Minggu, 04 Oktober 2015

Sinopsis L DK (Living Together) - Live Action Bagian 1

Haiii, :) aku mau nge-post sinopsis movie Jepang LDK - Live action. LDK merupakan singkatan dari Living Dining Kitchen (Room). Istilah untuk menyebut ruangan tempat tinggal orang Jepang yang hanya terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang makan, dan 1 dapur + kamar mandi. Dorama ini lumayan bikin ngakak, apalagi diawal cerita pas Kugayama rajin banget ngejahilin si Aoi. Aku sering nonton dorama Jepang, tapi cuma bisa heboh sendiri. Gak ada yang bisa diajak seru-seruan nonton bareng. Hikkzz T_T. Makanya aku coba-coba buat sinopsisnya, biar bisa berbagi cerita sesama penyuka dorama. *Oia, disini aku manggilnya Kugayama walaupun teman-temannya pake nama Shuusei. Sebenarnya sama aja Kugayama Shuusei. Hhhiii :D Okeh,, happy reading !!!

*PEMERAN*
~ Nishimori Aoi (Ayame Gouriki)
~ Kugayama Shuusei (Kento Yamazaki)  
~ Shibuya Moe (Rei Okamoto)
~ Ryosuke Sato (Akiyoshi Nakao)
~ Wataru Sanjou (Renn Kiriyama)
~ Satsuki Mizuno (Anna Ishibashi)
~ Kugayama Soju (Seiji Fukushi)

Aoi sedang berlarian menyusuri lorong-lorong yang ada di sekolahnya. Ia ingin menemui Moe dan memberikan semangat pada sahabatnya itu. Karena sang sahabat akan mengungkapkan perasaan sukanya pada cowok yang terkenal tampan dan juga pintar di sekolah yang bernama Kugayama Shuusei. Di sisi lain, Kugayama sendiri sedang melewati lapangan sekolah. Semua murid perempuan memandangnya dengan tatapan kagum.
Moe berlari mengejar Kugayama dan berteriak “Aku suka kamu!." Tapi sayangnya ia malah ditolak oleh Kugayama. Dengan kata-kata yang kejam pula. “Kau berisik! Mengganggu! Dan aku tidak tertarik!” ucap Kugayama padanya dengan acuh dan langsung berlalu pergi meninggalkan Moe begitu saja.
Teman-teman mereka yang lain malah menertawakan Moe. Mereka sudah menduga dari awal, pasti akan ditolak. Aoi yang ikut menyaksikan kejadian itu, menahan kesal sambil mengepalkan tangannya erat-erat.
Di tangga, saat Kugayama akan menuju ke lantai atas tiba-tiba saja Aoi menghalangi jalannya. Ia tidak terima perlakuan Kugayama terhadap sahabatnya. “Moe sudah mengerahkan seluruh keberaniannya untuk menyatakan perasaannya, tapi kau malah membalas dengan berkata seperti itu.” Ucap Aoi sinis.
“Kau siapa?”
“Teman baiknya Moe. Nishimori Aoi.”
Eh si Kugayama malah gak ngeh Moe siapa yang di maksud Aoi. Dan itu membuat Aoi tambah kesal padanya. “Gadis yang barusan menyatakan perasaannya padamu. Kau tahu tidak Moe itu benar-benar suka sama...” Aoi heran melihat Kugayama yang hanya memandanginya dan diam saja. “Apa?” bentaknya.
Kugayama mendekat dan menyudutkannya ke dinding. “Kamu juga... mau melakukan itu denganku?” (mungkin maksudnya menyatakan perasaannya juga padanya) sambil tersenyum evil.
"Nggak mungkin!” teriak Aoi histeris dan ia refleks menerjang Kugayama hingga terjatuh dari tangga. Aoi sendiri pun kaget atas tindakannya barusan “Waduh, gawat!” bisiknya. 
Gara-gara kejadian itu, Aoi terpaksa menggendong Kugayama pulang ke rumahnya. Sepertinya kaki Kugayama cidera saat ia jatuh tadi. Aoi terlihat tertatih-tatih menyeberang jalan, sedangkan Kugayama dengan santainya digendong oleh Aoi dibelakang punggungnya (Masa cowok minta gendong sama cewek). Kugayama sih sepertinya cuma mau ngerjain Aoi doang. Dia bahkan mengeluhkan kakinya yang sakit sepanjang jalan.

 
Aoi teringat saat Moe pertama kali memberitahunya tentang Kugayama. “Dia itu sangat terkenal ya?” tanya Aoi. “Shuusei itu bukan hanya tampan, nilainya TOP dan jago olahraga. Kakkoii.” Seru Moe dengan semangat. Aoi kelihatannya tidak terlalu tertarik pada Kugayama. Ia hanya mengangguk dan mendengarkan ocehan Moe yang memuja-muja Kugayama.
Di depan tangga, Aoi menyuruh Kugayama jalan sendiri, karena ia tidak yakin bisa menggendong Kugayama sambil menaiki tangga itu. Tapi Kugayama tidak peduli. Aoi menyarankan Kugayama ke dokter saja kalau memang sakit. Kugayama tidak mau dengan alasan ia membenci rumah sakit.
Setelah protesnya tidak ditanggapi. Dengan susah payah Aoi menaiki tangga itu sambil menggendong Kugayama. Ia bahkan hampir saja terjatuh, untung ia masih bisa bertahan. Sepertinya Aoi mengerahkan seluruh tenaganya. (Tega sekali Kugayama ini yah :p)
Aoi baru menyadari sesuatu saat mereka tiba di depan rumah Kugayama. “Kau tinggal disini?” Tanyanya dengan heran. “Ini kan rumahku?”

Yang benar?”

Dikamar berapa?”

202” jawab Kugayama.

“Tetanggaku?! Sejak kapan?”

“Seminggu yang lalu”

Aoi tak percaya kalau Kugayama adalah tetangganya sendiri.
Dikamar 202 kamarnya Kugayama Shuusei.
Kugayama sepertinya belum puas ngerjain Aoi. Dia nyuruh Aoi bersih-bersih kamarnya yang berantakan. Dan dia sendiri malah asyik baca komik sambil cekikikan. “Kenapa aku harus jadi pembantu.” Gerutu Aoi kesal. Saat akan membereskan pakaian, Aoi baru sadar kalau yang dipegangnya itu celana boxer. Ia langsung menjerit dan melemparkan boxer itu pada Kugayama yang masih duduk santai. Aoi langsung protes. “Sekarang aku sedang bersih-bersih. Kenapa aku juga harus membuat makanan”

 
Kugayama mengeluarkan jurus memelasnya. Ia menyentuh kakinya yang sakit dan mengeluh kelaparan. Hal itu sukses membuat Aoi mengalah. Ia merasa bersalah karena telah menyebabkan kaki Kugayama terluka. Dengan terpaksa ia menuruti kemauan Kugayama memasak makanan.
Aoi kembali kekamarnya di kamar 203, mengambil bahan makanan untuk ia masak di tempat Kugayama. Sambil menggerutu kesal.

Kugayama memperhatikan Aoi yang sedang mengolah bahan-bahan masakannya. Ia tidak menyangka Aoi bisa masak. Aoi bilang ia sudah setahun hidup sendirian karena ayahnya pindah kerja di Cina. Ia tidak bisa ikut ayah dan ibunya karena waktu itu sedang ujian. Sebenarnya hal itu hanyalah alasan supaya ia bisa tinggal di Jepang. Ia tidak suka tiba-tiba pindah sekolah dan keluar negeri apalagi harus berpisah dengan Moe.“Moe?” tanya Kugayama lagi.

 
“Gadis yang tadi nembak kamu! Dia itu gadis yang baik. Dia selalu membelaku saat masuk SMP.” Ucap Aoi panjang lebar sambil memotong sayur sampai ia tidak menyadari kalau Kugayama sudah berdiri menempel tepat di belakangnya dan bergumam “Oh! Kelihatannya enak” kata Kugayama tiba-tiba dan mengagetkannya.

Apalagi saat ia berbalik dan melihat Kugayama bertelanjang dada. ”Pakai baju! Pakai baju!” teriak Aoi. Karena gugup, ia tak sengaja menumpahkan alkohol kedalam masakannya. Dan itu menyulut api dari kompor sampai ke atap dan mengenai saluran air dari atas kamar Kugayama.    
Jadilah kamar Kugayama kebanjiran. Basah semua hhhhaaa :D 
 Ibu kost tiba di kamar Kugayama. Ia bilang ini parah sekali. Tapi ia sudah minta seseorang memperbaikinya dan kamar itu sudah ia asuransikan jadi tidak masalah.
Aoi hanya bisa tertunduk dan meminta maaf. Ia bertanya perlu berapa lama memperbaikinya?

Ibu kost menjelaskan saat ini mereka sedang sibuk persiapan. Mungkin butuh waktu satu bulan. Ia bingung karena sudah tidak ada lagi kamar yang kosong.
“Tidak apa-apa. Aku tinggal di rumah teman saja.” Jawab Kugayama santai.

“Tidak masalah?” tanya si ibu kost.

“Ya.. iya kan?” kata Kugayama sambil melirik ke Aoi.

“Rumah teman itu...siapa?” tanya Aoi curiga.

“Rumahmu!” tunjuk Kugayama padanya.

“Apaaaaaa?! Yang benar saja!”

Bahkan saat pindahan pun Aoi yang membawakan semua barang-barang milik Kugayama dengan susah payah. Belum sempat ia mempersilahkan masuk, si Kugayama udah nyelonong duluan ke kamarnya. “Kenapa bisa jadi begini!?” keluh Aoi pada dirinya sendiri.
Kugayama melihat-lihat kamar Aoi. Sampai ia tiba di depan jendela dan hendak membuka pintu jendela itu. Aoi tiba-tiba panik saat Kugayama menuju ke jendela kamarnya. Karena ia menggantung pakaian dalamnya disana. Ia pun bergegas hendak menyembunyikan pakaian dalam itu sebelum dilihat oleh Kugayama. Saking terburu-burunya ia jadi tersandung kotak sampah dan terjatuh mencium lantai hhhaa. Sampai hidungnya berdarah pula.
Meskipun begitu, Aoi belum menyerah untuk menyelamatkan pakaian dalamnya itu. Ia langsung bangkit berdiri dan menarik pakaian dalam itu dari gantungan.
“Lihat tidak?”
“Aku mau mandi.” Jawab Kugayama.
Aoi kira Kugayama tidak melihatnya, ia pun mendesah lega. Tapi Kugayama bicara lagi. “Merah polkadot putih.” (motif pakaian dalam yang berusaha disembunyikan Aoi). Kasihan Aoi, jadi sia-sia perjuangan tak kenal lelahnya barusan.
Saat Kugayama sedang mandi. Aoi mempersiapkan makan malam sambil mengeluhkan dirinya yang belum pernah berpacaran tapi sekarang malah tinggal bareng dengan cowok.
Kugayama keluar dari kamar mandi tanpa pakaian. Dan itu membuat Aoi histeris lagi. “Pakai baju!” Teriaknya sambil berlari menjauh. Ia mengeluhkan kelakuan Kugayama yang membuatnya merasa terganggu.
Kugayama tidak mendengarkan omelan Aoi. Ia malah sibuk makan dan memuji masakan Aoi yang terasa lezat dengan senyuman manisnya. Duhh duhh melting deh liat senyumnya. Hhhiiii :D
Di ruang kelas yang hening. Aoi sepertinya sedang memikirkan sesuatu, ia mendesah keras dan suara desahannya itu membuat semua teman-teman bahkan pak guru menoleh padanya.
“Nishimori? Apa pelajaran pak guru benar-benar membosankan?” tegur pak guru dengan wajah menahan tangis. Dan semua teman-temannya tertawa. Hhhaa ya ampun dosa loh buat orang tua nangis.

“Tidak. Sama sekali tidak” kata Aoi sambil meminta maaf. Moe ikut heran melihat tingkah Aoi yang tidak biasa itu.
Aoi melanjutkan lamunannya dan tidak sengaja menoleh kearah jendela. Dilapangan, ia melihat Kugayama sedang asyik main bola. Ia tidak memperdulikan itu. Tapi saat ia berbalik ia baru menyadari sesuatu.
“Eh?” Teriaknya tiba-tiba. Ia langsung berdiri menghadap jendela lagi. “Kok bisa?! Lukanya gimana?! Bukannya dia benar-benar sehat. Sial! Aku ditipu!” lanjutnya masih dengan berteriak kesal. (Kemarinkan Kugayama sudah nyuruh-nyuruh Aoi ini itu dengan alasan kakinya yang sakit. Tapi ternyata kakinya gak kenapa-kenapa. Benar-benar kena tipu si Aoi kaisaann)
Teriakannya kali ini mengundang rasa penasaran teman-teman sekelasnya sampai mereka semua berkumpul di depan jendela untuk melihat siapa yang dimaksud Aoi. Pak guru berdiri disampingnya dan bertanya “Nishimura? Kau ditipu siapa?” Aoi baru sadar ia sudah membuat kegaduhan saat jam pelajaran berlangsung. Ia hanya bisa pasrah dan meminta maaf lagi pada pak guru.
Jam Istirahat.
Aoi membuka kotak bekal miliknya dengan lesu karena isinya hanya nasi dengan ketimun diatasnya. “Makanan apa itu? Tidak seperti biasanya” tanya Moe heran. Aoi mengingat kejadian semalam sambil mendesah.
Flash Back
Saat hendak tidur. Ia kaget melihat Kugayama sudah tidur duluan di atas kasurnya. Aoi menarik-narik kasurnya dan menyuruh Kugayama pindah. Tapi Kugayama tidak mau karena kasur yang satunya sempit. Aoi masih berusaha keras memperjuangkan kasurnya kembali. Ia mengeluhkan Kugayama yang suka seenaknya sendiri.
Sepertinya Aoi nyerah dengan kasurnya itu karena paginya ia tidur dikasur yang lain. Bunyi alarm membangunkan Aoi. Betapa kagetnya ia saat membuka mata dan mendapati Kugayama tidur tepat disampingnya. Hal itu membuat Aoi menjerit histeris. Jeritannya bahkan mengalahkan suara alarm hhhaa. (Walahh, si Kugayama ini. Katanya kasur itu sempit, tapi masih bisa nyelip wkwkwk :p).
Nah, karena terlambat Aoi sudah tidak sempat untuk memasak. Jadi ia hanya mengisi kotak bekalnya dengan nasi dan menambahkan timun diatasnya dengan kesal. Eksperinya itu loh kocak banget pas menaruh timun diatas nasi. Terpaksa banget deh kayaknya hhhhaaa.
Aoi membangunkan Kugayama yang masih tidur. Tapi Kugayama bilang ia mau bolos jam pertama.
Aoi berlari di depan halaman rumahnya sambil membawa kantong sampah dan berteriak Gawat! Gawat! Gawat! Ia takut telat karena ada ujian di jam pertama. Kugayama dengan santai berdiri diteras sambil teriak jangan numpuk sampah, ya.
Mengingat hal itu membuat Aoi jadi kesal. Ia mengepalkan tangannya dengan ekspresi menahan kesal. Tapi ia tersadar saat melihat Moe sedang menatapnya dengan pandangan heran.

“Ah, itu karena sedang banyak urusan.” Ucap Aoi kikuk.
“Hidup sendiri itu susah ya.” Lanjut Moe khawatir.
“Oh ya... Moe, Kugayama...” Aoi ragu karena ia takut Moe akan sedih jika ia menyinggung tentang Kugayama saat ini. Tapi Moe malah bersemangat dan bilang ia semakin suka pada Kugayama.
“Walaupun ia sudah berkata kejam begitu.”
“Karena Shuusei itu si pangeran Tsundere.” Kata Moe bersemangat.
Dua temannya yang lain masuk kelas sambil terburu-buru dan memberitahu kalau teman mereka yang bernama Nanami dari kelompok 2 akan di D.O  karena ketahuan tinggal bareng dengan pacarnya. Mendengar itu Aoi jadi cemas, ia takut dikeluarkan juga dari sekolah jika ketahuan tinggal dengan Kugayama.
“Gawat!” desah Aoi sambil menggigiti timunnya. Ia sudah tidak lagi memperhatikan teman-temannya yang masih sibuk bergosip.
Dilorong kelas. Aoi dan teman-temannya berpapasan dengan Kugayama yang sedang ngobrol dengan salah satu temannya. “Eh itu Shuusei kan?” bisik temannya Aoi. Teman-temannya yang lain menyuruh Moe untuk menyapanya. Tapi Moe khawatir karena ia baru saja ditolak kemarin. Mereka tidak memperhatikan Aoi yang langsung berbalik membelakangi mereka karena tidak mau bertemu Kugayama.

Kugayama pun berjalan kearah mereka. “Shuusei kesini.” Bisik teman-teman Aoi. Mereka sibuk merapikan penampilan Moe dan mendorongnya untuk menekati Kugayama.
“Anu..” ucap Kugayama pada Moe.
“Ya.”
“Orang itu...” katanya sambil menunjuk ke arah Aoi yang sedang pura-pura sibuk melihat kejendela.
Teman-temannya yang lain berbalik menghadap arah yang ditunjuk oleh Kugayama itu.
Aoi berbalik. “Aku?” katanya menunjuk diri sendiri.
  “Ini kuncimu” ucap Kugayama sambil menunjukkan kunci kamar Aoi ditangannya.
Aoi panik. Ia langsung menghampiri Kugayama. “Sini... sini” bisiknya sambil menyeret Kugayama menjauhi teman-temannya.
“Kalau ketahuan tinggal bersama, kita akan dikeluarkan dari sekolah.” Bisiknya lagi.
“Memangnya kita tinggal bersama ya?” tanya Kugayama santai.
“Meskipun tidak dalam arti khusus. Tapi bagi orang luar seperti itu. Kalau ketahuan bisa gawat.”
Seperti biasanya Kugayama tidak memperdulikan omelan Aoi. Ia malah sibuk memainkan gantungan kunci ditangannya. “Tidak butuh nih?” kata Kugayama sambil menunjukkan kunci itu.
“Kembalikan.” Ucap Aoi sambil berusaha mengambil kunci ditangan Kugayama. Tapi Kugayama malah menjauhkan kunci itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Sampai Aoi harus loncat-loncat merebut kuncinya kembali.
Kugayama menyudutkan Aoi di dinding agar mereka tidak dilihat oleh teman-teman Aoi yang masih memperhatikan mereka dengan wajah bingung. “Terima kasih nya mana? Kalau ketahuan gawat kan!”
“Terima kasih.” Bisik Aoi pasrah.
“Tidak kedengaran...” Kugayama berusaha memprovokasinya.
“Ari ga tou!” ucap Aoi lebih keras.
“Itu bisa.” Ucap Kugayama sambil tersenyum menang.
Aoi merebut kembali kunci kamarnya dan menanyakan tentang kaki Kugayama, sejak kapan sembuh.
“Entahlah.” Jawab Kugayama cuek.
“Yang benar saja.” Aoi berteriak, ia sudah tidak bisa menahan kekesalannya pada Kugayama.
“Shuusei...” panggil Sato dari kejauhan. Aoi langsung berbalik dan bersembunyi. Setelah Kugayama dan temannya itu pergi, teman-teman Aoi termasuk Moe menghampirinya. Mereka tak menyangka jika Aoi ternyata dekat dan akrab dengan Kugayama. Tapi Aoi cepat-cepat menyangkalnya. “Ah, kunci! Kunciku terjatuh dan dia menemukannya.” Jawab Aoi sambil tertawa-tawa.
Mereka sepertinya percaya dengan ucapan Aoi dan malah memuji Kugayama yang baik hati karena mau mengembalikan kunci kamar Aoi.
Sepulang Sekolah.
Aoi menggantungkan banyak note di kamarnya. Di kulkas tergantung note dengan tulisan “Jangan makan seenaknya!”
Di depan pintu kamar mandi “Jangan pakai handuk orang lain seenaknya”,“Ketuk dulu sebelum masuk toilet.” Ia bahkan membuat kain pembatas antara tempat tidurnya dan Kugayama.
“Capeknya! Inilah kehidupan tenangku”. Desah Aoi setelah ia selesai dengan kegiatannya memasang kain pembatas itu. Dia mendengar Kugayama sudah pulang, namun sepertinya Kugayama sedang mengobrol dengan seseorang. Aoi panik saat menyadari Kugayama tidak sendirian. Ia pun langsung bersembunyi.
Ternyata Sato yang datang bersama Kugayama, ia menemukan pakaian perempuan di atas tumpukan pakaian milik Kugayama. ”Ah ini kan punya cewek”
“Punya cewek kamar sebelah” jawab Kugayama. “Kadang-kadang jemurannya terbang kesini. Seperti celana dalam merah polkadot putih.”
“Seperti apa dia?”
“Biasa saja”
“Cewek disekolah kita”
“Ya”
“Siapa? Siapa? Siapa?” tanya Sato penuh semangat. Sementara Aoi sedang bersembunyi dibalik selimut takut ketahuan.

Tepat saat itu Kugayama melihat salah satu kaki Aoi yang keluar dari balik selimut. Ia langsung tersenyum jail. (waduhh bakal dikerjain lagi nih si Aoi).
Dan benar saja pemirsa, Kugayama dengan santai dan sengaja duduk tepat diatas tubuh Aoi yang dibungkus selimut itu. HhhAAAaaaaaa...
Aoi mengaduh kesakitan. Ia cepat-cepat membekap mulutnya sendiri takut kedengaran Sato.
“Barusan ada suara aneh” ucap Sato. “Tidak” jawab Kugayama.
Sato tidak membahas lebih jauh lagi. Ia berjalan menghampiri Kugayama hendak mengambil sesuatu dan kakinya berada tepat disamping wajah Aoi yang masih bersembunyi.
Aoi langsung mengibas-ngibaskan tangannya dan menutupi hidungnya menahan aroma yang berasal dari kaos kakinya Sato.
Tidak sampai disitu saja, kesialan Aoi berlanjut saat Kugayama dengan sengaja menggelitiki telapak kakinya yang muncul dari balik selimut. Aoi sontak bersuara “Hei hentikan” ucapnya sudah tak tahan lagi. HAHHHAAAA!!!!
“Kau dengar suara cewek?” tanya Sato curiga.
“Ya cewek sebelahlah. Kan temboknya tipis.” Kugayama berusaha mengelak.
Mendengar jawaban Kugayama itu, Sato jadi penasaran apakah suara dari kamar mandi juga bisa terdengar. Ia keluar menuju balkon ingin membuktikannya. Yaaa ampunnn Sato, dia juga kena tipuan si Kugayama Shuusei...
Aoi pun keluar dari persembunyiannya saat Sato sudah di luar.
“Apa?” tanya kugayama dengan wajah tak bersalah.
“Apa yang kau lakukan?” Aoi langsung berteriak dan meninju lengan kugayama dengan kesal. Kugayama mengaduh kesakitan.
Tak lama setelah itu, Sato masuk lagi dari jendela balkon dan terkejut melihat Aoi sudah ada di dalam kamar Kugayama. “Siapa?” tanyanya penasaran.
“Cewek kamar sebelah ingin mengambil jemurannya” jawab Kugayama.
Aoi pun berakting memperkenalkan dirinya sambil tersenyum manis. “Aku Nishimura Aoi, yang tinggal disebelah. Dari kelas 3-3.”
“Aku Sato Ryosuke dari kelas 3-1. Aku ini bisa dibilang Soul-mate-nya Shuusei sejak SMP”
Setelah berbasa-basi, Aoi permisi pulang. Ia menatap Kugayama dengan sinis. Ya iyalah rumah siapa yang terusir siapa hhhaa.
Ketika Aoi berbalik akan pergi. Kugayama memanggilnya “Ah! Ini kelupaan” ucapnya sambil memberikan pakaian milik Aoi yang tertinggal. “Terima Kasih” balas Aoi menahan kesal.
Ternyata diluar hujan deras. Aoi berteduh di depan toko. “Ugh, sial! Itu kan rumahku” keluhnya. Tak sengaja, ia melihat promo diskon didepan kaca toko itu.
Aoi memutuskan untuk berteduh didalam. Saat sedang melihat-lihat, seorang pria menyapanya.
“Kak Sanjou..” panggil Aoi.
Kak Sanjou bekerja di toko itu. Ia menawarkan Olive oil dan menyuruh Aoi untuk mencicipinya. Aoi memuji rasanya yang enak.
Sepertinya Aoi kena flu karena kehujanan tadi. Ia bersin-bersin di depan kak Sanjou.
Kak sanjou memberikan jaketnya pada Aoi. Ia bahkan meminjamkan payung dan khawatir Aoi terkena demam.
Aoi merasa tidak enak karena sudah merepotkan kak Sanjou. Sementara pegawai ditoko itu memperhatikan keakraban mereka penuh tanya.
Aoi pulang kerumah dengan wajah yang memerah dan terus bersin-bersin. Ia berhenti sebentar di depan pintu untuk memastikan Sato sudah pulang. Saat membuka pintu, ia melihat Kugayama sudah rapi. Sepertinya akan pergi keluar. Aoi langsung menghampiri Kugayama dan melarangnya untuk tidak mengajak teman pulang kerumah. Ia takut dikeluarkan dari sekolah jika ketahuan tinggal bersama dengannya.
Kugayama tidak memperdulikan kekhawatiran Aoi itu. Ia malah menanyakan hal lain. “Itu dari mana?” tanya Kugayama sambil melirik jaket yang sedang dikenakan Aoi.
 Aoi mengatakan kalau jaket itu dipinjamkan kak Sanjou padanya.
Tiba-tiba Aoi sempoyongan dan hendak terjatuh. Kugayama cepat-cepat menahan bahunya. Lalu ia menyentuh dahi Aoi, “Kau demam” ucap Kugayama.
“Oh ya.” Balas Aoi gugup
“Lagi pula kau terlalu dekat” ucap Aoi sambil menghindar menjauh dari Kugayama.
“Kau... belum pernah pacaran kan?”
“Kenapa tiba-tiba bilang begitu”
“Jangan-jangan belum pernah kencan juga”
“Itu tak ada hubungannya denganmu” jawab Aoi sambil bersin-bersin.
Tiba-tiba bel pintu berbunyi.
Kugayama hendak membukakan pintu tapi dihentikan oleh Aoi.
“Tunggu! Kau sembunyi disana” ucap Aoi sambil mendorong Kugayama menjauh.
Saat ia membuka pintu, ternyata kak Sanjou yang datang. Ia datang untuk memberikan resep makanan pada Aoi. Aoi sangat senang dan memuji resep yang dibuat kak Sanjou. Saat kak Sanjou melihat kedalam kamarnya, Aoi langsung menutup pintunya.
“Ada seseorang?”
“Mana mungkin” jawab Aoi cepat. Ia berdiri dibelakang pintu kamarnya, takut ketahuan kak Sanjou.
“Ah dari kamar sebelah. Suara dari kamar sebelah sering terdengar” ucap Aoi sambil menujuk kamar sebelahnya.
Kak Sanjou tahu jika ada anak laki-laki SMA yang tinggal disebelah. Ia menasehati Aoi untuk berhati-hati pada anak SMA itu.
Aoi mengiyakan saja. Ia mengatakan pada kak Sanjou akan mengembalikan payung dan jaketnya setelah dicuci. Tapi kak Sanjou tidak masalah dengan hal itu. Aoi bilang, ia akan melakukannya. Ia benar-benar merasa tertolong hari ini.
“Oke, sampai nanti” jawab kak Sanjou sebelum pergi.
“Terima kasih”
 
Setelah kak Sanjou pergi, Aoi kembali kekamarnya.
Tapi Kugayama malah meledek Aoi dengan berkata “Kawaii...” “Arigatou gozaimasuu” sambil memasang tampang imutnya. Ihh iihh bilang aja lagi cemburu hhhiiii
“Aku tidak bilang begitu” bantah Aoi.
“Orang itu tinggal disini?”
Aoi mengatakan kalau Kak sanjou tinggal dilantai 1 dan dia sekolah di universitas Keio.
Kugayama tidak tertarik, ia pamit hendak pergi kerja sambilan.
“Kerja sambilan?” ulang Aoi heran.                          
“Sampai nanti” ucap Kugayama sambil mendorong kepala Aoi dengan keras. Ia lalu menutup pintu.
“Sakit! kau ini kenapa sih” keluh Aoi kesal.
Tapi ketika Aoi melihat dicermin, dahinya sudah tertempel obat penurun demam.
Rupanya Kugayama gak sadis-sadis amat ya. Wkkkwkk :p
Pagi hari.
Aoi menyapa ibu kost yang sedang menyiram tanaman di halaman depan rumah. Ia sendiri sibuk menjemur pakaiannya di teras.
Ibu kost bertanya padanya bagaimana rasanya tinggal dengan cowok yang tampan?
“Ah! Aku sudah tidak tahan” jawab Aoi kesal.
“Jadi anak muda susah juga ya...” desah ibu kost. “Eh! Kau harus menahan nafsumu loh” lanjutnya sambil berteriak lantang. Walah... salah persepsi nih ibu kost, Aoinya juga sihh hhhiiii :D
“Eh! Oh! Ibu kost” Aoi langsung panik.
Ibu kost memberitahu Aoi kalau Kugayama itu membayar uang sewa dengan kerja sambilan, karena itu ia sering keluar rumah.
Kouta, anak si ibu kost berlari menghampiri ibunya di halaman.
Aoi menyapanya dan Kouta mengajak Aoi ikut makan barbeque bersama.
“Barbeque?”
Ibu kost menjelaskan kalau hari minggu ini mereka akan membuat pesta sambutan untuk Shuusei. Tepat saat itu Kugayama keluar dari kamar Aoi masih dengan sikat giginya.
“Shuusei ikut kan?” tanya Kouta.
“Yup!” jawab Kugayama sambil mengacungkan jempolnya yang dibalas Kouta dengan hal yang sama juga.
Tiba-tiba terdengar suara sepeda terjatuh. Aoi menoleh kearah asal suara itu. Betapa terkejutnya ia saat melihat Moe ada di depan rumahnya, berdiri mematung dengan mulut mengaga memandang ke arah Aoi yang sedang berdiri di samping Kugayama di teras rumahnya.
Aoi melihat ke sampingnya, ekspresi Kugayama malah cuek seakan tidak perduli pada kehadiran Moe. Kugayama meneruskan acara sikat giginya dengan santai.
“Ah! Ini bukan seperti yang kamu pikir! Moe...” Aoi berusaha menjelaskan, ia tidak ingin Moe salah paham padanya.
Pesta Barbeque.
Di taman, semua orang sudah berkumpul. Ada Kugayama yang asyik bermain dengan Kouta. Kak Sanjou yang bertugas memasak makanan. Sato mengangkat kayu bakar.
Ibu kost bertanya pada kak Sanjou “Mau masak apa hari ini?”
“Aku akan membuat rissoto dan daging panggang” jawab kak Sanjou sambil mengenakan celemeknya.
“Wah, sugoii Sanjou kun” puji ibu kost padanya.
Diam-diam kak Sanjou memperhatikan Aoi yang sedang menghampiri Moe sambil membawa keranjang yang sepertinya berat.
“Aku kaget. Ternyata Shuusei tinggal disebelahmu” kata Moe sambil mengupas buah-buahan.
“Benar, kebetulan sekali ya...” jawab Aoi.
“Kalau dia tinggal bersamamu, kehidupan Aoi yang tenang jadi hilang, kan?”
“Benar sekali”
Kemudian mereka memperhatikan Kugayama yang sedang asyik bermain lemparan bola dengan Kouta.
“Tetapi, ditempat Aoi banyak sekali cowok cakepnya ya?” ucap Moe dengan nada iri. “Shuusei dan juga kak Sanjou” ia menjelaskan.
“Kak Sanjou?” tanya Aoi sambil menoleh pada kak Sanjou yang sibuk dengan masakannya.
“Baik, keren, dewasa, pintar masak. Lengkap tuh. Tapi aku sih lebih memilih pangeran Tsundere.” Kata Moe.
Aoi ingin membantu Moe agar lebih dekat dengan Kugayama. Ia menawarkan Moe untuk ikut bergabung bersama Kugayama dan Kouta yang sedang bermain lemparan bola.
“Kouta, Moe juga ingin ikut main. Bolehkan?” Aoi berbicara pada Kouta.
Tak lama setelah Moe ikut bergabung, seorang laki-laki berteriak memanggil Kugayama. “Shuusei, aku rindu padamu!” seru laki-laki itu sambil menghampiri Kugayama dan langsung memeluknya.
“Ibu, ada laki-laki berpelukan dengan laki-laki!” teriak Kouta pada ibunya. hhhhaa
Takut mereka semua salah paham. Kugayama angkat bicara “Ini kakakku.”
Ibu Kouta menyapanya.
“Bu Kazumi, ini untukmu” ucap kakak Kugayama seraya membuka box yang dibawanya. (ternyata ibu kost dan ibunya Kouta itu namanya Bu Kazumi).
Sato pun menyapa kakaknya Kugayama yang ia panggil kak Soju itu.
“Shuu-chan” panggil seorang gadis dari kejauhan. Mereka semua menoleh ke asal suara. “Shuu-chan, lama tidak bertemu” sapa sang gadis pada Kugayama.
“Kenapa Satsuki juga ada disini?” tanya Kugayama saat gadis itu sudah berdiri di depannya.
“Aku berpikir mungkin Shuu-chan mau bertemu denganku.”
“Dia ini...” tanya bu Kazumi.
“Teman masa kecil kami. Namanya Satsuki.” Jelas kak Soju.
Tapi Sato bilang kalau Satsuki adalah mantan pacarnya Kugayama. Sepertinya Sato kurang menyukai Satsuki. Satsuki baru menyadari keberadaan Aoi dan Moe disana. Ia menghampiri mereka seraya bertanya “Di apartemennya Shuu-chan juga ada anak cewek?” (hadehh, nih orang gak sopan banget yak, bukannya menyapa dulu. Memperkenalkan diri kek).

Aoi dan Moe pun memperkenalkan diri mereka pada Satsuki. Tapi Satsuki hanya menanggapinya dengan acuh. Ia langsung berbalik menghampiri Kugayama dan mengajaknya pergi.

“Rasanya kok menyebalkan, ya?” bisik Aoi pada Moe.
“Bukan ‘rasanya’, tapi memang menyebalkan” komentar Moe.
Mereka semua menikmati makanan yang sudah di masak oleh kak Sanjou. Setelah itu, Kugayama dan Satsuki terlihat masih duduk didepan meja makan. Sedangkan Aoi membantu kak Sanjou yang sedang memanggang sosis. Kak Sanjou memperhatikan Aoi yang sesekali memandang ke arah Kugayama dan Satsuki. “Dia di sekolah banyak penggemarnya kan? Shuusei” tanya kak Sanjou.
“Ya, sepertinya begitu.”
“Kok ‘sepertinya’? Aoi tidak tertarik?”
“Ya! Dia itu cowok tidak berperasaan” jawab Aoi.
“Salah! Aku juga tidak tertarik padamu” sambung Kugayama yang tiba-tiba saja sudah bergabung bersama mereka.
“Kau ini, nguping ya?” kata Aoi sebal, Kugayama seperti biasanya cuek dan malah mengalihkan pembicaraan.
“Aku mau makan itu?” tunjuk Kugayama.
“Ambil sendiri” protes Aoi.
Kugayama mengeluhkan tangannya yang sakit. Tapi Aoi sudah tidak percaya lagi dengan akal-akalan Kugayama.

“Kalian berdua akrab ya?” kata kak Sanjou.

“Sama sekali tidak” jawab mereka berbarengan.

“Kalian sangat serasi, seperti bukan sekadar tetangga. Aku merasa iri” lanjut kak Sanjou lagi.

“Kalau begitu, bawa saja dia pulang” Kugayama menanggapi.
“Kau ini bicara apa?” Aoi angkat bicara.
Kugayama mengambil makanan dan bergumam rasanya sangat enak. Ia berlalu pergi begitu saja.
Aoi meminta maaf pada kak Sanjou atas kelakuan Kugayama barusan. Dia menjelaskan jika Kugayama itu memang suka seenaknya sendiri dan sangat aneh.
Sementara itu dari tempat duduknya, Satsuki memperhatikan Aoi dengan pandangan tidak suka.
Hari sudah menjelang sore. Aoi, Moe, dan juga Sato sedang bermain hom pim pah. Aoi dan Moe batu sedangkan Sato sendiri gunting. “Kenapa aku selalu kalah” keluh Sato.
Aoi memilih yogurt, Moe susu strawberry. Dan Sato juga ingin susu strawberry.
“Kenapa kau ikut-ikut?” protes Moe.
“Tidak apa kan? Aku juga ingin minum” bela Sato. (Ehemm ehemm Sato kayaknya suka Moe dehhh).
Di tempat lain, Satsuki sedang bersama Kugayama yang sibuk memasukkan barang-barang ke dalam bagasi mobil. Satsuki menayakan apakah kugayama masih mengingat janjinya?
“Memangnya aku bisa lupa?” jawab Kugayama.
“Syukurlah” kata Satsuki dengan ekspesi senang. (Emang Kugayama berjanji apa sama Satsuki ?).
Kugayama sepertinya sangat perhatian pada Satsuki. Ia memakaikan jaketnya dibahu Satsuki. Takut Satsuki masuk angin karena udara yang dingin. Setelah itu ia pamit pergi ke toilet.
Saat Satsuki berpaling, ia melihat Aoi berdiri tak jauh di depannya. (Wahh wah Aoi barusan ngeliat Kugayama yang sangat perhatian pada Satsuki, cemburu nihhh).
Kugayama dan kak Sanjou saling berpapasan dijalan. “Anu...” ucap kak Sanjou sambil menghentikan langkahnya. Kugayama berbalik menghadap kak Sanjou.
“Kalau perasaanmu hanya main-main. Tolong jangan dekat-dekat Aoi. Setahun ini aku selalu menjaga Aoi, seperti seorang kakak” lanjut kak Sanjou.
Kemudian kak Sanjou berjalan mendekati Kugayama. “Kalau kau menyakitinya, aku tidak akan memaafkanmu.”
“Kakak?” ucap Kugayama dengan nada mencela. “Keren tuh” ledeknya dan berlalu pergi.
Ternyata Aoi yang menggantikan Kugayama memasukkan barang-barang ke dalam bagasi. Dan Satsuki hanya ngeliatin doang, bukannya ikut ngebantuin eh.
Satsuki menceritakan pada Aoi kalau Kugayama sejak dulu selalu melindunginya seperti saudara.
“Oh, begitu ya?” Aoi menanggapi.
“Namamu Aoi, kan? Shuu-chan, tidak akan berpacaran dengan siapa pun. Artinya percuma saja jika kau suka dia” lanjutnya lagi dengan pandangan sinis.
“Ah! Tidak, aku sama sekali tidak punya perasaan itu” Aoi berusaha menyangkal. Tapi Satsuki seakan tidak peduli. Ia malah berjalan pergi meninggalkan Aoi begitu saja.
Malam hari, hujan turun dengan derasnya. Aoi berada dikamar kostnya, ia berbaring gelisah sepertinya tidak bisa tidur.
Lalu ia bangkit duduk dan tiba-tiba terdengar suara petir menyambar, sontak Aoi ketakutan. Ia menutupi telinganya dan berteriak.
“Kenapa? Itu cuma petir saja kan?” ucap Kugayama yang tidur di sebelahnya dengan dibatasi oleh kain pembatas yang dipasang oleh Aoi.
“I-iya yah?” jawab Aoi terbata-bata, ia hendak berbaring lagi. Tapi suara petir yang besar kembali terdengar. Aoi kembali ketakutan.
“Jangan ketakutan dong.”
“Aku sama sekali tidak takut. Aku tidak apa-apa” balas Aoi.
Tapi saat lagi-lagi suara petir terdengar. Aoi cepat-cepat menutup telinganya. Ia berteriak ketakutan sambil memejamkan kedua matanya.
Saat ia membuka mata, ia melihat sebelah tangan Kugayama sudah terulur di depannya.
Dengan ragu-ragu, Aoi meraih tangan Kugayama dan menggenggamnya dengan erat. Apalagi ketika suara petir kembali terdengar.
Di sampingnya Kugayama terlihat sedang memikirkan sesuatu. Mereka berpengangan tangan sepanjang malam berpetir itu.
Pagi hari.
Aoi menyapa Bu Kazumi di halaman saat ia hendak berangkat kesekolah. Bu Kazumi mengatakan jika petir semalam sangat mengerikan ya?
“Benar sekali. Benar-benar mengerikan.”
“Tapi karena ada shuusei jadi tenang, kan?” goda Bu Kazumi.
“Ah, tidak. itu...” Aoi mengibas-ngibaskan tangannya berusaha menyangkal. Padahal ia kan? hhheee
“Oh ya, Aoi mau pergi ketaman bermain?”
“Aku dapat dua tiket dari kenalanku, tapi bulan ini aku sibuk sekali” ucap bu Kazumi seraya menyerahkan tiket itu padanya.
“Kalau begitu, aku akan pergi bersama Moe” ucap Aoi semangat.
Tiba-tiba saja salah satu tiketnya sudah dirampas oleh Kugayama. Datang dari mana nih orang?? Kayak hantu suka tiba-tiba muncul wkwkwk :p
“Aku akan pergi. Terima kasih” ucap Kugayama.
“Ehhh...” Aoi masih terheran-heran.
“Sampai jumpa sepulang sekolah” ucap Kugayama seraya pergi.
“Eh kok? Eh tunggu!” Aoi menyusul Kugayama yang berada di depannya.
“Hei, tunggu! kembalikan!” teriak Aoi lagi.
Bu kazumi hanya memandang kepergian mereka dengan senyum.
Di Taman Bermain “Yokohama Cosmo”
Aoi sudah tiba lebih dulu. Ia mengeluhkan Kugayama yang belum datang. Saat melihat dua orang gadis lewat di depannya. Aoi memikirkan sesuatu, ia mengeluarkan cermin dari dalam tasnya lalu merapikan rambutnya yang berantakan. “Eh, ini kan, bukan kencan?” gumamnya saat tersadar. Ia pun memasukkan kembali cerminnya ke dalam tas.
Kugayama lewat di depannya dan langsung mengacak-acak rambutnya.
“Hei, tunggu!” teriaknya.
“Ah! Aku akan melatihmu kencan” Kugayama menghentikan langkahnya lalu berbalik memandang ke arah Aoi “Kamu belum pernahkan?”
Aoi hanya diam saja sambil cemberut.
Kugayama meraih tangan Aoi lalu menggenggam tangannya itu.

“A-apa?” ucap Aoi gugup.
“Aku suka wajah kesulitanmu itu” bisik Kugayama seraya terseyum manis. Sosweett hhhiii

Mereka berjalan memasuki taman bermain sambil bergandengan tangan.

Bersambung ke bagian 2 ~