*PEMERAN*
~
Nishimori Aoi (Ayame Gouriki)
~
Kugayama Shuusei (Kento Yamazaki)
~
Shibuya Moe (Rei Okamoto)
~
Ryosuke Sato (Akiyoshi Nakao)
~
Wataru Sanjou (Renn Kiriyama)
~
Satsuki Mizuno (Anna Ishibashi)
~
Kugayama Soju (Seiji Fukushi)
Aoi sedang berlarian menyusuri lorong-lorong
yang ada di sekolahnya. Ia ingin menemui Moe dan memberikan
semangat pada sahabatnya itu. Karena sang sahabat akan mengungkapkan perasaan
sukanya pada cowok yang terkenal tampan dan juga pintar di sekolah yang bernama
Kugayama Shuusei. Di sisi lain, Kugayama sendiri sedang
melewati lapangan sekolah. Semua murid perempuan memandangnya dengan tatapan
kagum.
Moe berlari mengejar Kugayama dan berteriak “Aku
suka kamu!." Tapi sayangnya ia malah ditolak oleh Kugayama. Dengan
kata-kata yang kejam pula. “Kau berisik! Mengganggu! Dan aku tidak tertarik!”
ucap Kugayama padanya dengan acuh dan langsung berlalu pergi meninggalkan Moe
begitu saja.
Teman-teman mereka yang lain malah menertawakan Moe.
Mereka sudah menduga dari awal, pasti akan ditolak. Aoi yang ikut menyaksikan
kejadian itu, menahan kesal sambil mengepalkan tangannya erat-erat.
“Kau siapa?”
“Teman baiknya Moe. Nishimori Aoi.”
Eh si Kugayama malah gak ngeh Moe siapa yang di
maksud Aoi. Dan itu membuat Aoi tambah kesal padanya. “Gadis yang barusan
menyatakan perasaannya padamu. Kau tahu tidak Moe itu benar-benar suka sama...”
Aoi heran melihat Kugayama yang hanya memandanginya dan diam saja. “Apa?”
bentaknya.
Kugayama mendekat dan menyudutkannya ke dinding.
“Kamu juga... mau melakukan itu denganku?” (mungkin maksudnya menyatakan perasaannya
juga padanya) sambil tersenyum evil.
Aoi teringat saat Moe pertama kali memberitahunya
tentang Kugayama. “Dia itu
sangat terkenal ya?” tanya Aoi. “Shuusei itu bukan hanya tampan, nilainya TOP
dan jago olahraga. Kakkoii.” Seru Moe dengan semangat. Aoi kelihatannya tidak
terlalu tertarik pada Kugayama. Ia hanya mengangguk dan mendengarkan ocehan Moe
yang memuja-muja Kugayama.
Di depan tangga, Aoi menyuruh Kugayama jalan
sendiri, karena ia tidak yakin bisa menggendong Kugayama sambil menaiki tangga
itu. Tapi Kugayama tidak peduli. Aoi menyarankan Kugayama ke dokter saja kalau
memang sakit. Kugayama tidak mau dengan alasan ia membenci rumah sakit.
Setelah protesnya tidak ditanggapi. Dengan susah
payah Aoi menaiki tangga itu sambil menggendong Kugayama. Ia bahkan hampir saja
terjatuh, untung ia masih bisa bertahan. Sepertinya Aoi mengerahkan seluruh
tenaganya. (Tega sekali Kugayama ini yah :p)
Yang benar?”
Dikamar berapa?”
202” jawab Kugayama.
“Tetanggaku?! Sejak kapan?”
“Seminggu yang lalu”
Kugayama sepertinya belum puas ngerjain Aoi. Dia
nyuruh Aoi bersih-bersih kamarnya yang berantakan. Dan dia sendiri malah asyik
baca komik sambil cekikikan. “Kenapa aku harus jadi pembantu.” Gerutu Aoi
kesal. Saat akan membereskan pakaian, Aoi baru sadar kalau
yang dipegangnya itu celana boxer. Ia langsung menjerit dan melemparkan boxer
itu pada Kugayama yang masih duduk santai. Aoi langsung protes. “Sekarang aku
sedang bersih-bersih. Kenapa aku juga harus membuat makanan”
Kugayama mengeluarkan jurus memelasnya. Ia menyentuh
kakinya yang sakit dan mengeluh kelaparan. Hal itu sukses membuat Aoi mengalah.
Ia merasa bersalah karena telah menyebabkan kaki Kugayama terluka. Dengan terpaksa
ia menuruti kemauan Kugayama memasak makanan.
Aoi kembali kekamarnya di kamar 203, mengambil bahan
makanan untuk ia masak di tempat Kugayama. Sambil menggerutu kesal.
Kugayama memperhatikan Aoi yang sedang mengolah bahan-bahan masakannya. Ia tidak menyangka Aoi bisa masak. Aoi bilang ia sudah
setahun hidup sendirian karena ayahnya pindah kerja di Cina. Ia tidak bisa ikut
ayah dan ibunya karena waktu itu sedang ujian. Sebenarnya hal itu hanyalah
alasan supaya ia bisa tinggal di Jepang. Ia tidak suka tiba-tiba pindah sekolah
dan keluar negeri apalagi harus berpisah dengan Moe.“Moe?” tanya Kugayama lagi.
“Gadis yang tadi nembak kamu! Dia itu gadis yang
baik. Dia selalu membelaku saat masuk SMP.” Ucap Aoi panjang lebar sambil
memotong sayur sampai ia tidak menyadari kalau Kugayama sudah berdiri menempel
tepat di belakangnya dan bergumam “Oh! Kelihatannya enak” kata Kugayama
tiba-tiba dan mengagetkannya.
Apalagi saat ia berbalik dan melihat Kugayama
bertelanjang dada. ”Pakai baju! Pakai baju!” teriak Aoi. Karena gugup, ia tak sengaja menumpahkan alkohol
kedalam masakannya. Dan itu menyulut api dari kompor sampai ke atap dan mengenai
saluran air dari atas kamar Kugayama.
Jadilah kamar Kugayama kebanjiran. Basah semua
hhhhaaa :D
Aoi hanya bisa tertunduk dan meminta maaf. Ia
bertanya perlu berapa lama memperbaikinya?
Ibu kost menjelaskan saat ini mereka sedang sibuk
persiapan. Mungkin butuh waktu satu bulan. Ia bingung karena sudah tidak ada
lagi kamar yang kosong.
“Tidak apa-apa. Aku tinggal di rumah teman saja.”
Jawab Kugayama santai.
Mengingat hal itu membuat Aoi jadi kesal. Ia
mengepalkan tangannya dengan ekspresi menahan kesal. Tapi ia tersadar saat
melihat Moe sedang menatapnya dengan pandangan heran.
Dilorong kelas. Aoi dan teman-temannya berpapasan
dengan Kugayama yang sedang ngobrol dengan salah satu temannya. “Eh itu Shuusei
kan?” bisik temannya Aoi. Teman-temannya yang lain menyuruh Moe untuk
menyapanya. Tapi Moe khawatir karena ia baru saja ditolak kemarin. Mereka tidak
memperhatikan Aoi yang langsung berbalik membelakangi mereka karena tidak mau
bertemu Kugayama.
“Tidak masalah?” tanya si ibu kost.
“Ya.. iya kan?” kata Kugayama sambil melirik ke Aoi.
“Rumah teman itu...siapa?” tanya Aoi curiga.
“Rumahmu!” tunjuk Kugayama padanya.
“Apaaaaaa?! Yang benar saja!”
Bahkan saat pindahan pun Aoi yang membawakan semua
barang-barang milik Kugayama dengan susah payah. Belum sempat ia mempersilahkan
masuk, si Kugayama udah nyelonong duluan ke kamarnya. “Kenapa bisa jadi
begini!?” keluh Aoi pada dirinya sendiri.
Kugayama melihat-lihat kamar Aoi. Sampai ia tiba di
depan jendela dan hendak membuka pintu jendela itu. Aoi tiba-tiba panik saat
Kugayama menuju ke jendela kamarnya. Karena ia menggantung pakaian dalamnya
disana. Ia pun bergegas hendak menyembunyikan pakaian dalam itu sebelum dilihat
oleh Kugayama. Saking terburu-burunya ia jadi tersandung kotak sampah dan
terjatuh mencium lantai hhhaa. Sampai hidungnya berdarah pula.
Meskipun begitu, Aoi belum menyerah untuk
menyelamatkan pakaian dalamnya itu. Ia langsung bangkit berdiri dan menarik
pakaian dalam itu dari gantungan.
“Lihat tidak?”
“Aku mau mandi.” Jawab Kugayama.
Aoi kira Kugayama tidak melihatnya, ia pun mendesah
lega. Tapi Kugayama bicara lagi. “Merah polkadot putih.” (motif pakaian dalam
yang berusaha disembunyikan Aoi). Kasihan Aoi, jadi sia-sia perjuangan tak
kenal lelahnya barusan.
Saat Kugayama sedang mandi. Aoi mempersiapkan makan
malam sambil mengeluhkan dirinya yang belum pernah berpacaran tapi sekarang
malah tinggal bareng dengan cowok.
Kugayama keluar dari kamar mandi tanpa pakaian. Dan
itu membuat Aoi histeris lagi. “Pakai baju!” Teriaknya sambil berlari menjauh.
Ia mengeluhkan kelakuan Kugayama yang membuatnya merasa terganggu.
Kugayama tidak mendengarkan omelan Aoi. Ia malah
sibuk makan dan memuji masakan Aoi yang terasa lezat dengan senyuman manisnya.
Duhh duhh melting deh liat senyumnya. Hhhiiii :D
Di ruang kelas yang hening. Aoi sepertinya sedang memikirkan
sesuatu, ia mendesah keras dan suara desahannya itu membuat semua teman-teman
bahkan pak guru menoleh padanya.
“Nishimori? Apa pelajaran pak guru benar-benar
membosankan?” tegur pak guru dengan wajah menahan tangis. Dan semua
teman-temannya tertawa. Hhhaa ya ampun dosa loh buat orang tua nangis.
“Tidak. Sama sekali tidak” kata Aoi sambil meminta
maaf. Moe ikut heran melihat tingkah Aoi yang tidak biasa
itu.
Aoi melanjutkan lamunannya dan tidak sengaja menoleh
kearah jendela. Dilapangan, ia melihat Kugayama sedang asyik main bola. Ia
tidak memperdulikan itu. Tapi saat ia berbalik ia baru menyadari sesuatu.
“Eh?” Teriaknya tiba-tiba. Ia langsung berdiri
menghadap jendela lagi. “Kok bisa?! Lukanya gimana?! Bukannya dia benar-benar
sehat. Sial! Aku ditipu!” lanjutnya masih dengan berteriak kesal. (Kemarinkan
Kugayama sudah nyuruh-nyuruh Aoi ini itu dengan alasan kakinya yang sakit. Tapi
ternyata kakinya gak kenapa-kenapa. Benar-benar kena tipu si Aoi kaisaann)
Teriakannya kali ini mengundang rasa penasaran
teman-teman sekelasnya sampai mereka semua berkumpul di depan jendela untuk
melihat siapa yang dimaksud Aoi. Pak guru berdiri disampingnya dan bertanya “Nishimura?
Kau ditipu siapa?” Aoi baru sadar ia sudah membuat kegaduhan saat jam pelajaran
berlangsung. Ia hanya bisa pasrah dan meminta maaf lagi pada pak guru.
Jam Istirahat.
Aoi membuka kotak bekal miliknya dengan lesu karena
isinya hanya nasi dengan ketimun diatasnya. “Makanan apa itu? Tidak seperti
biasanya” tanya Moe heran. Aoi mengingat kejadian semalam sambil mendesah.
Flash Back
Saat hendak tidur. Ia kaget melihat Kugayama sudah
tidur duluan di atas kasurnya. Aoi menarik-narik kasurnya dan menyuruh Kugayama
pindah. Tapi Kugayama tidak mau karena kasur yang satunya sempit. Aoi masih
berusaha keras memperjuangkan kasurnya kembali. Ia mengeluhkan Kugayama yang
suka seenaknya sendiri.
Sepertinya Aoi nyerah dengan kasurnya itu karena
paginya ia tidur dikasur yang lain. Bunyi alarm membangunkan Aoi. Betapa kagetnya
ia saat membuka mata dan mendapati Kugayama tidur tepat disampingnya. Hal itu
membuat Aoi menjerit histeris. Jeritannya bahkan mengalahkan suara alarm hhhaa.
(Walahh, si Kugayama ini. Katanya kasur itu sempit, tapi masih bisa nyelip
wkwkwk :p).
Nah, karena terlambat Aoi sudah tidak sempat untuk
memasak. Jadi ia hanya mengisi kotak bekalnya dengan nasi dan menambahkan timun
diatasnya dengan kesal. Eksperinya itu loh kocak banget pas menaruh timun
diatas nasi. Terpaksa banget deh kayaknya hhhhaaa.
Aoi membangunkan Kugayama yang masih tidur. Tapi
Kugayama bilang ia mau bolos jam pertama.
Aoi berlari di depan halaman rumahnya sambil membawa
kantong sampah dan berteriak Gawat! Gawat! Gawat! Ia takut telat karena ada
ujian di jam pertama. Kugayama dengan santai berdiri diteras sambil teriak
jangan numpuk sampah, ya.
“Ah, itu karena sedang banyak urusan.” Ucap Aoi
kikuk.
“Hidup sendiri itu susah ya.” Lanjut Moe khawatir.
“Oh ya... Moe, Kugayama...” Aoi ragu karena ia takut
Moe akan sedih jika ia menyinggung tentang Kugayama saat ini. Tapi Moe malah
bersemangat dan bilang ia semakin suka pada Kugayama.
“Walaupun ia sudah berkata kejam begitu.”
“Karena Shuusei itu si pangeran Tsundere.” Kata Moe
bersemangat.
Dua temannya yang lain masuk kelas sambil
terburu-buru dan memberitahu kalau teman mereka yang bernama Nanami dari
kelompok 2 akan di D.O karena ketahuan
tinggal bareng dengan pacarnya. Mendengar itu Aoi jadi cemas, ia takut
dikeluarkan juga dari sekolah jika ketahuan tinggal dengan Kugayama.
“Gawat!” desah Aoi sambil menggigiti timunnya. Ia
sudah tidak lagi memperhatikan teman-temannya yang masih sibuk bergosip.
Kugayama pun berjalan kearah mereka. “Shuusei
kesini.” Bisik teman-teman Aoi. Mereka sibuk merapikan penampilan Moe dan
mendorongnya untuk menekati Kugayama.
“Anu..” ucap Kugayama pada Moe.
“Ya.”
“Orang itu...” katanya sambil menunjuk ke arah Aoi
yang sedang pura-pura sibuk melihat kejendela.
Teman-temannya yang lain berbalik menghadap arah
yang ditunjuk oleh Kugayama itu.
Aoi berbalik. “Aku?” katanya menunjuk diri sendiri.
“Kalau ketahuan tinggal bersama, kita akan
dikeluarkan dari sekolah.” Bisiknya lagi.
“Memangnya kita tinggal bersama ya?” tanya Kugayama
santai.
“Meskipun tidak dalam arti khusus. Tapi bagi orang
luar seperti itu. Kalau ketahuan bisa gawat.”
Seperti biasanya Kugayama tidak memperdulikan omelan
Aoi. Ia malah sibuk memainkan gantungan kunci ditangannya. “Tidak butuh nih?”
kata Kugayama sambil menunjukkan kunci itu.
“Kembalikan.” Ucap Aoi sambil berusaha mengambil
kunci ditangan Kugayama. Tapi Kugayama malah menjauhkan kunci itu dan
mengangkatnya tinggi-tinggi. Sampai Aoi harus loncat-loncat merebut kuncinya
kembali.
Kugayama menyudutkan Aoi di dinding agar mereka
tidak dilihat oleh teman-teman Aoi yang masih memperhatikan mereka dengan wajah
bingung. “Terima kasih nya mana? Kalau ketahuan gawat kan!”
“Terima kasih.” Bisik Aoi pasrah.
“Tidak kedengaran...” Kugayama berusaha memprovokasinya.
“Ari ga tou!” ucap Aoi lebih keras.
“Itu bisa.” Ucap Kugayama sambil tersenyum menang.
Aoi merebut kembali kunci kamarnya dan menanyakan
tentang kaki Kugayama, sejak kapan sembuh.
“Entahlah.” Jawab Kugayama cuek.
“Yang benar saja.” Aoi berteriak, ia sudah tidak
bisa menahan kekesalannya pada Kugayama.
Mereka sepertinya percaya dengan ucapan Aoi dan malah
memuji Kugayama yang baik hati karena mau mengembalikan kunci kamar Aoi.
Sepulang Sekolah.
Aoi menggantungkan banyak note di kamarnya. Di kulkas
tergantung note dengan tulisan “Jangan
makan seenaknya!”
Di depan pintu kamar mandi “Jangan pakai handuk orang lain seenaknya”,“Ketuk dulu sebelum masuk
toilet.” Ia bahkan membuat kain pembatas antara tempat tidurnya dan Kugayama.
Ternyata Sato yang datang bersama Kugayama, ia menemukan
pakaian perempuan di atas tumpukan pakaian milik Kugayama. ”Ah ini kan punya
cewek”
“Punya cewek kamar sebelah” jawab Kugayama. “Kadang-kadang jemurannya terbang kesini. Seperti celana dalam merah polkadot putih.”
“Seperti apa dia?”
“Biasa saja”
“Cewek disekolah kita”
“Ya”
“Siapa? Siapa? Siapa?” tanya Sato penuh semangat. Sementara Aoi sedang bersembunyi dibalik selimut takut ketahuan.
“Punya cewek kamar sebelah” jawab Kugayama. “Kadang-kadang jemurannya terbang kesini. Seperti celana dalam merah polkadot putih.”
“Seperti apa dia?”
“Biasa saja”
“Cewek disekolah kita”
“Ya”
“Siapa? Siapa? Siapa?” tanya Sato penuh semangat. Sementara Aoi sedang bersembunyi dibalik selimut takut ketahuan.
Dan benar saja pemirsa, Kugayama dengan santai dan
sengaja duduk tepat diatas tubuh Aoi yang dibungkus selimut itu.
HhhAAAaaaaaa...
Aoi mengaduh kesakitan. Ia cepat-cepat membekap
mulutnya sendiri takut kedengaran Sato.
Sato tidak membahas lebih jauh lagi. Ia berjalan menghampiri
Kugayama hendak mengambil sesuatu dan kakinya berada tepat disamping wajah Aoi
yang masih bersembunyi.
Tak lama setelah itu, Sato masuk lagi dari jendela
balkon dan terkejut melihat Aoi sudah ada di dalam kamar Kugayama. “Siapa?”
tanyanya penasaran.
Aoi langsung mengibas-ngibaskan tangannya dan
menutupi hidungnya menahan aroma yang berasal dari kaos kakinya Sato.
Tidak sampai disitu saja, kesialan Aoi berlanjut
saat Kugayama dengan sengaja menggelitiki telapak kakinya yang muncul dari
balik selimut. Aoi sontak bersuara “Hei hentikan” ucapnya sudah tak tahan lagi.
HAHHHAAAA!!!!
“Kau dengar suara cewek?” tanya Sato curiga.
“Ya cewek sebelahlah. Kan temboknya tipis.” Kugayama
berusaha mengelak.
Mendengar jawaban Kugayama itu, Sato jadi penasaran
apakah suara dari kamar mandi juga bisa terdengar. Ia keluar menuju balkon ingin
membuktikannya. Yaaa ampunnn Sato, dia juga kena tipuan si Kugayama Shuusei...
Aoi pun keluar dari persembunyiannya saat Sato sudah
di luar.
“Apa?” tanya kugayama dengan wajah tak bersalah.
“Apa yang kau lakukan?” Aoi langsung berteriak dan meninju
lengan kugayama dengan kesal. Kugayama mengaduh kesakitan.
“Cewek kamar sebelah ingin mengambil jemurannya” jawab
Kugayama.
Aoi pun berakting memperkenalkan dirinya sambil
tersenyum manis. “Aku Nishimura Aoi, yang tinggal disebelah. Dari kelas 3-3.”
“Aku Sato Ryosuke dari kelas 3-1. Aku ini bisa
dibilang Soul-mate-nya Shuusei sejak SMP”
Setelah berbasa-basi, Aoi permisi pulang. Ia menatap
Kugayama dengan sinis. Ya iyalah rumah siapa yang terusir siapa hhhaa.
Ketika Aoi berbalik akan pergi. Kugayama memanggilnya
“Ah! Ini kelupaan” ucapnya sambil memberikan pakaian milik Aoi yang tertinggal.
“Terima Kasih” balas Aoi menahan kesal.
Aoi memutuskan untuk berteduh didalam. Saat sedang
melihat-lihat, seorang pria menyapanya.
“Kak Sanjou..” panggil Aoi.
Kak Sanjou bekerja di toko itu. Ia
menawarkan Olive oil dan menyuruh Aoi untuk mencicipinya. Aoi memuji rasanya yang
enak.
Sepertinya Aoi kena flu karena kehujanan tadi. Ia bersin-bersin
di depan kak Sanjou.
Kak sanjou memberikan jaketnya pada Aoi. Ia bahkan
meminjamkan payung dan khawatir Aoi terkena demam.
Aoi merasa tidak enak karena sudah merepotkan kak
Sanjou. Sementara pegawai ditoko itu memperhatikan keakraban mereka penuh
tanya.
Aoi pulang kerumah dengan wajah yang memerah dan
terus bersin-bersin. Ia berhenti sebentar di depan pintu untuk memastikan Sato
sudah pulang. Saat membuka pintu, ia melihat Kugayama sudah rapi. Sepertinya
akan pergi keluar. Aoi langsung menghampiri Kugayama dan melarangnya untuk
tidak mengajak teman pulang kerumah. Ia takut dikeluarkan dari sekolah jika
ketahuan tinggal bersama dengannya.
Tiba-tiba Aoi sempoyongan dan hendak terjatuh. Kugayama
cepat-cepat menahan bahunya. Lalu ia menyentuh dahi Aoi, “Kau demam” ucap
Kugayama.
Kugayama tidak memperdulikan kekhawatiran Aoi itu.
Ia malah menanyakan hal lain. “Itu dari mana?” tanya Kugayama sambil melirik jaket
yang sedang dikenakan Aoi.
Aoi mengatakan
kalau jaket itu dipinjamkan kak Sanjou padanya.
“Oh ya.” Balas Aoi gugup
“Lagi pula kau terlalu dekat” ucap Aoi sambil
menghindar menjauh dari Kugayama.
“Kau... belum pernah pacaran kan?”
“Kenapa tiba-tiba bilang begitu”
“Jangan-jangan belum pernah kencan juga”
“Itu tak ada hubungannya denganmu” jawab Aoi sambil
bersin-bersin.
Tiba-tiba bel pintu berbunyi.
Kugayama hendak membukakan pintu tapi dihentikan
oleh Aoi.
“Tunggu! Kau sembunyi disana” ucap Aoi sambil
mendorong Kugayama menjauh.
Saat ia membuka pintu, ternyata kak Sanjou yang
datang. Ia datang untuk memberikan resep makanan pada Aoi. Aoi sangat senang dan memuji resep yang dibuat kak
Sanjou. Saat kak Sanjou melihat kedalam kamarnya, Aoi
langsung menutup pintunya.
“Ada seseorang?”
“Mana mungkin” jawab Aoi cepat. Ia berdiri
dibelakang pintu kamarnya, takut ketahuan kak Sanjou.
“Ah dari kamar sebelah. Suara dari kamar sebelah
sering terdengar” ucap Aoi sambil menujuk kamar sebelahnya.
Kak Sanjou tahu jika ada anak laki-laki SMA yang
tinggal disebelah. Ia menasehati Aoi untuk berhati-hati pada anak SMA itu.
Aoi mengiyakan saja. Ia mengatakan pada kak Sanjou
akan mengembalikan payung dan jaketnya setelah dicuci. Tapi kak Sanjou tidak
masalah dengan hal itu. Aoi bilang, ia akan melakukannya. Ia benar-benar merasa
tertolong hari ini.
“Oke, sampai nanti” jawab kak Sanjou sebelum pergi.
“Terima kasih”
Tapi Kugayama malah meledek Aoi dengan berkata
“Kawaii...” “Arigatou gozaimasuu” sambil memasang tampang imutnya. Ihh iihh
bilang aja lagi cemburu hhhiiii
“Aku tidak bilang begitu” bantah Aoi.
“Orang itu tinggal disini?”
Aoi mengatakan kalau Kak sanjou tinggal dilantai 1
dan dia sekolah di universitas Keio.
Kugayama tidak tertarik, ia pamit hendak pergi kerja
sambilan.
“Kerja sambilan?” ulang
Aoi heran.
Pagi hari.
Aoi menyapa ibu kost yang sedang menyiram tanaman di
halaman depan rumah. Ia sendiri sibuk menjemur pakaiannya di teras.
Ibu kost bertanya padanya bagaimana rasanya tinggal
dengan cowok yang tampan?
“Ah! Aku sudah tidak tahan” jawab Aoi kesal.
“Jadi anak muda susah juga ya...” desah ibu kost. “Eh!
Kau harus menahan nafsumu loh” lanjutnya sambil berteriak lantang. Walah...
salah persepsi nih ibu kost, Aoinya juga sihh hhhiiii :D
“Eh! Oh! Ibu kost” Aoi langsung panik.
Ibu kost memberitahu Aoi kalau Kugayama itu membayar
uang sewa dengan kerja sambilan, karena itu ia sering keluar rumah.
Kouta, anak si ibu kost berlari menghampiri ibunya
di halaman.
Aoi menyapanya dan Kouta mengajak Aoi ikut makan
barbeque bersama.
“Barbeque?”
Ibu kost menjelaskan kalau hari minggu ini mereka akan
membuat pesta sambutan untuk Shuusei. Tepat saat itu Kugayama keluar dari kamar
Aoi masih dengan sikat giginya.
“Shuusei ikut kan?” tanya Kouta.
“Yup!” jawab Kugayama sambil mengacungkan jempolnya
yang dibalas Kouta dengan hal yang sama juga.
Tiba-tiba terdengar suara sepeda terjatuh. Aoi
menoleh kearah asal suara itu. Betapa terkejutnya ia saat melihat Moe ada di
depan rumahnya, berdiri mematung dengan mulut mengaga memandang ke arah Aoi
yang sedang berdiri di samping Kugayama di teras rumahnya.
Aoi melihat ke sampingnya, ekspresi Kugayama malah
cuek seakan tidak perduli pada kehadiran Moe. Kugayama meneruskan acara sikat
giginya dengan santai.
“Ah! Ini bukan seperti yang kamu pikir! Moe...” Aoi
berusaha menjelaskan, ia tidak ingin Moe salah paham padanya.
Pesta Barbeque.
Di taman, semua orang sudah berkumpul. Ada Kugayama yang asyik bermain dengan Kouta. Kak Sanjou yang bertugas memasak makanan. Sato mengangkat kayu bakar.
Di taman, semua orang sudah berkumpul. Ada Kugayama yang asyik bermain dengan Kouta. Kak Sanjou yang bertugas memasak makanan. Sato mengangkat kayu bakar.
Ibu kost bertanya pada kak Sanjou “Mau masak apa
hari ini?”
“Aku akan membuat rissoto dan daging panggang” jawab
kak Sanjou sambil mengenakan celemeknya.
“Wah, sugoii Sanjou kun” puji ibu kost padanya.
Diam-diam kak Sanjou memperhatikan Aoi yang sedang
menghampiri Moe sambil membawa keranjang yang sepertinya berat.
“Aku kaget. Ternyata Shuusei tinggal disebelahmu” kata
Moe sambil mengupas buah-buahan.
“Benar, kebetulan sekali ya...” jawab Aoi.
“Kalau dia tinggal bersamamu, kehidupan Aoi yang
tenang jadi hilang, kan?”
“Benar sekali”
Kemudian mereka memperhatikan Kugayama yang sedang
asyik bermain lemparan bola dengan Kouta.
“Tetapi, ditempat Aoi banyak sekali cowok cakepnya
ya?” ucap Moe dengan nada iri. “Shuusei dan juga kak Sanjou” ia menjelaskan.
“Kak Sanjou?” tanya Aoi sambil menoleh pada kak
Sanjou yang sibuk dengan masakannya.
“Baik, keren, dewasa, pintar masak. Lengkap tuh. Tapi
aku sih lebih memilih pangeran Tsundere.” Kata Moe.
Aoi ingin membantu Moe agar lebih dekat dengan Kugayama.
Ia menawarkan Moe untuk ikut bergabung bersama Kugayama dan Kouta yang sedang
bermain lemparan bola.
“Kouta, Moe juga ingin ikut main. Bolehkan?” Aoi
berbicara pada Kouta.
Tak lama setelah Moe ikut bergabung, seorang
laki-laki berteriak memanggil Kugayama. “Shuusei, aku rindu padamu!” seru
laki-laki itu sambil menghampiri Kugayama dan langsung memeluknya.
Takut mereka semua salah paham. Kugayama angkat
bicara “Ini kakakku.”
Ibu Kouta menyapanya.
“Bu Kazumi, ini untukmu” ucap kakak Kugayama seraya
membuka box yang dibawanya. (ternyata ibu kost dan ibunya Kouta itu namanya Bu
Kazumi).
Sato pun menyapa kakaknya Kugayama yang ia panggil kak
Soju itu.
“Kenapa Satsuki juga ada disini?”
tanya Kugayama saat gadis itu sudah berdiri di depannya.
“Aku berpikir mungkin Shuu-chan mau bertemu denganku.”
“Dia ini...” tanya bu Kazumi.
“Teman masa kecil kami. Namanya Satsuki.” Jelas kak
Soju.
Tapi Sato bilang kalau Satsuki adalah mantan
pacarnya Kugayama. Sepertinya Sato kurang menyukai Satsuki. Satsuki baru menyadari keberadaan Aoi dan Moe
disana. Ia menghampiri mereka seraya bertanya “Di apartemennya Shuu-chan juga
ada anak cewek?” (hadehh, nih orang gak sopan banget yak, bukannya menyapa
dulu. Memperkenalkan diri kek).
Aoi dan Moe pun memperkenalkan diri mereka pada Satsuki. Tapi Satsuki hanya menanggapinya dengan acuh. Ia langsung berbalik
menghampiri Kugayama dan mengajaknya pergi.
“Rasanya kok menyebalkan, ya?” bisik Aoi pada Moe.
“Bukan ‘rasanya’, tapi memang menyebalkan” komentar Moe.
Mereka semua menikmati makanan yang sudah di masak
oleh kak Sanjou. Setelah itu, Kugayama dan Satsuki terlihat masih duduk didepan
meja makan. Sedangkan Aoi membantu kak Sanjou yang sedang memanggang sosis. Kak
Sanjou memperhatikan Aoi yang sesekali memandang ke arah Kugayama dan Satsuki. “Dia
di sekolah banyak penggemarnya kan? Shuusei” tanya kak Sanjou.
“Ya, sepertinya begitu.”
“Kok ‘sepertinya’? Aoi tidak tertarik?”
“Ya! Dia itu cowok tidak berperasaan” jawab Aoi.
“Salah! Aku juga tidak tertarik padamu” sambung Kugayama yang tiba-tiba saja sudah bergabung bersama mereka.
“Kau ini, nguping ya?” kata Aoi sebal, Kugayama seperti biasanya cuek dan malah mengalihkan pembicaraan.
“Aku mau makan itu?” tunjuk Kugayama.
“Ambil sendiri” protes Aoi.
Kugayama mengeluhkan tangannya yang sakit. Tapi Aoi sudah tidak percaya lagi dengan akal-akalan Kugayama.
Kugayama dan kak Sanjou saling berpapasan dijalan. “Anu...”
ucap kak Sanjou sambil menghentikan langkahnya. Kugayama berbalik menghadap kak
Sanjou.
Malam hari, hujan turun dengan derasnya. Aoi berada
dikamar kostnya, ia berbaring gelisah sepertinya tidak bisa tidur.
“Kok ‘sepertinya’? Aoi tidak tertarik?”
“Ya! Dia itu cowok tidak berperasaan” jawab Aoi.
“Salah! Aku juga tidak tertarik padamu” sambung Kugayama yang tiba-tiba saja sudah bergabung bersama mereka.
“Kau ini, nguping ya?” kata Aoi sebal, Kugayama seperti biasanya cuek dan malah mengalihkan pembicaraan.
“Aku mau makan itu?” tunjuk Kugayama.
“Ambil sendiri” protes Aoi.
Kugayama mengeluhkan tangannya yang sakit. Tapi Aoi sudah tidak percaya lagi dengan akal-akalan Kugayama.
“Kalian berdua akrab ya?” kata kak Sanjou.
“Sama sekali tidak” jawab mereka berbarengan.
“Kalian sangat serasi, seperti bukan sekadar
tetangga. Aku merasa iri” lanjut kak Sanjou lagi.
“Kalau begitu, bawa saja dia pulang” Kugayama
menanggapi.
“Kau ini bicara apa?” Aoi angkat bicara.
Kugayama mengambil makanan dan bergumam rasanya sangat
enak. Ia berlalu pergi begitu saja.
Aoi meminta maaf pada kak Sanjou atas kelakuan
Kugayama barusan. Dia menjelaskan jika Kugayama itu memang suka seenaknya
sendiri dan sangat aneh.
Sementara itu dari tempat duduknya, Satsuki
memperhatikan Aoi dengan pandangan tidak suka.
Hari sudah menjelang sore. Aoi, Moe, dan juga Sato sedang
bermain hom pim pah. Aoi dan Moe batu sedangkan Sato sendiri gunting. “Kenapa
aku selalu kalah” keluh Sato.
Aoi memilih yogurt, Moe susu strawberry. Dan Sato
juga ingin susu strawberry.
“Kenapa kau ikut-ikut?” protes Moe.
“Tidak apa kan? Aku juga ingin minum” bela Sato.
(Ehemm ehemm Sato kayaknya suka Moe dehhh).
“Memangnya aku bisa lupa?” jawab Kugayama.
“Syukurlah” kata Satsuki dengan ekspesi senang. (Emang
Kugayama berjanji apa sama Satsuki ?).
Kugayama sepertinya sangat perhatian pada Satsuki.
Ia memakaikan jaketnya dibahu Satsuki. Takut Satsuki masuk angin karena udara
yang dingin. Setelah itu ia pamit pergi ke toilet.
Saat Satsuki berpaling, ia melihat Aoi berdiri tak
jauh di depannya. (Wahh wah Aoi barusan ngeliat Kugayama yang sangat perhatian
pada Satsuki, cemburu nihhh).
“Kalau perasaanmu hanya main-main. Tolong jangan
dekat-dekat Aoi. Setahun ini aku selalu menjaga Aoi, seperti seorang kakak”
lanjut kak Sanjou.
Kemudian kak Sanjou berjalan mendekati Kugayama. “Kalau
kau menyakitinya, aku tidak akan memaafkanmu.”
“Kakak?” ucap Kugayama dengan nada mencela. “Keren tuh”
ledeknya dan berlalu pergi.
Ternyata Aoi yang menggantikan Kugayama memasukkan
barang-barang ke dalam bagasi. Dan Satsuki hanya ngeliatin doang, bukannya ikut
ngebantuin eh.
Satsuki menceritakan pada Aoi kalau Kugayama sejak
dulu selalu melindunginya seperti saudara.
“Oh, begitu ya?” Aoi menanggapi.
“Namamu Aoi, kan? Shuu-chan, tidak akan berpacaran
dengan siapa pun. Artinya percuma saja jika kau suka dia” lanjutnya lagi dengan
pandangan sinis.
“Ah! Tidak, aku sama sekali tidak punya perasaan
itu” Aoi berusaha menyangkal. Tapi Satsuki seakan tidak peduli. Ia malah
berjalan pergi meninggalkan Aoi begitu saja.
Lalu ia bangkit duduk dan tiba-tiba terdengar suara
petir menyambar, sontak Aoi ketakutan. Ia menutupi telinganya dan berteriak.
“Kenapa? Itu cuma petir saja kan?” ucap Kugayama yang
tidur di sebelahnya dengan dibatasi oleh kain pembatas yang dipasang oleh Aoi.
“I-iya yah?” jawab Aoi terbata-bata, ia hendak berbaring
lagi. Tapi suara petir yang besar kembali terdengar. Aoi kembali ketakutan.
“Jangan ketakutan dong.”
“Aku sama sekali tidak takut. Aku tidak apa-apa”
balas Aoi.
Tapi saat lagi-lagi suara petir terdengar. Aoi cepat-cepat
menutup telinganya. Ia berteriak ketakutan sambil memejamkan kedua matanya.
Saat ia membuka mata, ia melihat sebelah tangan Kugayama
sudah terulur di depannya.
Dengan ragu-ragu, Aoi meraih tangan Kugayama dan
menggenggamnya dengan erat. Apalagi ketika suara petir kembali terdengar.
Di sampingnya Kugayama terlihat sedang memikirkan
sesuatu. Mereka berpengangan tangan sepanjang malam berpetir itu.
Pagi hari.
Aoi menyapa Bu Kazumi di halaman saat ia hendak
berangkat kesekolah. Bu Kazumi mengatakan jika petir semalam sangat mengerikan
ya?
“Benar sekali. Benar-benar mengerikan.”
“Tapi karena ada shuusei jadi tenang, kan?” goda Bu
Kazumi.
“Ah, tidak. itu...” Aoi mengibas-ngibaskan tangannya
berusaha menyangkal. Padahal ia kan? hhheee
“Oh ya, Aoi mau pergi ketaman bermain?”
“Aku dapat dua tiket dari kenalanku, tapi bulan ini
aku sibuk sekali” ucap bu Kazumi seraya menyerahkan tiket itu padanya.
“Kalau begitu, aku akan pergi bersama Moe” ucap Aoi
semangat.
Tiba-tiba saja salah satu tiketnya sudah dirampas oleh
Kugayama. Datang dari mana nih orang?? Kayak hantu suka tiba-tiba muncul wkwkwk
:p
“Aku akan pergi. Terima kasih” ucap Kugayama.
“Ehhh...” Aoi masih terheran-heran.
“Sampai jumpa sepulang sekolah” ucap Kugayama seraya
pergi.
“Eh kok? Eh tunggu!” Aoi menyusul Kugayama yang
berada di depannya.
“Hei, tunggu! kembalikan!” teriak Aoi lagi.
Bu kazumi hanya memandang kepergian mereka dengan
senyum.
Di Taman Bermain “Yokohama Cosmo”
Aoi sudah tiba lebih dulu. Ia mengeluhkan Kugayama
yang belum datang. Saat melihat dua orang gadis lewat di depannya. Aoi
memikirkan sesuatu, ia mengeluarkan cermin dari dalam tasnya lalu merapikan
rambutnya yang berantakan. “Eh, ini kan, bukan kencan?” gumamnya saat tersadar.
Ia pun memasukkan kembali cerminnya ke dalam tas.
Kugayama lewat di depannya dan langsung
mengacak-acak rambutnya.
“Hei, tunggu!” teriaknya.
“Ah! Aku akan melatihmu kencan” Kugayama
menghentikan langkahnya lalu berbalik memandang ke arah Aoi “Kamu belum
pernahkan?”
Aoi hanya diam saja sambil cemberut.
Kugayama meraih tangan Aoi lalu menggenggam
tangannya itu.
“A-apa?” ucap Aoi gugup.
“Aku suka wajah kesulitanmu itu” bisik Kugayama seraya terseyum manis. Sosweett hhhiii
“Aku suka wajah kesulitanmu itu” bisik Kugayama seraya terseyum manis. Sosweett hhhiii
Mereka berjalan
memasuki taman bermain sambil bergandengan tangan.
Bersambung ke bagian 2 ~
Bersambung ke bagian 2 ~