sato kurang menyukai Satsuki. Satsuki baru menyadari keberadaan Aoi dan Moe disana. Ia menghampiri mereka seraya bertanya “Di apartemennya Shuu-chan juga ada anak cewek?” (hadehh, nih orang gak sopan banget yak, bukannya menyapa dulu. Memperkenalkan diri kek).

Aoi dan Moe pun memperkenalkan diri mereka pada Satsuki. Tapi Satsuki hanya menanggapinya dengan acuh. Ia langsung berbalik menghampiri Kugayama dan mengajaknya pergi.

“Rasanya kok menyebalkan, ya?” bisik Aoi pada Moe.
“Bukan ‘rasanya’, tapi memang menyebalkan” komentar Moe.
Mereka semua menikmati makanan yang sudah di masak oleh kak Sanjou. Setelah itu, Kugayama dan Satsuki terlihat masih duduk didepan meja makan. Sedangkan Aoi membantu kak Sanjou yang sedang memanggang sosis. Kak Sanjou memperhatikan Aoi yang sesekali memandang ke arah Kugayama dan Satsuki. “Dia di sekolah banyak penggemarnya kan? Shuusei” tanya kak Sanjou.
“Ya, sepertinya begitu.”
“Kok ‘sepertinya’? Aoi tidak tertarik?”
“Ya! Dia itu cowok tidak berperasaan” jawab Aoi.
“Salah! Aku juga tidak tertarik padamu” sambung Kugayama yang tiba-tiba saja sudah bergabung bersama mereka.
“Kau ini, nguping ya?” kata Aoi sebal, Kugayama seperti biasanya cuek dan malah mengalihkan pembicaraan.
“Aku mau makan itu?” tunjuk Kugayama.
“Ambil sendiri” protes Aoi.
Kugayama mengeluhkan tangannya yang sakit. Tapi Aoi sudah tidak percaya lagi dengan akal-akalan Kugayama.

“Kalian berdua akrab ya?” kata kak Sanjou.

“Sama sekali tidak” jawab mereka berbarengan.

“Kalian sangat serasi, seperti bukan sekadar tetangga. Aku merasa iri” lanjut kak Sanjou lagi.

“Kalau begitu, bawa saja dia pulang” Kugayama menanggapi.
“Kau ini bicara apa?” Aoi angkat bicara.
Kugayama mengambil makanan dan bergumam rasanya sangat enak. Ia berlalu pergi begitu saja.
Aoi meminta maaf pada kak Sanjou atas kelakuan Kugayama barusan. Dia menjelaskan jika Kugayama itu memang suka seenaknya sendiri dan sangat aneh.
Sementara itu dari tempat duduknya, Satsuki memperhatikan Aoi dengan pandangan tidak suka.
Hari sudah menjelang sore. Aoi, Moe, dan juga Sato sedang bermain hom pim pah. Aoi dan Moe batu sedangkan Sato sendiri gunting. “Kenapa aku selalu kalah” keluh Sato.
Aoi memilih yogurt, Moe susu strawberry. Dan Sato juga ingin susu strawberry.
“Kenapa kau ikut-ikut?” protes Moe.
“Tidak apa kan? Aku juga ingin minum” bela Sato. (Ehemm ehemm Sato kayaknya suka Moe dehhh).
Di tempat lain, Satsuki sedang bersama Kugayama yang sibuk memasukkan barang-barang ke dalam bagasi mobil. Satsuki menayakan apakah kugayama masih mengingat janjinya?
“Memangnya aku bisa lupa?” jawab Kugayama.
“Syukurlah” kata Satsuki dengan ekspesi senang. (Emang Kugayama berjanji apa sama Satsuki ?).
Kugayama sepertinya sangat perhatian pada Satsuki. Ia memakaikan jaketnya dibahu Satsuki. Takut Satsuki masuk angin karena udara yang dingin. Setelah itu ia pamit pergi ke toilet.
Saat Satsuki berpaling, ia melihat Aoi berdiri tak jauh di depannya. (Wahh wah Aoi barusan ngeliat Kugayama yang sangat perhatian pada Satsuki, cemburu nihhh).
Kugayama dan kak Sanjou saling berpapasan dijalan. “Anu...” ucap kak Sanjou sambil menghentikan langkahnya. Kugayama berbalik menghadap kak Sanjou.
“Kalau perasaanmu hanya main-main. Tolong jangan dekat-dekat Aoi. Setahun ini aku selalu menjaga Aoi, seperti seorang kakak” lanjut kak Sanjou.
Kemudian kak Sanjou berjalan mendekati Kugayama. “Kalau kau menyakitinya, aku tidak akan memaafkanmu.”
“Kakak?” ucap Kugayama dengan nada mencela. “Keren tuh” ledeknya dan berlalu pergi.
Ternyata Aoi yang menggantikan Kugayama memasukkan barang-barang ke dalam bagasi. Dan Satsuki hanya ngeliatin doang, bukannya ikut ngebantuin eh.
Satsuki menceritakan pada Aoi kalau Kugayama sejak dulu selalu melindunginya seperti saudara.
“Oh, begitu ya?” Aoi menanggapi.
“Namamu Aoi, kan? Shuu-chan, tidak akan berpacaran dengan siapa pun. Artinya percuma saja jika kau suka dia” lanjutnya lagi dengan pandangan sinis.
“Ah! Tidak, aku sama sekali tidak punya perasaan itu” Aoi berusaha menyangkal. Tapi Satsuki seakan tidak peduli. Ia malah berjalan pergi meninggalkan Aoi begitu saja.
Malam hari, hujan turun dengan derasnya. Aoi berada dikamar kostnya, ia berbaring gelisah sepertinya tidak bisa tidur.
Lalu ia bangkit duduk dan tiba-tiba terdengar suara petir menyambar, sontak Aoi ketakutan. Ia menutupi telinganya dan berteriak.
“Kenapa? Itu cuma petir saja kan?” ucap Kugayama yang tidur di sebelahnya dengan dibatasi oleh kain pembatas yang dipasang oleh Aoi.
“I-iya yah?” jawab Aoi terbata-bata, ia hendak berbaring lagi. Tapi suara petir yang besar kembali terdengar. Aoi kembali ketakutan.
“Jangan ketakutan dong.”
“Aku sama sekali tidak takut. Aku tidak apa-apa” balas Aoi.
Tapi saat lagi-lagi suara petir terdengar. Aoi cepat-cepat menutup telinganya. Ia berteriak ketakutan sambil memejamkan kedua matanya.
Saat ia membuka mata, ia melihat sebelah tangan Kugayama sudah terulur di depannya.
Dengan ragu-ragu, Aoi meraih tangan Kugayama dan menggenggamnya dengan erat. Apalagi ketika suara petir kembali terdengar.
Di sampingnya Kugayama terlihat sedang memikirkan sesuatu. Mereka berpengangan tangan sepanjang malam berpetir itu.
Pagi hari.
Aoi menyapa Bu Kazumi di halaman saat ia hendak berangkat kesekolah. Bu Kazumi mengatakan jika petir semalam sangat mengerikan ya?
“Benar sekali. Benar-benar mengerikan.”
“Tapi karena ada shuusei jadi tenang, kan?” goda Bu Kazumi.
“Ah, tidak. itu...” Aoi mengibas-ngibaskan tangannya berusaha menyangkal. Padahal ia kan? hhheee
“Oh ya, Aoi mau pergi ketaman bermain?”
“Aku dapat dua tiket dari kenalanku, tapi bulan ini aku sibuk sekali” ucap bu Kazumi seraya menyerahkan tiket itu padanya.
“Kalau begitu, aku akan pergi bersama Moe” ucap Aoi semangat.
Tiba-tiba saja salah satu tiketnya sudah dirampas oleh Kugayama. Datang dari mana nih orang?? Kayak hantu suka tiba-tiba muncul wkwkwk :p
“Aku akan pergi. Terima kasih” ucap Kugayama.
“Ehhh...” Aoi masih terheran-heran.
“Sampai jumpa sepulang sekolah” ucap Kugayama seraya pergi.
“Eh kok? Eh tunggu!” Aoi menyusul Kugayama yang berada di depannya.
“Hei, tunggu! kembalikan!” teriak Aoi lagi.
Bu kazumi hanya memandang kepergian mereka dengan senyum.
Di Taman Bermain “Yokohama Cosmo”
Aoi sudah tiba lebih dulu. Ia mengeluhkan Kugayama yang belum datang. Saat melihat dua orang gadis lewat di depannya. Aoi memikirkan sesuatu, ia mengeluarkan cermin dari dalam tasnya lalu merapikan rambutnya yang berantakan. “Eh, ini kan, bukan kencan?” gumamnya saat tersadar. Ia pun memasukkan kembali cerminnya ke dalam tas.
Kugayama lewat di depannya dan langsung mengacak-acak rambutnya.
“Hei, tunggu!” teriaknya.
“Ah! Aku akan melatihmu kencan” Kugayama menghentikan langkahnya lalu berbalik memandang ke arah Aoi “Kamu belum pernahkan?”
Aoi hanya diam saja sambil cemberut.
Kugayama meraih tangan Aoi lalu menggenggam tangannya itu.

“A-apa?” ucap Aoi gugup.
“Aku suka wajah kesulitanmu itu” bisik Kugayama seraya terseyum manis. Sosweett hhhiii

Mereka berjalan memasuki taman bermain sambil bergandengan tangan.

Bersambung ke bagian 2 ~